Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Imad Mughniyah. Show all posts
Showing posts with label Imad Mughniyah. Show all posts

Bandar bin Sultan, Amr Ash 2008!


Tajuk Rencana koran Hizbullah Iran edisi 9 April 2008 menurukan laporan mengenai hubungan pangeran Bandar bin Sultan dari Arab Saudi dengan teror Imad Mughniyah, mantan komandan Hizbullah. Ikuti laporan tersebut!

Seorang pangeran Arab Saudi yang melumuri darahnya dengan meneror salah satu pejuang Hizbullah yang ikhlas jelas sesuai dengan logika Imam Khomeini ra. mengenai permusuhan keluarga Al Saud dengan Islam. Dengan ini, jangan memasukkan keraguan dalam diri anda mengenai cerita bahu-membahunya Arab Saudi dengan Setan Besar. Berikut ini sebuah laporan tentang peran pangeran Bandar bin Sultan, mantan Duta Besar Arab Saudi di Amerika yang saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Keamanan Nasional Arab Saudi dalam teror syahid Imad Mughniyah, mujahid dan mitos perlawanan.

Teror ini membuktikan betapa keluarga ini merupakan kaki tangan Gedung Putih. Namun teror Imad Mughniyah bukan usaha pertama pangeran Arab Saudi ini dalam melenyapkan tokoh-tokoh pejuang Syiah dan tentu bukan yang terakhir kalinya. Mengenal lebih jauh unsur Amerika ini dan mengetahui langkah-langkah pengkhianatannya terhadap umat Islam sangat membantu untuk membuktikan betapa dia adalah tokoh kunci dalam teror Imad Mughniyah. Pangeran Bandar bin Sultan bin Abdul Aziz Alu Suud adalah anak putra mahkota Arab Saudi saat ini, Sultan Abdul Aziz. Bandar lahir di Thaif pada tahun 1949. Pada tahun 1983 sampai 2005 dia ditugaskan sebagai Duta Besar Arab Saudi di Washington. Bandar bin Sultan oleh sebagian orang disebut sebagai Bandar Bush. Selama hampir tiga dekade Bandar menjadi paling dekatnya duta besar negara terpenting yang menjadi sekutu Amerika di Timur Tengah.

Menurut kebanyakan para analis politik, Bandar bin Sultan punya pengaruh khusus di bagian politik luar negeri Bush, terutama bila itu terkait dengan masalah-masalah Timur Tengah. Pengaruhnya begitu kuat sehingga Bob Woodward, wartawan terkenal Amerika yang punya peran penting dalam membongkar kasus Watergate dalam buku “Plan of Attack” mengklaim bahwa Presiden Amerika, George W. Bush sebelum menyampaikan keputusannya kepada Colin Powell, Menteri Luar Negeri Amerika waktu itu untuk menyerang Irak, terlebih dahulu informasi ini disampaikan kepada Bandar bin Sultan.

Scott McCloud, Pimpinan Redaksi Majalah Time di Kairo yang selama 22 tahun terakhir bertanggung jawab untuk melaporkan kejadian-kejadian di Timur Tengah dan Afrika Utara bagi majalah ini terkait dengan Bandar bin sultan menulis, “Bila saya mengatakan bahwa Bandar bin sultan dalam pengambilan sikap politik luar negeri Amerika soal Timur Tengah punya pengaruh yang sama besar dengan Condoleezza Rice, maka itu bukan sikap yang berlebihan.”

Selama bertahun-tahun, Bandar bin Sultan punya komunitas luar biasa dalam menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh kuat politik di Amerika yang akhirnya dikenal sebagai teman Washington di masa-masa sulit. Sebagai contoh, Bandar bin Sultan punya peran kunci dalam perundingan dengan Libia demi meyakinkan Muammar Qaddafi agar menghentikan program nuklirnya. Menurut tulisan Woodward dalam buku “Veil: Secet Wars of the CIA” yang dicetak tahun 1987 menyebutkan Bandar bin Sultan bahkan di pemerintahan Reagen punya kerja sama dengan penasehat keamanan nasional Amerika sebagai penjamin dana jutaan dolar kepada gerilyawan Kontra di Nicaragua (saat itu Amerika secara hukum tidak mampu melakukan itu). Menurut tulisan Woodward, berdasarkan permintaan bantuan dari CIA, Bandar bin Sultan mengucurkan dana sebesar dua juta dolar kontan untuk mencegah Partai Komunis memegang tampuk kepemimpinan di Italia.

Baru-baru ini, seorang pengamat politik Arab dalam wawancaranya dengan televisi Aljazeera membongkar bagian lain dari langkah-langkah tersembunyi Bandar bin Sultan yang berperan dalam terjadinya kekacauan. Nasser Qandil, Kepala Pusat Riset dan Media Timur Modern di Lebanon dalam wawancaranya dengan Aljazeera mengatakan, “Baru-baru ini, Bandar bin Sultan menyatakan kepada kelompok-kelompok jihad bahwa sebagaimana Uni Soviet adalah musuh kita dahulu, kini Iran menjadi musuh kita dan sikap kita adalah berperang dengan Iran dan seluruh orang Syiah dunia.” Michael Moore, sutradara film dokumentasi terkenal Amerika dalam film terkenalnya Fahrenheit 9/11 menggambarkan hubungan mesra dan luas Bandar bin Sultan dengan para pejabat Gedung Putih sebelum dan sesudah peristiwa 11 September. Dia mengajak para penonton untuk berpikir dengan mengajukan pertanyaan cerdas, “Bagaiamana bisa ketika seluruh kaum muslimin di Amerika dari seluruh etnis dan negara karena peristiwa ini dianggap teroris dan mendapat tekanan di mana-mana, sementara Duta Besar Arab Saudi di Amerika yang jelas-jelas punya hubungan dengan kelompok Al Qaedah tetap mampu menjaga hubungan baiknya dengan para pejabat senior Amerika?”

Bandar bin sultan kembali ke Riyadh pada tahun 2005 dan dengan alasan pribadi meninggalkan pos Duta Besar di Washington. Hanya beberapa hari setelah tiba di Riyadh, kematian Raja Fahd diumumkan. Dengan kejadian ini, Raja Abdullah menjadi Raja Arab Saudi dan Sultan bin Abdul Aziz, ayah Bandar menjadi putra mahkota negara ini. Bandar bin Sultan dalam pergeseran kekuatan di dalam keluarga Suud akhirnya menjadi Sekjen Dewan Keamanan Nasional Arab Saudi. Dengan ini, kebanyakan analis politik menilai pengunduran dirinya sebagai Duta besar di Washington setelah menjabat selama 22 tahun punya kaitan dengan posisinya yang baru. Salah tugas yang diembannya di posnya yang baru ini adalah mengkoordinasi milisi Sunni. Bandar menduduki posisi ini, namun dia tetap menjadi orang Arab Saudi yang punya pengaruh paling besar dan penting di Amerika, bahkan menjadi pribadi di belakang layar dalam diplomasi Timur Tengah.

Peningkatan kehadiran personil Al Qaedah di Irak dan tidak efektifnya metode kekerasan dengan kelompok-kelompok milisi berdampak dimulainya lobi-lobi rahasia Amerika dengan orang-orang Sunni pendukung Al Qaedah. Namun kehadiran secara luas dalam sistem politik baru Irak menjadi pra syarat sebelum memulai segala kerja sama dengan kelompok-kelompok Sunni Irak. Keinginan ini ditentang oleh orang-orang Syiah di negara ini dan membuat Syiah sebagai penghalang besar rencana mereka. Kondisi ini tetap berlangsung sampai kemenangan Hizbullah dalam perang 33 hari menghadapi Rezim Zionis Israel. Kini, Hizbullah tampil sebagai mitos di tengah-tengah masyarakat muslim, baik Syiah maupun Sunni.

Di sisi lain, perbedaan internal di antara kekuatan-kekuatan inti di Lebanon merupakan masalah dan ancaman terbesar bagi pemerintah Fouad Siniora. Perbedaan yang muncul tidak membahayakan orang-orang Syiah sejak Hizbullah muncul menjadi kekuatan besar di Lebanon. Dalam kondisi yang semacam ini, tiba-tiba muncul kelompok Fatah Islam di Utara Lebanon dan setelah sejumlah anggota kelompok ini yang memiliki warga negara Arab Saudi tertangkap, tumbuh satu kecurigaan hubungan kelompok ini dengan Arab Saudi. Fatah Islam merupakan kelompok yang diciptakan Bandar bin Sultan untuk mengontrol kekuatan Hizbullah. Bandar bin Sultan juga pendukung asli bahkan pendiri kelompok 14 Maret Lebanon. Di tengah-tengah para pemimpin kelompok 14 Maret dia mengatakan, “Kalian harus menyertai aku dan akan kalian lihat bahwa kami akan menciptakan sebuah kelompok di Lebanon yang tidak mampu dilawan oleh Hizbullah.” Bandar bin Sultan juga mengatakan, “Saya membeli posisi Perdana Menteri untuk Rafik Hariri dengan harga 50 juta dolar!”

Dengan mencermati tindak-tanduk pangeran Bandar bin Sultan selama ini, Hizbullah sebagai kelompok yang senantiasa langkahnya bertentangan dengan politik bersama Al Saud, Rezim Zionis Israel dan Amerika. Dapat dikatakan bahwa teror salah seorang komandan senior, khususnya ahli strategi Hizbullah merupakan keinginan mereka sejak dahulu. Oleh karenanya, Banda bin Sultan dengan bekerja sama dengan Rezim Zionis Israel, sebagian pejabat Yordania dan Amerika punya perang dalam meneror Imad Mughniyah seperti yang dapat ditemukan dalam berita-berita. Pangeran Arab Saudi ini di tahun 2008 sangat layak bila disebut sebagai Amr Ash. Dia mengaku Islam tapi selalu berpikiran untuk menikam Islam dari belakang, salah satunya adalah teror para mujahid. Dengan demikian, dia telah menorehkan namanya seperti nenek moyangnya sebagai pembunuh para Imam as.

Pemimpin militer Hizbullah gugur dalam ledakan bom di Damaskus


Imad Mughniyah, pemimpin militer puncak gerakan perlawanan Islam Syiah di Lebanon, Hizbullah, terbunuh dalam sebuah ledakan bom di Damaskus, Suriah, Selasa (12/02). Hizbullah menuduh Israel atas serangan bom tersebut.
 
“The Master of Terror”, demikian Israel dan AS menjuluki Mughniyah yang terkenal licin dan sulit terdeksi intelijen kedua negara itu. Lebih daripada 20 tahun, Israel dan AS memburu Mughniyah yang dituduh terlibat dalam berbagai aksi teror terhadap kepentingan mereka meskipun beberapa tuduhan itu secara demonstratif terbukti tidak berdasar. Sebagai contoh, pengaitan kasus bom Buenos Aires yang menghancurkan gedung kedutaan Israel pada 1992 dan AMIA, pusat kebudayaan Israel pada 1994, kepada Mughniyah sebagai otak kedua aksi teror itu kini menuai banyak keraguan[1].

Selain itu, Mughniyah juga dituduh terlibat dalam serangkaian aksi teror lainnya: serangan bom yang menghancurkan barak-barak pasukan AS dan Perancis di Beirut (1983); pembajakan pesawat TWA 847 (1984); dan penculikan kepala stasiun CIA di Beirut, William Buckley, yang kemudian ditemukan tewas (1984). Semuanya terjadi sebelum Hizbullah berdiri pada 1985.

Sementara itu, Victor Ostrovsky, mantan intelijen Mossad, dalam bukunya By Way of Deception, mengkonfirmasi bahwa informasi mengenai rencana aksi-aksi tersebut sebelumnya sudah beredar di kalangan intelijen Israel. Atas dasar inilah, Ostrovsky menduga bahwa Mossad-lah yang mengotaki semua itu dengan tujuan melibatkan Amerika dan Eropa lebih dalam ke dalam perang Israel di Lebanon[2].

Mughniyah juga dikait-kaitkan dengan Al-Qaeda oleh pemikir neokonservatif AS, Michel Leeden. Sebuah teori eksotik yang lebih banyak mengundang candaan ketimbang perhatian di kalangan para analis.
Terbunuhnya Mughniyah disinyalir akan meningkatkan rasa kepercayaan diri Israel dalam menghadapi Hizbullah setelah kekalahannya pada perang dua tahun silam. Bahkan, media Israel meyakini bahwa hilangnya Mughniyah akan berdampak besar bagi Hizbullah.

Namun demikian, adalah penting untuk mengingat bahwa Hizbullah memiliki struktur organisasi kolektif dan kompleks. Nyaris tidak ada posisi “tokoh kunci” di dalamnya. Dengan demikian secara struktural, jelas terbunuhnya Mughniyah hanya akan berdampak kecil bagi gerakan perlawanan itu. Lantas, apakah kehilangan Mughniyah akan berdampak terhadap moral para pejuang Hizbullah?

Jawabannya mungkin ada di dalam bagaimana Hizbullah mengumukan kematian Mughniyah:
Dengan Nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
[Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya)]
Dengan bangga dan rasa hormat, kami mengumumkan kesyahidan seorang pejuang perlawanan besar, yang telah bergabung dalam parade syuhada Perlawanan Islam. Setelah kehidupan penuh jihad, pengorbanan, dan pencapaian yang dijalani dengan penantian akan kesyahidan, pemimpin perlawanan Islam Imad Mughniyah telah dibunuh oleh tangan-tangan kriminal Israel.
Sang syahid, semoga jiwanya dipenuhi kedamaian, telah menjadi target Zionis lebih daripada 20 tahun. Allah Yang Mahakuasa telah memilihnya untuk menjadi seorang martir di tangan-tangan para pembunuh nabi-nabi-Nya, yang juga mengetahui bahwa kami memiliki perang yang panjang dengan mereka dan bahwa darah syuhada, terutama para pemimpin kami, selalu membawa resistensi kami menuju level yang lebih tinggi dan lebih kuat, sebagaimana ketika dua pemimpin besar kami, Syeikh Raghib Harb dan Sayid Abbas Musawi syahid.
Kami berjanji untuk meneruskan jalan sang syahid hingga mencapai kejayaan, Insya Allah.
Kami menyampaikan rasa duka cita yang sedalam-dalamnya kepada keluarga syahid Mughniyah dan saudara-saudaranya seperjuangan. Kami mengucapkan selamat kepada semua pejuang perlawanan bagi kehormatan Ilahi.
Hamas dan Fron Pembebasan Rakyat Palestina kecam pembunuhan atas Mughniyah[3]
Gerakan perlawanan Islam Palestina Hamas menyatakan Israel berada di balik pembunuhan Mughniyah. “Ini adalah contoh baru dari gangsterisme Zionis,” kata jurubicara Hamas, Sami Abu Zuhri, seraya menyerukan kepada Muslim untuk bersatu menghadapi gurita jaringan Zionis yang kejahatannya telah melampaui wilayah Palestina hingga ke belahan dunia Islam lainnya.

Sementara itu, Fron Pembebasan Rakyat Palestina menyatakan intelijen Israel Mossad bertanggung jawab atas pembunuhan Mughniyah. “Imad Mughniyah dibunuh Zionis Mossad…yang sadar akan status penting sang martir dan peran istimewa yang diberikannya dalam perlawanan,” demikian tertulis dalam pernyataan resmi kelompok itu.
  1. http://www.thenation.com/docprint.mhtml?i=20080204&s=porter
  2. By Way of Deception, Victor Ostrovsky (pp. 322-5)
  3. http://english.hizbollah.org/essaydetails.php?eid=2349&cid=214

Terkait Berita: