Pesan Rahbar

Home » » Salafi wahabi bantu israel buat propaganda anti Iran dan anti syi’ah ! Saudi rangkul kafir dajjal tetapi musuhi mazhab ahlulbait

Salafi wahabi bantu israel buat propaganda anti Iran dan anti syi’ah ! Saudi rangkul kafir dajjal tetapi musuhi mazhab ahlulbait

Written By Unknown on Friday 4 July 2014 | 14:32:00






“Sejak salafi masuk Indonesia maka radikalisme merajalela. Mulai dari issue madzab, Pengeboman, dan pembid’ah-an sampai dengan Pengkafiran madzab lain yang berbeda dengan mereka“(Voice Area).



Anda mungkin terkejut membaca judul diatas ? Terkesan fitnah mungkin menurut anda ? Ah tidak juga !
Sejak salafi masuk Indonesia maka radikalisme merajalela. Mulai dari issue madzab, Pengeboman, dan pembid’ah-an sampai dengan Pengkafiran madzab lain yang berbeda dengan mereka.

Sebenarnya Salafi terbagi menjadi dua cabang (aliran) yang masing-masing memiliki tugas dan target yang berbeda dalam menjalankan metode dakwahnya tapi pada dasarnya hal itu sama-sama bermuara pada satu kepentingan yang absolut yaitu untuk melanggengkan kekuasaan Raja Saudi dan dominasi Amerika dan Israel di timur tengah.




Pertama, Salafi dakwah yang memiliki ciri – ciri :
[1]. Mendukung Arab Saudi menyediakan pangkalan militer kepada Amerika Serikat ketika menyerang Irak pada PERANG TELUK I, fatwa pro Amerika yang ditanda tangani Syaikh Abdul Aziz Bin Baaz salah satu ulama wahabi yang tunduk dan patuh pada setiap perkataan Raja Saudi yang ahli maksiat.
[2]. Mendukung Irak ( Saddam Hussein ) menyerang Iran pada saat perang Irak – iran 1980 -1988, saat itu Amerika Serikat dan Sebagian negara negara Arab mendorong dilakukannya pembunuhan massal terhadap 1 juta rakyat Iran.
[3]. Loyal kepada kerajaan Saudi yang monarkhi absolut dan pro Amerika – Israel, sikap pro Amerika ditandai dengan fatwa fatwa ulama salafi wahabi seperti Syaikh Albani yang meminta rakyat Palestina hijrah keluar dari Palestina.
[4]. Gemar sekali membid’ah–kan dan mengkafir-kan orang islam yang bermadzab lain khususnya dari kalangan NU dan SYIAH.
[5]. Berdakwah demi mendapat uang dari Arab Saudi, dalam tempo yang relatif singkat ratusan pesantren / ma’had, majalah, bulletin, VCD dll secara masif berkembang di Indonesia.
[6]. Menghujat dan memfitnah syi’ah imamiyah melalui buku buku, majalah, VCD, situs-situs internet dengan target agar mereka diakui oleh Nahdlatul Ulama (N.U) sebagai pembela ahlusunnah wal jama’ah yang harus diterima sebagai saudara seakidah. Taktik mereka ini berhasil, terbukti ALBAYYiNAT dan SALAFi bersatu menghadang syi’ah.
[7]. Berupaya merebut basis basis NU perkotaan, bahkan berupaya mengambil alih pengaruh sekaligus pengurus masjid-masjid NU diperkotaan (tapi mereka belum berhasil dalam urusan ini).
[8]. Anti Iran, segala hal yang berbau syi’ah dan Iran berupaya mereka hanguskan, ini tidak lepas dari politik Arab Saudi dan Amerika -Israel yang anti Iran. Aliran dana dari CIA dan Arab Saudi sangat deras untuk memuluskan proyek ini !
[9]. Gemar merevisi bahkan memalsukan kitab kitab ulama salaf demi memuluskan ajaran wahabi (edisi cetak saudi).
[10]. Merekayasa berbagai aksi anarkhisme terhadap jama’ah syi’ah di Indonesia, yang selama ini hidup dengan damai dengan madzab Islam lainnya.





Kedua, Salafi jihadi yaitu salafi yang memfokuskan dakwahnya dalam bentuk teror dan jihad melawan madzab-madzab Islam yang lain minus Israel dan Amerika.



Adapun tokoh-tokohnya antara lain :
Abubakar ba’asyirAmroziImam SamuderaNoordin M TopDoktor Azahari,Osama bin Laden.
ciri-cirinya adalah :
[1]. Gampang sekali menuduh kafir dan menghalalkan darah muslim lainnya.
[2]. Gemar mengesahkan aksi radikalisme seperti pemboman dan anarkhisme, bahkan diantara mereka adalah pelaku langsung anarkhisme dan pengeboman, bahkan tidak segan segan melakukan aksi bom bunuh diri yang terkadang membuat orang islam sendiri terbunuh dan ekonomi umat islam hancur.
[3]. Ingin mendirikan negara Islam, tetapi tidak jelas bagaimana format negara Islam yang mereka inginkan, apakah monarkhi saudi atau khilafah gaya Hizbut Tahrir ?? tidak jelas.
[4]. Berdakwah dengan cara radikal, pensesatan, pengkafiran dan pembid’ah-an .
Salafi Wahabi adalah teroris perusak indonesia dan anti bhinneka. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Raja Abdullah yang membuat ulama Salafi Wahabi rela mencium telapak kakinya , adalah pemimpin Arab Saudi yang dikenal dekat dengan AS. Bahkan terhadap mantan presiden AS George W. Bush, Raja Abdullah banyak memberikan hadiah dan bantuan secara finansial dan juga keleluasaan dalam menentukan kebijakan militer AS dan Barat di Arab Saudi yang juga berimbas pada kawasan Timur Tengah. Tidak jauh dengan rajanya, tentara Arab Saudi pun mau tak mau menjadi akrab dengan tentara AS. Ibaratnya, guru kencing berdiri, ya murid pun kencing berlari. Mereka sering mengadakan acara bersama. Mulai latihan perang bersama, sampai acara pesta bersama


Media-media Barat dan industri film raksasa Amerika Serikat, Hollywood gencar mengangkat isu-isu yang berhubungan dengan Iran dan Muslim dalam beberapa tahun terakhir. Gambaran negatif dan buruk tentang Iran dan Syi’ah  selalu menjadi fokus utama Barat untuk menyebarluaskan Iranphobia dan Syi’ah phobia di tengah opini publik dunia. Hollywood dan media-media Barat biasanya menyerang Iran melalui klaim-klaim pelanggaran hak asasi manusia, dukungan terhadap terorisme, dan produksi senjata nuklir. Aksi terbaru Barat untuk menghantam Republik Islam adalah produksi dan pemberian penghargaan tertinggi di ajang Oscar 2013 kepada film Argo karya Ben Affleck.

Langkah itu kembali memperlihatkan bahwa di Hollywood seni telah dikalahkan oleh politik. Argo dipilih sebagai film terbaik mengalahkan delapan pesaingnya, yakni Amour, Beasts of The Southern Wild, Django Unchained, Les Miserables, Life of Pi, Silver Linings Playbook, Zero Dark Thirty, dan pesaing terberatnya, Lincoln. Ketika sebuah film yang sarat dengan distorsi sejarah dipilih sebagai karya terbaik, tentu akar permasalahan itu terdapat pada isu yang diangkat oleh sang sutradara dan bukan pada kreativitas seni di dalamnya.

Argo mengangkat kisah 34 tahun lalu ketika Kedutaan Besar AS di Tehran diduduki oleh mahasiswa revolusioner Iran. Film drama misi CIA ini mengisahkan tentang upaya penyelamatan enam diplomat Amerika dari Iran pada masa Revolusi Islam tahun 1979. Namun sayangnya memberikan gambaran infaktual tentang masyarakat Iran di masa itu. Terlepas dari alur cerita film, apa yang diangkat di Argo adalah sebuah kebohongan sejarah yang nyata dan bahkan menuai kritik dari Duta Besar Kanada di Tehran waktu itu, Ken Taylor dan Tony Mendez, agen CIA yang diperankan oleh Ben Affleck.

Ken Taylor mengkritik film itu dan mengatakan, “Sisi lucunya adalah si penulis naskah (Chris Terrio) di Hollywood tidak tahu apa yang dia bicarakan.” Argo meremehkan tingkat sebenarnya dari keterlibatan Kanada yang cukup besar. Taylor mengkritik Argo dalam menggabungkan segudang kebebasan kreatif yang termasuk “hitam dan putih” penggambaran rakyat Iran dan adegan yang dibuat. Dia menambahkan bahwa Argo adalah “ciri orang dengan cara yang tidak benar.”.

Berbeda dengan kebohongan-kebohongan film Argo, Amerika tidak memainkan peran menentukan dalam membantu pelarian para diplomat yang diculik dari Iran, tapi dubes Kanada waktu itu telah menyalahgunakan wewenangnya dan memberi paspor Kanada kepada para diplomat Amerika dan membantu pelarian mereka dari Republik Islam. Lalu faktor apa yang membuat film Argo yang sarat dengan penyimpangan sejarah terpilih sebagai film terbaik 2013? Untuk menjawab pertanyaan itu, maka di sini perlu disinggung dua ciri khas film itu.

Pertama, Argo – seperti kebanyakan karya Hollywood – adalah sebuah film Amerika yang menonjolkan heroisme mereka dan mengemban misi untuk melawan kejahatan. Ini sudah menjadi ciri khas film-film Hollywood dan bahkan jika makhluk luar angkasa menyerang bumi, maka seorang Amerika akan bergegas untuk menyelamatkan bumi dan umat manusia. Oleh karena itu, jika operasi penyelamatan enam diplomat Amerika dari Tehran dilakukan tanpa bantuan seorang agen CIA, maka sisi heroisme Amerika tidak akan tersalurkan dan tidak akan menyedot perhatian pemirsa. Untuk itu, mereka menulis skenario Argo keluar dari realitas sejarah.

Dan kedua, film Argo menitikberatkan pada sikap anti-Iran. Saat ini, apa saja yang menyudutkan dan menyerang Iran akan laris manis dijual di Amerika dan Barat, mulai dari bahaya nuklir Iran, Iranphobia, sampai Revolusi Islam. Oleh sebab itu, peristiwa pendudukan Kedutaan Besar AS di Tehran kembali diangkat ke layar lebar untuk menebar propaganda di saat-saat sensitif seperti sekarang ini. First Lady Amerika, Michelle Obama bahkan secara mengejutkan tampil di ajang Oscar tahun ini dengan membacakan nominasi film terbaik. Ibu Negara AS membacakan nominasi melalui sebuah tayangan yang disaksikan langsung oleh seluruh penonton di Teater Dolby, Hollywood, Ahad, 24 Februari 2013.

Argo adalah sebuah film propaganda seperti film-film Nazi karya sineas wanita Leni Riefenstahl. Sama seperti Riefenstahl, mengagungkan sebuah organisasi kriminal yang menebar kematian. Dan juga tujuan utamanya adalah untuk menciptakan kebencian dan mengubah penonton menjadi pembunuh massal. Riefenstahl memuja Partai Nazi dan Hitler, sementara Argo mengagungkan CIA. Riefenstahl menebar kebencian lewat karya-karyanya dan memoles pandangan antisemitisme agar terlihat cantik, sementara Argo membuat provokasi Zionis melalui gerakan Islamphobia dan Iranphobia terlihat alami dan tak terelakkan.
Hollywood hampir 100 persen dikuasai oleh Zionis. Para milyarder Zionis yang memiliki dan menjalankan Hollywood, menentukan jenis film yang harus dipasarkan ke dunia. Mereka adalah pendukung fanatik dari genosida Israel di Palestina pendudukan. Israel ingin menyeret Amerika Serikat dalam perang melawan musuh-musuh mereka. Dan Iran adalah musuh utama rezim Zionis. Seorang komedian Yahudi, Bill Maher baru-baru ini mengakui bahwa Israel mengendalikan pemerintahan AS. Masalah utama Israel dengan Iran bukanlah isu nuklir, sebab baik CIA maupun Mossad telah meyakinkan bahwa Tehran tidak membangun senjata nuklir. Masalah Israel adalah bahwa pemerintah Iran menawarkan dukungan ideologis dan material yang kuat untuk perlawanan Palestina.

Pada dasarnya, film Argo merupakan sebuah mata rantai panjang untuk menutupi kekalahan memalukan militer Amerika dalam operasi pembebasan di Gurun Tabas, Iran. Pada 25 April 1980, pemerintah Amerika yang dipimpin oleh Jimmy Carter memerintahkan militer untuk menyerang Iran. Serangan ini dilakukan di pertengahan malam oleh pasukan elit yang diperlengkapi dengan berbagai persenjataan modern dengan didukung pesawat Hercules C-130 dan sejumlah helikopter. Sekitar 90 pasukan komando yang ikut dalam operasi Eagle Claw ditugaskan untuk membebaskan para diplomat Amerika yang ditahan di Tehran.
Dalam perjalanan menuju Gurun Tabas di timur Iran, dua helikopter mengalami kerusakan teknis, namun operasi tetap dilanjutkan. Sejumlah helikopter dan pesawat mendarat di tempat yang telah ditentukan dan siap melakukan tahapan operasi berikutnya, bergerak menuju Tehran. Namun, Tabas menciptakan sebuah keajaiban. Kali ini kehendak Tuhan kembali menggagalkan kelicikan para agresor. Saat tiba di sana, satu lagi dari helikopter Amerika mengalami kerusakan teknis yang berujung pada terhentinya operasi ini. Karena operasi rahasia ini membutuhkan sedikitnya enam helikopter, Presiden Jimmy Carter memutuskan untuk menghentikan operasi Eagle Claw dan memerintahkan agar semua pesawat dan helikopter segera kembali.
Seorang kritikus budaya Kim Nicolini mengatakan, “Argo merupakan bagian dari propaganda liberal konservatif yang dibuat oleh Hollywood untuk mendukung politik konservatif pemerintahan liberal Barack Obama saat kita bergerak menuju pemilihan presiden. Ini juga bilangan prima roda perang Amerika yang mendukung serangan Israel terhadap Iran.” Nicolini mengecam Argo karena benar-benar mengabaikan cerita versi Iran, dan mencatat bahwa film ini adalah versi yang menghapus peristiwa sebenarnya. Dia berargumen bahwa tidak ada yang otentik tentang manipulasi film peristiwa bersejarah, dan film ini sebagai propaganda politik murni.

Seorang analis politik mengatakan, Argo membuka kedok skema rumit Amerika untuk mempekerjakan setiap media guna melancarkan propaganda dan menghasut Iranphobia di seluruh dunia. Seorang akademisi Iran Doktor Salami Ismail mengatakan, “Argo adalah turunan dari Hollywoodism yang keterlaluan. Pada kenyataannya, itu adalah upaya lain untuk memicu Iranphobia tidak hanya di Amerika tetapi di seluruh dunia.”

Dalam sebuah wawancara dengan Press TV, pejabat tinggi Iran Masoumeh Ebtekar yang terlibat langsung dalam peristiwa pendudukan Kedutaan Besar AS pada tahun 1979, mengatakan, awalnya mengira bahwa film tersebut akan menjadi representasi seimbang tentang kejadian, tapi setelah menyaksikannya, dia mengatakan itu tidak menceritakan kisah pendudukan yang sebenarnya. Ebtekar mengatakan,
“Kelompok yang mengambil alih Kedubes Amerika adalah sekelompok pemuda, pria dan wanita yang sangat tertib dan cukup tenang. Adegan yang Anda lihat di Argo sama sekali tidak benar.”.

Kritikus film Iran Masoud Foroutan mengatakan bahwa Argo adalah “politik-termotivasi.” Dia mengatakan, “Pembuatan film dari aspek teknis bagus, tapi cerita ini tidak otentik. Cerita ini custom-made (dibuat-buat) dan Anda bisa melihat di mana itu akan berakhir. Film ini adalah sesuatu yang bermotif politik.” Sementara itu, kantor berita Mehr menyebut penganugerahan Oscar untuk Argo adalah sebuah langkah politik. Sebab, Ibu Negara Michelle Obama ikut membacakan nominator dan pemenang kategori film terbaik itu lewat sambungan video dari Gedung Putih.

Menteri Kebudayaan Iran Mohammed Hosseini mengatakan, Hollywood tengah “memelintir” sejarah dan sejumlah pejabat Iran lainnya menyebut film itu adalah sebuah “perang lunak” terhadap budaya Iran. Dengan seluruh upaya dan propaganda Barat terhadap Iran, masyarakat dunia menyaksikan bahwa mereka selain tidak mencapai tujuannya, dalam beberapa kasus bahkan memiliki dampak yang merugikan mereka sendiri.
Terlepas dari cerita di film itu, apa yang diangkat di Argo adalah sebuah kebohongan sejarah yang nyata dan bahkan menuai kritik dari duta besar Kanada di Tehran waktu itu, Ken Taylor dan Tony Mendez, agen CIA yang diperankan oleh Ben Affleck.

Berbeda dengan kebohongan-kebohongan film Argo, Amerika tidak memainkan peran menentukan dalam membantu pelarian para diplomat yang diculik dari Iran, tapi dubes Kanada waktu itu telah menyalahgunakan wewenangnya dan memberi paspor Kanada kepada para diplomat Amerika dan membantu pelarian mereka dari Republik Islam.

Lalu faktor apa yang membuat film Argo yang sarat dengan penyimpangan sejarah terpilih sebagai film terbaik 2013? Untuk menjawab pertanyaan itu, maka di sini perlu disinggung dua ciri khas film itu.

Pertama, Argo – seperti kebanyakan karya Hollywood – adalah sebuah film Amerika yang menonjolkan heroisme mereka dan mengemban misi untuk melawan kejahatan. Ini sudah menjadi ciri khas film-film Hollywood dan bahkan jika makhluk luar angkasa menyerang bumi, maka seorang Amerika akan bergegas untuk menyelamatkan bumi dan umat manusia.

Oleh karena itu, jika operasi penyelamatan enam diplomat Amerika dari Tehran dilakukan tanpa bantuan seorang agen CIA, maka sisi heroisme Amerika tidak akan tersalurkan dan tidak akan menyedot perhatian pemirsa. Untuk itu, mereka menulis skenario Argo keluar dari realitas sejarah.

Dan kedua, film Argo menitikberatkan pada sikap anti-Iran. Saat ini, apa saja yang menyudutkan dan menyerang Iran akan laris manis dijual di Amerika dan Barat, mulai dari bahaya nuklir Iran, Iranphobia, sampai Revolusi Islam. Oleh sebab itu, peristiwa pendudukan Kedutaan Besar AS di Tehran kembali diangkat ke layar lebar untuk menebar propaganda di saat-saat sensitif seperti sekarang ini.

First Lady Amerika, Michelle Obama bahkan secara mengejutkan tampil di ajang Oscar tahun ini dengan membacakan nominasi film terbaik. Ibu Negara AS membacakan nominasi melalui sebuah tayangan yang disaksikan langsung oleh seluruh penonton di Teater Dolby, Hollywood, Ahad, 24 Februari 2014.

Pada dasarnya, film Argo merupakan sebuah mata rantai panjang untuk menutupi kekalahan memalukan militer Amerika dalam operasi pembebasan di Gurun Tabas, Iran. Pada 25 April 1980, pemerintah Amerika yang dipimpin oleh Jimmy Carter memerintahkan militer untuk menyerang Iran. Serangan ini dilakukan di pertengahan malam oleh pasukan elit yang diperlengkapi dengan berbagai persenjataan modern dengan didukung pesawat Hercules C-130 dan sejumlah helikopter. Sekitar 90 pasukan komando yang ikut dalam operasi Eagle Claw ditugaskan untuk membebaskan para diplomat Amerika yang ditahan di Tehran.

Dalam perjalanan menuju Gurun Tabas di timur Iran, dua helikopter mengalami kerusakan teknis, namun operasi tetap dilanjutkan. Sejumlah helikopter dan pesawat mendarat di tempat yang telah ditentukan dan siap melakukan tahapan operasi berikutnya, bergerak menuju Tehran.

Namun, Tabas menciptakan sebuah keajaiban. Kali ini kehendak Tuhan kembali menggagalkan kelicikan para agresor. Saat tiba di sana, satu lagi dari helikopter Amerika mengalami kerusakan teknis yang berujung pada terhentinya operasi ini. Karena operasi rahasia ini membutuhkan sedikitnya enam helikopter, Presiden Jimmy Carter memutuskan untuk menghentikan operasi Eagle Claw dan memerintahkan agar semua pesawat dan helikopter segera kembali.


 Sumber: http://syiahali.wordpress.com/2011/08/01/salafi-wahabi-bantu-israel-buat-propaganda-anti-iran-dan-anti-syiah-saudi-rangkul-kafir-dajjal-tetapi-musuhi-mazhab-ahlulbait/



Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: