Pesan Rahbar

Home » , , , , » HARMONI SUNNI-SYIAH DI BANJARAN JEPARA

HARMONI SUNNI-SYIAH DI BANJARAN JEPARA

Written By Unknown on Thursday, 4 September 2014 | 19:50:00

Selasa, 01 Oktober 2013
oleh : M Sanomae 
 
Ketegangan hubungan pengikut Syiah dengan Sunni di Sampang Madura, sudah terdengar di seluruh penjuru Indonesia. Fakta itu tak lantas mengganggu hubungan pengikut Syiah dan Sunni di penjuru Tanah Air yang lain. Di Desa Banjaran Kecamatan Bangsri, Jepara yang terdapat pengikut Syiah dan Sunni dalam jumlah besar tetap kondusif. 
 
Pengikut Syiah di desa tersebut saat ini sekitar 100 hingga 150 keluarga. Dari 12 Rukun Warga (RW) di Desa Banjaran pengikut Syiah paling banyak berada di RW 1 dengan sebaran di RT 2, 3, dan 4. Pengikut Sunni yang merupakan mayoritas di desa tersebut merata berada di seluruh wilayah itu.

Meski demikian baik pengikut Sunni maupun Syiah lebih memilih menunjukkan wajah harmonis dalam hubungan kemasyarakatan. Kedua belah pihak menyadari ada perbedaan dalam ibadah, tetapi mereka tak ingin memperlebar jurang perbedaan itu. Mereka juga memilih untuk bersama-sama dalam ibadah ketika dalam konteks ada hubungan kemanusiaan.

Misalnya ada warga desa yang meninggal dari aliran apapun, pengikut Syiah dan Sunni bersama-sama untuk melakukan shalat Jenazah hingga proses penguburan. Tak hanya itu, mereka juga tetap menjaga kebersamaan dengan tahlil atau doa bersama bagi jenazah. Sesepuh alirah Syiah Ahmad Badawi (65), warga RT 3 RW 1, menjelaskan Syiah mulai ada di Desa Banjaran pada 1980 yang dibawa Sayyid Abdul Qodir Bafaqih yang berasal dari Kauman Desa/Kecamatan Bangsri.

’’Awalnya dari Bafaqih kemudian terus berkembang hingga sekarang. Kami jamaah melakukan pengajian di Mushala Al Khusainiyah. Tapi, kalau urusan kemasyarakatan kami gabung jadi satu. Bahkan seperti ada urusan pembangunan masjid pengikut Sunni yang Syiah membantu begitu pula sebaliknya,’’ urai Badawi.
Dia menambahkan setiap warga di Desa Banjaran sudah memahami hal itu. Tak jarang yang satu rumah dan memiliki pertalian darah berbeda aliran. ’’Jadi satu rumah itu ada yang Syiah ada yang Sunni. Saya memiliki anak yang nomor pertama itu juga akan dapat orang Sunni. Saya tidak ada masalah yang penting ibadah biar Allah yang nanti menilai,’’ terangnya.

Badawi menambahkan di keluarganya sendiri juga ada perbedaan aliran. Empat saudaranya sebagai pengikut Sunni dan ada dua orang yang menjadi pengikut Syiah. ’’Banyak yang masih memiliki hubungan darah. Saat Lebaran, karena saya ini termasuk yang tua di sini, maka baik Sunni maupun Syiah datang berkunjung untuk bermaaf-maafan. Semoga kondisi di sini bisa menjadi contoh yang baik,’’ harapnya.
Bagaimana kondisi itu bisa berjalan baik hingga sekarang dan apakah sama sekali tak ada ketegangan? Badawi menjelaskan itu sempat terjadi di awal dengan memegang keyakinan masing-masing. ’’Setelah berjalan satu dua tahun hubungan dua pengikut semakin cair dan hingga sekarang,’’ tuturnya.

Hal senada disampaikan Zabidi toko dari Sunni yang merupakan ketua Ranting Nahdhatul Ulama (NU) di Desa Banjaran. Dia menegaskan tidak ada masalah dalam hal kemasyarakatan. Dia juga menandaskan anak-anak muda yang ada di desa tersebut sudah paham dengan kondisi itu. ’’Karena sudah turun temurun tidak ada permasalahan. Masing-masing pihak sudah memahami.  Selain itu juga banyak yang memiliki ikatan saudara,’’ jelasnya.

Meski memiliki talian darah, kata Zabidi, ada upaya untuk mewujudkan wajah harmonis antara Syiah dengan Sunni di desa tersebut. Wadah yang dibentuk para sesepuh adalah Jamiyah Muawanah. Organisasi itu adalah untuk menampung semua aliran untuk memabahas hubungan kemasyarakatan. ’’Kalau pertemuan besar dilakukan setahun sekali dalam momentum Lebaran. Tapi kalau pengurus inti dilakukan sebulan sekali,’’ ucapnya yang menjadi pengurus di Bidang Kegamaan di Jamiyah Muawanah.

Dalam Jamiyah Muawanah tak ada pembedaan warga. Yang utama adalah kepentingan bersama. Untuk mewujudkan keharmonisan organisasi ada giliran ketua antara Syiah dan Sunni. Sementara itu, Zaenal Arifin (48), warga RT 5 RW 1 yang merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kecamatan Bangsri menambahkan jalinan baik dua aliran terjaga dengan komunikasi yang terjaga baik.

’’Meski ada kabar soal bentrok di Sampang tidak ada masalah di sini. Warga di sini baik-baik saja. Semua masih memiliki hubungan keluarga untuk menjaga kerukunan. Istri saya sendiri dulunya Syiah dan sekarang Sunni tetapi pihak keluarga istri juga ada yang Syiah. Tapi itu tidak mengganggu hubungan keluarga,’’ katanya.

Dia menambahkan sebagai warga dan juga perangkat pemerintah berharap kondisi itu tetap terjaga. Apalagi ada forum yang bisa digunakan untuk memecahkan persoalan masyarakat. ’’Intinya soal kemasyarakatan bersama-sama tapi kalau ibadah sendiri-sendiri seperti Shalat Jumat itu mereka sendiri. Tapi kalau sudah kematian, atau kebutuhan hajat yang lain saling membantu,’’ tandasnya. 

Ini sampai Sekaran Masing tetap terjaga.

Sumber: Gusdurian.net
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: