Badan Pembangunan PBB menyatakan kalau
Jalur Gaza, yang satu dekade dilanda perang serta blokade Israel, tidak
akan bisa dihuni lagi dalam waktu lima tahun ke depan.
"Konsekuensi sosial, kesehatan, dan keamanan terkait kepadatan penduduk yang tinggi, merupakan salah satu faktor yang membuat Gaza tidak layak huni pada tahun 2020," tulis laporan tahunan dari Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), dilansir dari Reuters, Rabu (2/9).
Gaza, daerah kecil sekitar 362 kilometer persegi yang terjepit di antara Israel, Mesir, dan Laut Mediterania, yang merupakan rumah bagi sekitar 1,8 juta warga Palestina, menjadi salah satu penduduk terpadat di dunia.
"Gaza tidak akan bisa dihuni lagi pada tahun 2020 jika kecenderungan ekonomi saat ini bertahan," kata laporan itu.
Sementara itu, kepadatan tinggi bukanlah hal yang baru, situasi telah diperburuk oleh tiga operasi militer Israel di enam tahun terakhir dan blokade ekonomi selama satu dekade.
Laporan itu juga menyebut jika blokade merusak infrastruktur dari Gaza, menghancurkan basis produktif, rekonstruksi atau pemulihan ekonomi dan penduduk Palestina di Gaza yang miskin.
Kondisi sosial ekonomi di Gaza saat ini berada pada titik terendah mereka sejak tahun 1967, ketika Israel merebut wilayah dari Mesir dalam Perang Enam Hari.
Laporan tersebut memperkirakan kalau tiga operasi militer, termasuk perang tahun lalu yang menghancurkan dan menewaskan sekitar 2.200 warga Palestina dan membuat setengah juta lebih mengungsi, telah menyebabkan kerugian ekonomi hampir tiga kali ukuran produk domestik bruto lokal Gaza.
Perang 2014, juga menewaskan 73 warga Israel, menghancurkan lebih dari 20.000 rumah warga Palestina, 148 sekolah, 15 rumah sakit dan 45 pusat kesehatan masyarakat.
Sebanyak 247 pabrik dan 300 pusat komersial hancur, dan kerusakan para terjadi pada pembangkit listrik Gaza.
(Republika/ABNS)
"Konsekuensi sosial, kesehatan, dan keamanan terkait kepadatan penduduk yang tinggi, merupakan salah satu faktor yang membuat Gaza tidak layak huni pada tahun 2020," tulis laporan tahunan dari Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), dilansir dari Reuters, Rabu (2/9).
Gaza, daerah kecil sekitar 362 kilometer persegi yang terjepit di antara Israel, Mesir, dan Laut Mediterania, yang merupakan rumah bagi sekitar 1,8 juta warga Palestina, menjadi salah satu penduduk terpadat di dunia.
"Gaza tidak akan bisa dihuni lagi pada tahun 2020 jika kecenderungan ekonomi saat ini bertahan," kata laporan itu.
Sementara itu, kepadatan tinggi bukanlah hal yang baru, situasi telah diperburuk oleh tiga operasi militer Israel di enam tahun terakhir dan blokade ekonomi selama satu dekade.
Laporan itu juga menyebut jika blokade merusak infrastruktur dari Gaza, menghancurkan basis produktif, rekonstruksi atau pemulihan ekonomi dan penduduk Palestina di Gaza yang miskin.
Kondisi sosial ekonomi di Gaza saat ini berada pada titik terendah mereka sejak tahun 1967, ketika Israel merebut wilayah dari Mesir dalam Perang Enam Hari.
Laporan tersebut memperkirakan kalau tiga operasi militer, termasuk perang tahun lalu yang menghancurkan dan menewaskan sekitar 2.200 warga Palestina dan membuat setengah juta lebih mengungsi, telah menyebabkan kerugian ekonomi hampir tiga kali ukuran produk domestik bruto lokal Gaza.
Perang 2014, juga menewaskan 73 warga Israel, menghancurkan lebih dari 20.000 rumah warga Palestina, 148 sekolah, 15 rumah sakit dan 45 pusat kesehatan masyarakat.
Sebanyak 247 pabrik dan 300 pusat komersial hancur, dan kerusakan para terjadi pada pembangkit listrik Gaza.
(Republika/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email