Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Alawy Al-Maliki Al-Hasani merupakan guru dari para ulama terkemuka di Indonesia. Pandangannya yang moderat atas ajaran Islam dijadikan rujukan beberapa ulama yang sevisi dengannya.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pernah berkunjung ke pondok pesantrennya di Rusaifah, Makkah, Ahad 20 September 2015. Sayyid Ahmad pun menyampaikan hasratnya ingin berkunjung ke Indonesia. Dia berharap tradisi saling berkunjung ini dapat terus terjaga. “Insya Allah kami akan berkunjung ke Indonesia,” kata Sayyid Ahmad kepada Menag.
Kepada Menag Lukman, Sayyid Ahmad mengucapkan terima kasih karena sempat bersilaturahim di antara kesibukan menjalankan tugas di Arab Saudi.
“Bila kalian melihat birokrat berada di rumah ulama, maka itu tandanya ada kebaikan pada birokrat tersebut” kata Sayyid Ahmad.
Pemikiran Sayyid Ahmad tentang Islam yang moderat disampaikannya kepada Lukman dan hadirin. Dirinya menyampaikan, bahwa Islam merupakan ajaran yang menjaga peradaban manusia dalam menebarkan kedamaian dan keselamatan.
“Islam hakikatnya adalah keselamatan dan kedamaian. Setiap muslim selalu menebarkan keselamatan bagi sesamanya dengan mengucapkan salam, Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh (Semoga Tuhan memberimu keselamatan, rahmat, dan berkah-Nya),” jelasnya.
“Di madrasah ini, kita belajar adab. Kita tidak mengkafirkan orang yang bertentangan dengan kita. Mereka yang bertentangan, juga tidak kita hina. Semua masalah kita selesaikan dengan dialog,” ujar Sayyid Ahmad.
”Saya punya dalil, kalian punya, orang yang bertentangan dengan kita juga punya dalil. Usai berdialog, mari kita saling mencintai dan menghargai pendapat masing-masing,” kata Abuya Sayyid Ahmad, sapaan akrabnya.
Sayyid Ahmad menegaskan, perbedaan pandangan tak boleh jadi alasan untuk saling menghujat apatah lagi menyingkirkan sesama. ”Islam mengajarkan perbedaan adalah rahmat. Islam harus tampil sebagai agama yang rahmatan lil alamin,” ujarnya menegaskan.
Ia pun mengingatkan umat Islam terutama yang sedang berada di Tanah Suci agar memelihara kesopanan dan menjaga perdamaian.
Menyitir sabda Rasulullah, Sayyid Ahmad mengingatkan, “Di tempat ini (Makkah) dan pada waktu (Dzulhijjah) yang suci, haram bagi kalian untuk menumpahkan darah dan mengambil harta yang bukan miliknya.”
Sementara itu Menag Lukman yang ketika dipersilakan duduk di samping kakan Sayyid Ahmad diberi kesempatan menyampaikan pandangannya. Lukman mengungkapkan, Islam di Indonesia bercirikan washatiyah yang bersifat tasamuh, tawasuth, dan tawazun.
Artinya, Islam yang menekankan keberimbangan: berpegang teguh pada prinsip-prinsip dasar tapi diimbangi dengan sikap moderat, toleran, dan menyerasikan kehidupan dunia dan akhirat. Bukan Islam bermodel tatharuf atau ekstrim yang dibarengi sikap memaksakan kehendak dan mengucilkan pihak lain.
Sayyid Ahmad, di mata Menag, adalah seorang ulama besar yang mempunyai pengaruh besar di Indonesia. Menurutnya, hampir ulama-ulama Indonesia memiliki hubungan, langsung atau tidak langsung dengan beliau dan orang tua beliau. Karenanya Menag merasa bersyukur dapat berkunjung dan hadir dalam Mejlis taklim pimpinan Sayyid Ahmad ini.
Sayyid Ahmad merupakan putera dari Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Maliki, seorang ahli hadits terkemuka di Makkah Al-Mukarramah. Kakeknya, Sayyid Alawy, adalah seorang alim ulama terkenal dan ternama di kota Makkah. Selain di Masjidil Haram, Sayyid Alawy sering berdakwah hingga kota yang berdekatan dengan Makkah, seperti Thoif, Jeddah dan lainnya.
Santri dari Sayyid Muhammad dan Sayyid Alawy banyak yang kemudian menjadi kyai dan ulama terkemuka di Indonesia, di antaranya adalah KH Maemun Zubair, KH Aufal Maram, dan KH Lutfi Bashori Malang.
(Satu-Islam/Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email