Scott Atran, salah seorang ahli dari Universitas Oxford, dalam sebuah menekankan, kawula secara sukarela bergabung dengan kelompok teroris Daʻisy dan masjid terbebaskan dari masalah ini.
Menurut rilis Al-Jazirah kemarin, setelah serangan teroris Paris beberapa waktu lalu, Dunia Barat melancarkan serangan dahsyat terhadap masjid dan menyebarkan bahwa masjid adalah sarang radikalisme dan terorisme. Mereka juga menutup sebagian masjid dan memperingatkan para imam masjid supaya merubah muatan khutbah yang mereka lontarkan dari mimbar masjid.
Sikap Barat ini telah mendorong sebagian lembaga; yaitu Komite Perlawanan Melawan Terorisme Dewan Keamanan Nasional Amerika menggelar sebuah seminar bertajuk terorisme.
Menurut Scott Atran, salah seorang ahli terorisme, dalam seminar ini menegaskan, sangat nadir sekali Daʻisy bisa merekrut personel melalui jalur masjid. Saya sangat menolak sikap Barat yang mengekspos bahwa Daʻisy merekrut personel dari masjid.
“75 persen dari warga asing bergabung dengan kelompok teroris Daʻisy melalui teman-teman mereka. 20 persen warga asing bergabung dengan kelompok ini lantaran dorongan keluarga mereka. Hanya 5 persen warga asing bergabung dengan Daʻisy melalui jalan masjid,” ungkap Atran.
Menurut Atran, sebuah riset terakhir bisa membuktikan hal ini. Malah sebagian dari anggota Daʻisy berasal dari keluarga Kristen radikal.
“Tujuan utama Daʻisy adalah menarik orang-orang Barat ke Timur Tengah guna menciptakan jurang antara Muslimin dan non-Muslimin,” ujar Atran.
(Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email