Sumber :
Buku : taubat dalam naungan kasih sayang
Karya : Ayatullah Husein Ansariyan
Allah
Swt menciptakan Adam sebagai khalifah di muka bumi, setelah Allah Swt
menyempurnakan tubuh adam, Ia meniupkan ruhNya ke dalam diri Adam,
lantas Adam telah menjadi layak untuk meraih ilmu tentang nama-nama
Allah Swt. Kemudian, dikarenakan kemuliaan dan keagungan Adam, para
malaikat menundukkan diri (bersujud) dihadapan Adam dengan perintah
Allah Swt. selanjutnya dengan perintah Allah Swt, Adam dan istrinya
menjadi penghuni surga. Allah Swt mengizikan Adam dan istrinya untuk
menggunakan segala kenikmatan yang ada di surga, kecuali satu pohon
tertentu, dan apabila mereka mendekati pohon tersebut, maka mereka akan
menjadi orang yang zalim.
وَ
قُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَ زَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَ كُلاَ مِنْهَا
رَغَداً حَيْثُ شِئْتُمَا وَلاَ تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا
مِنَ الْظَّالِمِيْنَ
Dan
Kami berfirman, “Hai Adam, tinggallah kamu dan istrimu di dalam surga
ini, makanlah segala makanan yang ada di dalamnya sesuka hati kamu, dan
janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk golongan
orang-orang yang zalim.” (QS. al-Baqarah [2] : 35)
Iblis
yang telah dikeluarkan dari surga karena menolak menundukkan diri
dihadapan Adam, dan juga yang mempunyai rasa iri hati dan dengki
terhadap Adam, berusaha menggoda dan menipu Adam beserta istrinya agar
keluar dari surga. Iblis membisikka kepada Adam dan Hawa agar pergi mendekati pohon terlarang tersebut dan memakan buah yang ada padanya.
Iblis
mengatakan kepada mereka “Hai Adam dan Hawa, Allah mencegah kalian dari
pohon ini, karena apabila kalian makan buah-buahnya, maka kalian akan
menjadi malaikat dan lantas kalian akan tinggal di surga selamanya.”Guna
keberhasilannya dalam mengelabui Adam dan Hawa, Iblis bersumpah
dihadapan mereka bahwa apa yang dilakukan iblis ini hanya untuk kebaikan
mereka.
وَ قاسَمَهُما إِنِّي لَكُما لَمِنَ النَّاصِحينَ
Dan setan bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua.” (QS. al-A’raf [7] :21).
Dan
akhirnya Adam dan Hawa terbujuk oleh ibis, lalu mereka mendekati pohon
terlarang itu dan memakan buahnya. Mereka seakan lupa akan larangan
Allah Swt. ketika mereka
memakan buah pohon terlarang itu, pakaian yang melekat pada tubuh mereka
dan martabat dan cahaya yang terdapat pada diri mereka, menjadi hilang
seketika. kemudian mereka mulai menutupi tubuhnya dengan daun-daun pohon
itu. Kemudian Allah Swt berkata kepada mereka,
وَ ناداهُما رَبُّهُما أَلَمْ أَنْهَكُما عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَ أَقُلْ لَكُما إِنَّ الشَّيْطانَ لَكُما عَدُوٌّ مُبينٌ
“Kemudian
Tuhan mereka menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua
dari pohon itu dan Aku katakan kepadamu, ‘Sesungguhnya setan itu adalah
musuh yang nyata bagimu?’ (QS. al-Araf [7] : 22)
Lantas,
Adam dan hawa terusir dari surga. Martabat, ilmu, dan ketundukan
malaikat dihadapan Adam, tidaklah berfungsi baginya guna menghindar dari
terusirnya mereka dari surga. Mereka telah turun dari kedudukan agung yang Allah berikan padanya. Dan mereka melanjutkan kehidupan di muka bumi ini.
Jauhnya dari kedekatan dengan Rabb, jauh dari para malaikat, jauh dari
surga, dan ketidakpatuhan terhadap perintah Allah, semua itu menyebabkan
mereka merasakan kepedihan dan penyesalam yang amat dalam. Oleh karena
itu, guna keluar dari kepedihan yang mereka rasakan akibat pembangkangan
mereka dihadapan Allah Swt, maka tak ada jalan lain melainkan mereka
harus kembali kepada Allah, mereka harus bertobat dan memasuki ruang
rahmat dan keberkahan Ilahi. Oleh Karena itu, dari lubuk hati terdalam,
mereka seraya menangis keras berkata kepada Alah, “Ya Tuhan kami, kami
telah menzalimi diri kami sendiri.” Adam dan hawa mengakui segala
kesalahannya di hadapan Allah Swt. mereka sadar bahwa mereka telah jatuh
ke dalam penjara kecerobohan, ego, dan hawa nafsu.”
Kesadaran
dan pengakuan yang digambarkan oleh Adam dan hawa merupakan hal sangat
berharga. Kesadaran dan pengakuan tersebut merupakan tahap pertama
menuju pangkuan rahmat Allah dan membebaskan diri dari godaan dan tipu
daya setan. Hal ini juga akan mengantarkan manusia kepada sifat rendah
diri dan tunduk dihadapan sang Ilahi. Apabila iblis juga bersifat
seperti adam dan hawa, yaitu menyadari dan mengakui atas kesalahannya,
maka ia tidak akan masuk ke lembah kemurkaan dan kutukan Tuhan
selamanya.
Dalam tangisannya, Adam dan Hawa berkata :
قالا رَبَّنا ظَلَمْنا أَنْفُسَنا وَ إِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنا وَ تَرْحَمْنا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخاسِرينَ
Keduanya
berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan
jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami,
niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. al-Araf
[7] : 23)
Setelah melakukan tobat, ketundukan, penyesalan,
tangisan, dan ketundukan dihadapan Allah Swt, maka keberkahan dan rahmat
Allah pun datang bagi mereka. Sesuai firman Allah Swt dalam al-quran,
فَتَلَقَّى آدَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
“Kemudian
Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhan-nya, maka Allah menerima
tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”
(QS. al-Baqarah [2] : 37)
Dinukil dari buku taubat dalam naungan kasih sayang, karya Ayatullah Husein Ansariyan.