Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Istighfar. Show all posts
Showing posts with label Istighfar. Show all posts

Imam Jawad dan Keridhaan Allah Swt


Setiap Imam dari Ahlul Bait as di setiap zamannya merupakan sosok termulia dan terpandai. Mereka memiliki metode berbeda untuk menyampaikan ajaran suci Rasulullah. Kepatuhan kepada Allah Swt merupakan landasan hidup para Imam Ahlul Bait. Oleh karena itu, mereka sangat peka terhadap masalah seperti keadilan, menyelamatkan manusia dari penyembahan selain Allah dan meluruskan hubungan pribadi serta sosial.

Meski para Imam dalam sejumlah masalah kecil tidak berhasil mendirikan pemerintahan, namun dalam pandangan mereka kekuasaan dan pangkat hanya sarana untuk menegakkan keadilan, hak, menghancurkan kebatilan dan menegakkan agama Tuhan. Namun mengingat para Imam di setiap prilakunya merupakan manifestasi nilai-nilai luhur kemanusiaan dan moral maka secara tidak langsung kharisma mereka menempati setiap lubuk hati manusia.

Imam Jawad as dilahirkan pada tahun 195 Hijriah di kota Madinah. Imam Jawad as sejak kecil hingga menginjak usia remaja telah dikenal akan keilmuan, kefasihan, kesabaran dan ketakwaan. Beliau memiliki kecerdasan dan cara penyampaian yang lugas. Meskipun usianya masih muda belia, tapi dari sisi keilmuan dan keutamaan beliau telah disejajarkan dengan tokoh-tokoh masa itu. Dalam sejarah disebutkan, saat musim haji sekitar 80 orang ahli fiqih dari Baghdad dan kota-kota lain menuju Madinah untuk bertemu dengan Imam Jawad as. Mereka mencecar Imam dengan pelbagai pertanyaan ilmiah, namun Imam Jawad as dengan tenang dan mantap menjawab semua yang ditanyakan. Kejadian ini memupuskan segala keraguan yang selama ini menggelayut benak mereka.

Imam Jawad as hidup sezaman dengan dua khalifah Bani Abbasiah, Makmun dan Mu`tashim al-Abbasi. Sementara itu, pemerintahan Bani Abbasiah terkenal menyimpang dari ajaran Islam. Mereka hanya menampilkan keislaman secara zahir. Di saat yang sama pemerintahan Bani Abbasiah juga memiliki program terencana untuk mengubah ajaran suci Islam. Sementara itu, sikap anti dan penentangan yang ditunjukkan Imam Jawad terhadap pemerintah berkuasa mendapat reaksi luas. Sikap Imam ini juga menjadi sebab kehidupan beliau senantiasa menghadapi rongrongan dari penguasa.

Imam Jawad seperti para Imam Ahlul Bait lainnya tidak tinggal diam menyaksikan kezaliman dan penyimpangan yang dilakukan penguasa Abbasyiah. Kebenaran terus disampaikan Imam meski kepada masyarakat dalam kondisi yang sesulit apapun. Keberanian, ketegasan dan perlawanan beliau terhadap kezaliman penguasa membuat Bani Abbasyiah tak mampu membiarkan beliau untuk bebas bergerak dan membiarkannya terus hidup. Oleh karena itu, penguasa Bani Abbasiah meneror Imam Jawad di usia yang relatif muda, 25 tahun.

Salah satu usaha penting Imam di bidang budaya adalah meriwayatkan hadis sahih dari Rasulullah dan para Imam Ahlul Bait serta menjelaskannya kepada umat Islam. Kita pun kini menyaksikan warisan tak ternilai dari Imam Jawad berupa hadis dan petuah-petuah suci beliau. Selain meriwayatkan hadis, Imam Jawad juga aktif di tengah-tengah masyarakat menyebarkan budaya dan ajaran Islam. Imam juga tak kenal lelah memberikan petunjuk soal ekonomi dan kebutuhan pemikiran umat.

Di antara metode yang ditempuh Imam Jawad untuk melaksanakan perintah Allah adalah menciptakan relasi kuat antara manusia dan al-Quran. Menurut beliau ayat-ayat suci al-Quran harus merata di tengah masyarakat dan umat Islam di setiap ucapan serta prilakunya mencontoh ajaran al-Quran. Imam menandaskan bahwa mencari kerelaan Allah merupakan kunci kebahagiaan manusia. Dengan bersandar pada ajaran al-Quran, Imam menekankan kerelaan dan keridhaan Allah di atas segala sesuatu. Di ayat ke 72 Surat Taubah, Allah Swt menjelaskan bahwa kerelaan-Nya bagi seorang mukmin lebih utama dari segala sesuatu termasuk surga.

Imam Jawad as meminta masyarakat untuk senantiasa memikirkan kerelaan Allah Swt. Dalam hal ini beliau memberikan wejangan kepada umat Islam. Beliau bersabda, "Tiga hal dapat mengantarkan manusia kepada ridha Allah; banyaknya istighfar, keramah-tamahan dan banyak bersedekah. Tiga hal jika dimiliki oleh seseorang, ia tidak akan menyesal; tidak terburu-buru, bermusyawarah dan bertawakal kepada Allah ketika ia sudah mengambil keputusan".

Salah satu nikmat Ilahi bagi manusia adalah beristighfar dan bertaubat. Taubat dan istighfar merupakan salah satu pintu dari pintu-pintu Ilahi bagi hambaNya. Dengan bertaubat, dosa-dosa yang ada tersapu bersih dan manusia memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri serta memperbaiki kesalahannya dengan melakukan perbuatan bajik. Oleh karena itu, dalam bertaubat manusia dilarang bermain-main. Taubat harus dilakukan dengan serius, karena penyesalan membawa beban di pundak manusia.

Istighfar berarti meminta pengampunan. Artinya manusia meminta Allah mengampuni kesalahannya dan mengharap dirinya masuk dalam rahmat Ilahi. Imam Ali as terkait hal ini berkata," Di alam ini terdapat dua sarana untuk menyelamatkan manusia dari siksaan Allah. Pertama adalah keberadaan Rasulullah yang terputus dengan wafatnya beliau. Namun sarana kedua kekal hingga hari Kiamat. Sarana itu adalah istighfar. Oleh karena itu, berpegang teguhlah dengan istighfar dan jangan sekali-kali kalian lepas.

Istighfar dapat menjadi perantara untuk menyingkirkan azab dunia dan akhirat yang ditimbulkan oleh perbuatan jelek manusia. Salah satu dampak dari istighfar menurut al-Quran adalah mencegah azab Ilahi, pengampunan dosa serta menambah rizki, kesejahteraan dan usia. Sikap ramah, menurut Imam Jawad dapat menuntun manusia mencapai keridhaan Allah. Di metode pertama (istighfar) Imam menjelaskan hubungan antara seorang hamba dan Tuhan. Metode kedua dan ketiga mengajarkan manusia bagaimana berinteraksi dengan sesamanya. Artinya keridhaan Allah dapat dicapai seseorang dengan melayani dan mengabdi kepada sesamanya.

Pastinya sifat ramah tamah membuat seseorang menjadi tawadhu (rendah hati) dan tidak congkak, karena kesombongan membuat seseorang tak segan-segan berlaku zalim kepada sesamanya. Metode ketiga menurut Imam Jawad untuk mencapai keridhaan Tuhan adalah bersedekah. Imam Jawad sendiri terkenal karena kedermawanannya sehingga dijuluki al-Jawad. Dengan demikian beliau sendiri telah memberi contoh kepada umatnya dan tidak sekedar menganjurkan.

Infak dan sedekah banyak disinggung dalam al-Quran. Ibarat ini disebut al-Quran setelah shalat yang merupakan ibadah paling urgen bagi manusia. Dengan demikian menurut Imam Jawad penghambaan memiliki dua sayap. Sayap pertama, interaksi dengan Allah dan sayap kedua interaksi dengan sesama manusia dengan penuh tawadhu. Sifat tawadhu pada diri manusia dapat dipupuk dengan membiasakan diri memberi sedekah dan berinfak.

Setiap manusia berhak mengeluarkan hartanya dengan berinfak di jalan Allah. Namun demikian jangan sampai manusia memaksakan diri sehingga dirinya malah mendapat kesulitan. Infak dan berbuat baik dengan segala bentuknya khususnya bersedekah merupakan salah satu jalan bagi manusia untuk mencapai keridhaan Allah Swt. Karena manusia dengan kerelaannya mengeluarkan hartanya di jalan Allah. Orang seperti ini telah melepas keterikatan dirnya dengan materi demi keridhaan Allah.

Imam Ali as dan Taubat

 

Sumber :
Buku : taubat dalam naungan kasih sayang 
Karya : Ayatullah Husein Ansariyan 

Dengan mengingat pengaruh dan efek besar yang terdapat dari taubat, seperti : meraih ampunan dan rahmat Ilahi, meraih kelayakan untuk masuk ke surga, selamat dari siksa api neraka, terjauhkan dari jalan yang menyimpang, berada dalam rel yang lurus, dan bersih dari dosa-dosa dan kegelapan, maka kita bisa simpulkan bahwa aktifitas taubat bukan merupakan sebuah kegiatan yang kecil dan biasa, akan tetapi taubat merupakan sebuah aktifitas besar, luar biasa  dan sangat penting. 

Taubat tidak akan terealisasi apabila seseorang hanya mengucapkan “astaghfirullah” (aku mohon ampun kepada Allah Swt) dengan disertai rasa malu dalam dirinya dan tetesan air mata, karena banyak orang yang bertaubat dengan cara seperti ini, namun selang beberapa waktu, mereka kembali lagi jatuh ke dalam dosa yang sama.

“Kembali jatuh ke dalam dosa” merupakan bukti yang paling jelas bahwa taubat yang hakiki belum terealisasi. Taubat yang hakiki merupakan hal yang sangat penting dan agung, oleh karena itu, banyak dari ayat-ayat al-Quran dan hadis-hadis yang menyinggung persoalan tersebut. 

Taubat Hakiki Menurut Imam Ali as 
Suatu saat seseorang di hadapan Imam Ali as, mengucapkan "Astaghfirulloh" (Aku memohon Ampunan kepada Allah ), maka Imam Ali as berkata kepadanya, "Semoga ibumu meratapi kematianmu. Tahukah kamu, apakah Istighfar itu? Istighfar adalah derajat orang-orang yang tinggi kedudukannya. Ia adalah nama yang berlaku pada enam makna:
Pertama, penyesalan yang telah lalu. 
Kedua, bertekad untuk tidak kembali pada perbuatan dosa itu selamanya. 
Ketiga, mengembalikan hak orang lain yang telah diambilnya (tanpa hak) sehingga kamu berjumpa dengan Allah dalam keadaan terlepas dari tuntutan seorang pun. 
Keempat, hendaklah kamu memperhatikan setiap kewajiban atasmu yang sebelumnya telah kamu sia-siakan sehingga kamu dapat memenuhi kewajiban itu. 
Kelima, hendaklah kamu perhatikan daging yang telah tumbuh dari hasil yang haram, lalu kamu kuruskan ia dengan kesedihan sehingga kulit menempel pada tulang, lalu tumbuh di antaranya daging yang baru  (dari hasil yang halal). 
Keenam, hendaklah kamu rasakan badanmu dengan sakitnya ketaatan, sebagaimana kamu telah merasakannya dengan manisnya kemaksiatan. Maka, ketika itulah, kamu layak mengucapkan "Astaghfirulloh"

Dinukil dari buku taubat dalam naungan kasih sayang, karya Ayatullah Husein Ansariyan.

Terkait Berita: