Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Revolusi. Show all posts
Showing posts with label Revolusi. Show all posts

Rahasia Kehebatan Suharto


Diposkan oleh

Rahasia Kehebatan Suharto :
Suharto itu orang yang tidak suka membaca, dia juga tidak suka menulis. Tapi ada satu kehebatannya yang membentuk dia menjadi manusia otentik dan mampu menguasai manusia lain, menguasai sistem masyarakat.
Suharto menjalani laku tapa meneng. Atau meditasi diam. Dia melatih meditasi diam, ini jenis pelatihan meditasi tingkat tinggi yang amat berat. Ilmu Meneng ini did…apatkan pada tahun 1936 dari Kyai Daryatmo, saat itu Harto mengalami titik terendah dalam kehidupannya, terutama soal orang tuanya. Ia terlahir dengan suasana batin yang sakit hati dan sepi dari rasa cinta.

Suatu malam ia dibawa pamannya ke rumah Kyai Daryatmo, dari sanalah ia kemudian belajar banyak tentang falsafah Jawa. Kata-kata : Ojo Lali, Ojo Kagetan dan Ojo Dumeh adalah fase-fase pengalaman batin yang harus ia lalui sebelum sampai pada tingkatan meneng.

Di bulan puasa sekitar tahun 1938, Suharto dipesankan untuk menjalani disiplin menjadi manusia Jawa sempurna, jadi Jawa dalam pengertian batin itu adalah Manusia yang bisa mengalahkan dirinya sendiri, laku dalam mengalahkan dirinya inilah yang mengantarkan pada kesempurnaan. Sampai tahun 1938 laku tapa meneng ini belum sempurna dijalani Suharto karena ia masih gagal mengendalikan pikirannya.

Suatu saat tatkala ia menjadi kadet KNIL di Gombong, ia melihat arus kali. Suharto merenung apa makna arus kali, Ada apa dengan arus kali, ia mengamati arus kali di belakang tangsi KNIL itu lama. Dari pengamatannya itu ia melihat bahwa alam adalah gambaran tentang jiwa manusia, di saat itulah kemudian Suharto menjadikan dirinya sebagai anak alam, ia melibatkan dirinya dengan alam, ia merasakan alam itu sendiri. Lalu di senin pagi, saat itu sedang ada cuti kadet, karena Suharto akan dipindahkan ke Bogor.. Ia duduk di belakang tangsi-nya itu, ia merenungi arus kali yang menggerus batu-batu, kenapa air bergerak dengan sunyi. Lalu ia melihat cahaya matahari pagi yang terpantulkan dari arus sungai, tap..! Suharto kemudian menemukan makna di balik tingkatan fase ilmu yang diberikan Kyai Daryatmo adalah : KESETIAAN, dalam definisi tertinggi kesetiaan itu adalah Rasa Sabar. Disinilah kemudian Suharto melandasi ilmu manusianya.

Tidak seperti Sukarno yang melibatkan dirinya dengan suasana hati manusia, maka Suharto mengalami kredo keterlibatannya justru pada alam. Suharto kemudian melatih ilmu meneng itu dalam segala bentuk meditasinya, ia diam, ia selalu memperhatikan, ia tidak pernah mengomentari apa-apa, ia hanya menuruti keadaan, karena keadaan akan membentuk dirinya sendiri dan keadaan yang terbentuk itu. “Hal terpenting dalam dirimu Harto, janganlah engkau menangis berlebihan, janganlah engkau tertawa berlebihan, karena sikap berlebihan akan mengaburkanmu pada situasi sesungguhnya, ia akan membawa jiwamu pada rasa lemah dan ragu” begitu nasihat Daryatmo setelah Suharto menggambarkan apa yang ia rasakan setelah ia bertemu Kyai Daryatmo setelah Indonesia Merdeka pada tahun 1946, saat itu Harto jadi Komandan Militer Yogyakarta yang baru saja merebut gudang senjata di Kotabaru Yogya. Suharto hanya menangis dua kali, saat kerbaunya terperosok di pematang sawah dan saat isterinya meninggal.

Tahun 1942 Harto mengalami periode yang amat berat, ia lari dari KNIL karena ia menolak untuk berperang untuk Jepang melawan sekutu, ia ke desanya. Disana hidup tanpa pekerjaan dan uang, ia terkena malaria. Ia merasa merepotkan orang lain, di tengah kehidupan yang amat berat itu ia kemudian melatih ilmu tapa meneng, Suharto bisa kuat dalam tiga hari tanpa makan, tanpa minum dan dalam setahun ia hanya makan nasi putih tanpa garam tanpa apapun.

Dari ilmu meneng yang kemudian dijalaninya itu semakin hari semakin ia bisa membaca tingkah laku manusia dan arah hidup manusia. Dari membaca tingkah laku manusia ia juga bisa membaca arah hidup masyarakat. Disinilah letak kunci ilmu tertinggi Suharto, dan sepanjang sejarah memang dialah yang menguasai Indonesia secara absolut selama 32 tahun tanpa jeda, ini tidak pernah disaingi oleh penguasa Nusantara manapun dalam sejarah Indonesia.

Banyak orang tidak tau, Suharto juga suka melakukan meditasi jalan. Ia bisa pernah jalan kaki dari Bogor dari ke Yogyakarta dan ini bukan hanya sekali, ia sangat kuat berjalan. Bahkan temannya pernah bercerita dalam satu minggu perjalanan Suharto tidak bicara apapun. Rosihan Anwar juga selalu mengulangi cerita saat ia bertemu dengan Suharto dan minta diantar ketemu Panglima Sudirman, dalam lebih sepuluh jam perjalan Suharto sama sekali tidak bicara, satu kali bicara saat Suharto mengambilkan kelapa muda kepada Rosihan Anwar dan membukakan dengan pisau komandonya, Suharto berkata “Silahkan diminum degan-nya” sambil tersenyum setelah itu Suharto diam terus.

Sikap diam Suharto inilah yang kemudian ia bisa membaca banyak situasi dari mulai Penangkapan Sudarsono atasannya sendiri dimana dia harus memihak, peristiwa Bambang Sugeng saat perebutan Panglima Diponegoro, peristiwa pemberontakan tiga daerah sampai peristiwa paling bersejarah dalam Indonesia modern : -Gestapu 65-.

Suharto juga punya ilmu terkenal namanya ‘Nyondro’ ilmu membaca gerak gerik wajah. Dari nyondro inilah kemudian Suharto bisa membaca orang yang dihadapinya ini kalah atau menang. Suharto kalau bersalaman selalu tangannya diatas, seperti tangan Sultan kepada bawahannya, sikap salaman ini yang tidak disenangi oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX bahkan beberapa kali Sri Sultan menghindari jabatan tangan, tapi kemudian Sultan berjabatan tangan dengan sikap equal satu sisi dan sempat dipotret saat itu Sultan sudah tidak jadi Wapres dan jadi Ketua KONI.

Suharto adalah orang yang amat ahli bahasa, bila Sukarno menggunakan bahasa untuk menyenangkan hati orang lain, maka Suharto menggunakan bahasa untuk membentuk hubungan komunikasi ‘antara siapa yang berkuasa dan siapa yang harus menurut’ itulah gaya bahasa yang pernah diciptakan Sultan Agung Hanyokrokusumo saat itu Sultan Agung ingin suku Sunda takluk dengan Jawa tapi dalam penaklukan sampai ke suasana batinnya, maka diciptakanlah bahasa halus Jawa, bahasa Krama Inggil, bahasa inilah yang juga memperhalus bahasa Sunda seperti yang kita lihat dalam bahasa Cianjuran atau Bahasa Sunda Sumedang. Suharto membentuk bahasa sebagai arahan alam pikiran, ia membuat kebijakan EYD, Ejaan Yang Disempurnakan, ia membentuk jargon-jargon kehilangan isi, sehingga terlihat membosankan, dalam keadaan membosankan itu sesungguhnya Suharto sudah menaklukkan gaya bahasa perlawanan.

Sikap Suharto juga mendua terhadap priyayi dan proletar, bila kepada priyayi ia akan berkompromi karena dalam dunia priyayi ia bisa menanamkan pengaruhnya, inilah kenapa bahasa WS Rendra ia diamkan, sementara bahasa Wiji Thukul langsung ia bunuh. Bahasa WS Rendra ia jadikan seakan-akan musuh, tapi ia tidak bunuh malah ia besarkan dan ia diamkan, tapi ketika kesadaran bahasa itu akan tumbuh di kalangan proletar, mereka yang tidak bermodal, mereka yang hanya memiliki satu-satunya senjata yaitu : Nyawanya maka mereka harus dibereskan.

Karena satu hal yang amat tidak disukai Suharto : REVOLUSI…………..

Eureka

galileo galilei

Kata ini yang diucapkan oleh Galileo pertama kali saat ia menemukan bahwa sesungguhnya bukanlah bumi yang menjadi sumber atau pusat tata surya, namun sebaliknya mataharilah yang menjadi pusat tata surya. Bumi pula yang mengililingi matahari selama sekitar 365 hari (revolusi) dan berputar pada sumbunya selama 24 jam (rotasi).

Penemuan ini pula yang menghantarkan dia berhadapan dengan para borjuis agama pada saat itu yang mengendalikan seluruh opini publik tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan sesuatu yang berada diluar jangkauan manusia pada saat itu. Para agamawan yang menjadi penguasa baru untuk menafsirkan seluruh fenomena alam. Pada akhirnya penemuan inipula yang akhirnya mengakhiri hidup cemerlangnya berhadap-hadapan dengan kekuasaan pemuka agama yang sangat kuat saat itu dan yang menjadi titik tolak renaissance (abad pencerahan) di Eropa yang memicu revolusi industri. Setelah penemuan Galileo ini kemudian menyusul penemuan-penemuan brilian lainnya dari bangsa Eropa, yang menandakan pula runtuhnya regim rohaniawan.

Apakah potensi eureka ini dapat juga kita miliki?. Jawabannya tentu saja. Ron Holland, seorang ahli komunikasi dan marketing, dalam bukunya Talk and and Grow Rich, seperti yang pernah saya singgung pada tulisan sebelumnya (lihat: Biarkan Saja Mengalir) menyebut ini sebagai proses akumulasi dari pemanfaatan energi alam bawah sadar kita. Ia juga mengatakan bahwa seandainya manusia mampu memanfaatkan energi ini maka akan banyak masalah yang dapat terselesaikan. Bahkan ekstremnya ia membiarkan energi ini bekerja sendiri untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusia. “Biarkan saja alam bawah sadar yang akan menyelesaikannya.. “ demikian katanya menyarankan dalam buku tersebut.

Ia menyebut contoh bahwa pada saat kita sedang mengalami tekanan kerja yang demikian berat, dan pada saat yang sama kita bersegera meluangkan waktu untuk berlibur, maka banyak persoalan terselesaikan dengan sendirinya. Kita yang biasanya suntuk dan jenuh dengan banyak persoalan yang dihadapi, ketika sehabis liburan tiba-tiba saja persoalan seolah-olah telah terselesaikan. Kita pun menjadi lebih rileks dan bersemangat untuk menyelesaikannya.

Apa hubungan eureka ini dengan tulisan saya selanjutnya. Saya merasa ada kesamaan sistem yang bekerja ini dengan proses alam bawah sadar yang bekerja dipikiran saya beberapa hari terakhir ini. Ini masih sebuah asumsi saja.

Berkaitan dengan hal ini, dalam kesempatan ini saya hanya ingin berbagi cerita yang agak mengherankan saya. Apakah efek-efek yang saya alami ini akibat proses bekerjanya alam bawah sadar saya-seperti eureka Galileo-ataukah memang hanya sebuah kebetulan. Dibawah ini saya akan tuturkan peristiwa itu satu per satu.

Dalam dua minggu terahir ini saya mengalami dua peristiwa yang cukup mengherankan saya. Peristiwa pertama berkaitan dengan tokoh Munir SH, aktivis demokrasi pendiri Kontras dan direktur Imparsial, sebuah LSM yang bergerak dibidang advokasi terhadap korban-korban kekerasan dan penegakan supremasi hukum, HAM dll. Seperti kita ketahui, tokoh besar ini, meninggal Selasa, 7 September, 2004 yang lalu. Menurut media ia meninggal saat akan transit menuju Amsterdam dari bandara Schippol, Belanda, tempat dimana ia mendapatkan beasiswa S-2 nya di Belanda. Munir mendapatkan program beasiswa tersebut dari organisasi geraja– geraja.

Beasiswa yang diperoleh oleh Munir SH dari gereja mengindikasikan kepada kita bahwa dunia gereja telah bergerak cukup jauh dalam aktivitas keagamaannya, bukan sekedar hanya berkaitan dengan kegiatan agama secara formal. Beberapa aktivitas dari mereka juga berkaitan dengan kemanusiaan, seperti pencegahan HIV AIDS, serikat pekerja dll. Lepas setuju atau tidak setuju saya amat memuji langkah dewan gereja yang sangat perhatian dengan persoalan kemanusiaan dengan memberikan beasiswa kepada seorang non-Kristen untuk belajar dan membiayai pendidikan kepada para pejuang kemanusiaan seperti Munir SH. Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan kita umat Islam. Bantuan yang ada dari kaum muslimin lebih terfokus pada bantuan-bantuan berupa pembangunan fisik seperti masjid dll. Saya tidak antipati dengan cara ini, tetapi menurut saya pembangunan manusia jauh lebih penting daripada pembangunan fisik seperti masjid. Masjid dan lain sebagainya hanya akan bernilai oleh orang – orang yang memiliki kesadaran dan pengetahuan tentang dirinya dan tanggungjawabnya kepada Sang Pencipta. Dari lembaga bantuan (yang saya ketahui) sangat sedikit dari mereka yang mengalokasikan dana bantuannya untuk pemberdayaan kepada orang-orang yang memiliki perhatian kepada rakyat miskin dan yang tertindas. Membiayai mereka untuk menjadi pemimpin, dan penggerak bagi para orang–orang tertindas di seluruh dunia. Dunia Islam kini adalah didominasi oleh penindasan dimana-mana. Padahal Nabi Saw dan nabi-nabi sebelumnya selalu bersama dan berpihak pada orang-orang tertindas. Kebetulan saya pernah mendapatkan pelatihan yang cukup memadai mengenai aktivitas serikat pekerja dari salah satu lembaga gereja. Pada saat menerima pelatihan tersebut, saya tidak peduli dengan siapa yang memberi dan mendanai saya. Bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama untuk mengangkat dan memberdayakan pekerja, maka saya akan dukung dan terima, dari siapapun dana itu diperoleh. Mungkin saya terlalu praktis dan berfikir jangka pendek melihat ini. Bagi saya kebenaran bukanlah monopoli Islam saja. Kebenaran tidak identik dengan simbol agama tertentu. Kebenaran seperti Muthahhari jelaskan dalam bukunya Keadilan Ilahi, memiliki hakikatnya sendiri. Bahkan Imam Ali as pernah mengatakan,…”lihatlah pembicaraannya jangan kamu lihat siapa yang berbicara”. Ditempat lain ia mengatkan, …”ambilan ilmu darimana saja ia berasal”. Nabi kita pun menganjurkan kita untuk belajar ke negeri Cina yang nota bene mayoritas penganut Budha atau Konfusianisme (Kong Hu Chu).
Seorang Munir SH adalah orang yang sangat berani melawan arus menentang bentuk penindasan dan kezaliman khususnya di zaman orde baru. Ia adalah tokoh yang dipilih oleh majalah Ummat sebagai tokoh untuk tahun 1998 dengan segenap kiprahnya ditahun itu.

Majalah Ummat adalah majalah Islam modern perkotaan yang dulu cukup berani menyajikan berita–berita tentang politik dll. Kini majalah itu tidak lagi terbit. Banyak awaknya kini menjadi wartawan di beberapa media besar seperti Tempo, Gatra dll.
Ia mendirikan Kontras dimana saat itu banyak aktivis gerakan pro demokrasi diculik dan dihilangkan nyawanya. Lembaga ini menjadi corong yang paling nyaring menyuarakan kepentingan para aktivis yang diculik saat itu. Mudahan-mudahan Munir SH mendapatkan syafaat dari Rasulullah Saw dengan perjuangan heroiknya tersebut. Ia telah membasahi tanah negeri ini dengan sikap-sikapnya yang sangat ksatria, yang akan tetap dikenang dan dijadikan panutan bagi para pejuang demokrasi selanjutnya. Sekali lagi ini pandangan pribadi saya yang sangat subjektif. Mungkin ada banyak pihak tidak sependapat dengan penilaian saya ini. Ini alam demokrasi. Orang sah-sah saja berbeda pendapat.

Mudah-mudahan nantinya kami akan menyusul langkah-langkah anda bung Munir SH. Menjadi syahid, dan menjadi saksi kepada generasi selanjutnya tentang kegigihan dalam membela kebenaran adalah cita-cita pengikut Rasulullah Saw dan Imam Husein as.

Kesyahidan Imam Husein as di Karbala menjadi saksi bagi seluruh pengikut Rasulullah selanjutnya untuk mendambakan gugur dalam membela kebenaran. Kesayhidannya ini menginspirasi jutaan rakyat Iran meruntuhkan regim Syah yang didukung AS dan Isreal (dawn with America and Israel). Ia juga membakar para pejuang Hizbullah sehingga mereka mampu mengusir tentara Israel pulang ke kampungnya dengan tertunduk malu.

Lalu dimana cerita yang mengherankan itu terjadi? Saya mengatakan kepada rekan saya di kantor sekitar dua minggu yang lalu, bahwa saya akan bersikap golput untuk tidak memilih capres yang tersedia, antara Mega dan SBY pada putaran kedua 20 September 2004, nanti. Buat saya keduanya tidak memiliki track record yang mumpuni. Walaupun salah satunya SBY nampak memiliki performance yang lebih unggul daripada Mega, tapi dengan melihat komposisi team sukses kepresidenannya, saya jadi agak meragukan jika nantinya SBY terpilih, ia dapat membuktikan janji-janjinya tersebut. Kabinet adalah sebuah lembaga eksekutif untuk menjalankan roda pemerintahan. Diperlukan team work dan komitmen yang tinggi untuk memperjuangkan kepentingan rakyat banyak. Saya tidak melihat orang–orang yang bergelut dan concern terhadap rakyat miskin pada kedua team mereka.

Keputusan golput saya tarik jika salah satu dari keduanya mengangkat Munir SH menjadi jaksa agung. Artinya saya tidak akan golput jika salah satu dari kedua calon tersebut mengumumkan bahwa Munir SH adalah calon jaksa agung mereka pada kabinet kepriesidenan mendatang. Dan ternyata memang saya harus tetap golput, karena Munir SH tidak akan pernah menjadi jaksa agung seperti yang saya harapkan. Munir SH telah menemui Tuhannya yang lebih mencintainya. Walaupun Munir SH mati muda tapi semangatnya akan tetap menyala bagi para pejuang kebenaran. Selamat jalan bung Munir SH.

Peristiwa kedua terjadi malam yang lalu. Sehabis hadir pada kuliah umum mengenai kewirausahaan untuk mata kuliah pengantar bisnis, di FE Ekstension yang diselenggarakan oleh BEM FE Ekstensi, yang menampilkan dua pembicara, yang pertama pimpinan dari Holding Company Easco Group Bp. Emil dan Sdr. Dandosi Mahram alumnus FE Ekstensi UI tahun 1990, yang merupakan pengamat dan praktisi pasar modal ternama di Indonesia. Saya sempat mampir sekitar 30 menit di sentra pasar modal milik Danareksa Sekuritas, tepatnya dipojok dekat ATM BCA di sudut FE UI. Saya berdiskusi dengan sdr. Satrio yang juga alumnus FE UI tahun 1991 seputar pasar modal. Terus terang saya masih sangat awam dengan pasar modal.

Kami berdiskusi panjang lebar hingga masuk pada persoalan yang sangat penting untuk diketahui oleh orang–orang yang ingin berinvestasi di pasar modal. Persoalannya adalah kapan kita akan masuk untuk membeli saham dan kapan saat kita harus menjual. Ini pengetahuan penting yang harus diketahui sebagai starting point masuk dunia pasar modal.

Kita tidak dapat membeli saham sendiri namun harus melalui melalui perusahaan sekuritas yang telah terdaftar di Bapepam dengan dikenai biaya (fee) sekitar 0.3% dari nilai transaksi. Transaksi berlangsung real time dan penyerahan uangnya untuk membeli adalah H+3 sementara untuk menjual H+4.

Menurut Satrio, dunia pasar modal adalah dunia yang mengharuskan kita untuk tidak saja memahami angka–angka yang tercantum dalam laporan keuangan, namun kita juga harus dapat memahami peristiwa ekonomi dan politik skala globa maupun isyu regional. Para pialang harus menjadi demikian aware terhadap seluruh proses yang terjadi di dunia ini. Karena seluruh efek dari peristiwa global akan sangat mempengaruhi perdagangan saham. Dunia telah sedemikian interdependensi. Saat itu Satrio menyebut bahwa saham dapat saja mudah jatuh jika besok hari ternyata terjadi bom meledak atau ada peristiwa force majeur lainnya.

Ternyata pada siang hari keesokan harinya, tepatnya pukul 10:30 WIB terjadi bom yang sangat dahsyat (huge explosive) di Kedutaan Australia di Jl. H. R. Rasuna Said. Bom berkekuatan besar itu dalam tayangan TV terlihat mampu menjebol pintu pagar gedung kedutaan Australia. Tidak itu saja, bom itu juga memecahkan kaca–kaca gedung yang berdekatan dengan lokasi kejadian dalam radius 500 m. Diperkirakan kekuatan bom ini jauh melebihi apa yang terjadi di Bali dan Hotel J. W. Marriot. Satu peristiwa kelabu kembali mewarnai Republik yang baru saja berulangtahun ke 59 ini. Indonesia menjadi salah satu ladang subur terjadi peristiwa teroris di seluruh dunia. SCTV menyebutnya sebagai “Indonesia Menangis”. Kita mengutuk peristiwa seperti itu dan jauh dari nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam.

Saya sendiri agak heran dengan kedua peristiwa yang secara tidak sengaja dan sadari saya ketahui sebelum terjadinya sebuah peristiwa. Apakah ini kebetulan? Tapi beberapa kali sering kita mengalami hal ini. Apa arti fenomena ini? Ini masih rahasia besar buat saya. Ada yang bisa bantu?

Source

REVOLUSI INGGRIS YANG SESUNGGUHNYA


Antara abad ke-11 hingga 13 para elit yahudi berhasil menancapkan kekuasaan yang nyaris mutlak di seluruh Eropa dengan menggunakan satu sekte agama bentukan mereka, Ksatria Templar. Dengan kekayaan yang didapatkannya dari penjarahan di Jerussalem setelah mendompleng ekspedisi Perang Salib, mereka berhasil mempengaruhi Sri Paus untuk menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada mereka, yaitu hak kepemilikan tanah di sebagian besar Eropa. Namun mereka belum menguasai sepenuhnya kekuasaan para raja dan bangsawan. Maka ketika Raja Perancis merasa bosan berada di bawah kekuasaan para Templar dan harus membayar pajak tanah setiap tahun kepada mereka, ia pun memberontak. Aksinya mendapat dukungan para raja dan bangsawan Eropa sehingga dengan relatif mudah berhasil menumbangkan kekuasaan para Templar. Sebaliknya bagi para Templar, mereka menjadi korban pembantaian dan yang selamat menjadi buronan dimana-mana.

Maka untuk selanjutnya para elit yahudi itu, setelah menguasai sumber-sumber kekayaan, memusatkan perhatian pada pengambil-alihan kekuasaan secara sistematis dan menyeluruh yang selanjutnya disebut sebagai revolusi yang sekaligus menghancurkan 2 kekuatan penghalang mereka: raja-raja bangsawan dan gereja. Dan percobaan pertama yang ternyata sukses, adalah di Inggris. Terlepas dari itu, pilihan Inggris sebagai sasaran pertama adalah dendam karena raja Inggris telah mengusir orang-orang yahudi pada tahun 1290.

Revolusi Inggris (biasa disebut Perang Sipil Inggris) terjadi pada pertengahan abad 17 yang ditandai dengan satu peristiwa tragis, yaitu dihukum matinya Raja Charles I. Karena keberhasilannya, revolusi ini kemudian menjadi model dari beberapa revolusi sejenis yang melanda seluruh daratan Eropa dengan satu tujuan: menumbangkan kekuasaan raja-raja aristokrat dengan pemimpin-pemimpin tiran yang merupakan boneka para elit penguasa yahudi.   

"Adalah sudah menjadi ketentuan takdir bahwa Inggris harus menjalani revolusi pertama dari berbagai revolusi yang belum selesai hingga saat ini.”

Itu adalah kalimat yang tertulis pada buku “Life of Charles I” tulisan Isaac Disraeli yang diterbitkan pertama kali tahun 1851. Isacc adalah ayah dari Benjamin Disraeli, anggota parlemen pertama dan perdana menteri pertama Inggris yang berdarah yahudi. Ia berhasil menulis karya yang sangat mengagumkan dengan detil yang sangat lengkap tentang satu peristiwa paling besar yang pernah terjadi di Inggris. Disraeli mengaku tulisannya berdasarkan bahan-bahan yang dikumpulkan oleh Melchior de Salom, duta besar Perancis untuk Inggris selama terjadinya revolusi.

Revolusi Inggris dibuka dengan gambaran tentang kerajaan Inggris sebagai negara kesatuan antara raja, gereja, negara, para bangsawan dan rakyat yang disatukan oleh tradisi kekristenan yang kuat. Di sisi lain mulai muncul gerakan baru bernama Calvinisme yang pertama kali dimunculkan oleh warga negara Swiss bernama Calvin (dalam bahasa Perancis dieja sebagai Cauin, kemungkinan berasal dari nama asli Cohen yang berarti juga orang yahudi).

Calvin adalah salah seorang tokoh satu gerakan yang oleh buku-buku sejarah disebut sebagai “Reformasi” (saya lebih suka menyebutnya sebagai gerakan “Destruksi” berdasarkan motif di belakangnya yang saya ketahui) yang bertujuan “memurnikan” ajaran Kristen. Dalam upayanya itu Calvin mengorganisir sejumlah besar orator yang bertugas menciptakan perselisihan di tengah-tengah masyarakat tentang berbagai isu agama, tidak terkecuali di negeri Inggris Raya yang mencakup juga Irlandia dan Skotlandia.

Isu perbedaan yang mereka ciptakan adalah kesucian hari Sabbath, hari suci kaum yahudi yang jatuh setiap hari Sabtu dimana kaum yahudi dilarang untuk melakukan aktifitas. Sebagian rakyat Inggris yang taat pada keyakinan Kristen (puritan) percaya dengan keyakinan yang juga tercantum dalam kita Injil itu. Namun sebagian lainnya yang “moderat” menolaknya. Maka rakyat Inggris-un terbelah secara tajam oleh satu isu yang sebelumnya tidak pernah menjadi persoalan, yaitu hari Sabbath. Kelompok pertama yang terdiri dari kaum puritan berdiri di belakang sebagian anggota parlemen yang dipimpin oleh Oliver Cromwell, sedang kelompok kedua berdiri di belakang para bangsawan yang dipimpin oleh Raja Charles I.

Perlemen yang tadinya selalu menuruti semua perintah raja sebagai pengemban kekuasaan tertinggi, mulai berani menentang kebijakan-kebijakan raja seperti pernikahannya dengan Henrietta Maria dari Perancis, pemungutan pajak untuk membiayai perang di daratan Eropa serta pengangkatan George Villiers sebagai panglima perang. Tidak berhenti di situ, pada tahun 1627 parlemen bahkan berani meng-impeach raja, satu preseden awal sepanjang sejarah.

Tokoh-tokoh penting pendukung raja yang disebut juga sebagai kaum “royalis” adalah Buckingham, Strafford dan Laud. Buckingham, adalah sahabat raja terdahulu James I, terbunuh oleh satu konspirasi misterius. Earl of Strafford, seorang bangsawan yang awalnya adalah pendukung oposisi akhirnya bergabung ke kubu pendukung raja setelah menyadari motif jahat di belakang kaum oposisi.

Dari waktu ke waktu permusuhan parlemen semakin kuat terhadap raja. Pada satu saat mereka bahkan menghukum mati Earl of Strafford dengan tuduhan peng¬khia¬natan. Raja pun menyebut mereka sebagai “musuh” dengan pimpinan yang dilihatnya adalah Earl of Bedford. Earl of Bedford adalah keturunan dari seorang yahudi pedagang anggur bernama Roussel.

Tidak menyadari konspirasi yang terjadi di balik itu semua, raja dan semua orang mengalami kebingungan, dan ketakutan. Tiba-tiba saja semua orang saling membenci dan bermusuhan. Orang-orang yang tadinya sangat menghormati raja dan pendeta, mulai berani menghujat mereka. Mereka tidak tahu siapa musuh dan siapa kawan yang sebenarnya, kepada siapa bisa mendapatkan dukungan dan pertolongan. Bahkan tokoh-tokoh besar dan orang-orang berpengaruh pun bisa tidak berdaya untuk menyelamatkan dirinya, termasuk Earld of Stafford dan Laud, sang Uskup Agung pendukung raja yang juga dihukum mati.

Pembunuhan Earl of Stafford menjadi salah satu drama politik terheboh di Inggris. Awalnya parlemen mengajukan petisi untuk mengadili Stafford dengan tuduhan pengkhianatan setelah kegagalannya menjalankan misi kenegaraan di Skotlandia. Untuk memperkuat dakwaan, anggota parlemen anti-raja dipimpin Pym mengajukan bukti berupa kesaksian putra anggota Dewan Penasihat Raja (King’s Privy Council) bernama Henry Vane the Elder. Henry Vane membantah kesaksian tersebut, namun putranya, Henry Vane the Younger yang telah disuap, mengkhianati ayahnya dan Earl of Stafford yang tidak lain adalah sahabat ayahnya, dengan menyerahkan kopi nota rahasia milik ayahnya yang menjadi bukti dakwaan.

Atas bukti tersebut anggota parlemen anti-raja mengajukan Bill of Attainder, yang menyatakan bahwa Stafford bersalah dan dijatuhi hukuman mati. Berbeda dengan pengadilan umumnya Bill of Attainder tidak membutuhkan bukti-bukti, namun tetap mengharuskan persetujuan raja untuk diputuskan. Charles menolak, sementara para bangsawan anggota parlemen tinggi (House of Lord) juga keberatan dengan beratnya hukuman yang dijatuhkan. Di sisi lain tentara yang loyal pada raja juga mengadakan gerakan dukungan pada Stafford.  Namun pada tgl 21 April parlemen tetap meloloskan hukuman itu dengan dukungan 204 suara melawan 59 yang menentang. Charles tetap menolak sehingga hukuman tetap tidak berlaku, namun karena khawatir dengan keselamatan keluarganya, ia akhirnya menyetujui. Maka pada tgl 10 Mei 1641 Earl of Stafford dihukum pancung.

Raja, para pendukung-pendukungnya dan seluruh rakyat Inggris sama sekali tidak menyangka bahwa semua kekacauan itu adalah pekerjaan konspirasi yahudi, karena semua orang yahudi sudah diusir dari Inggris pada tahun 1290 oleh raja Edward Longshanks akibat praktik-praktik ritual berdarah mereka.
Dengan pembunuhan atas Sir Stafford, para musuh raja yang sebelumnya beroperasi secara diam-diam, kini telah membuka kedoknya. Selanjutnya mereka memusatkan perhatian pada pengambil-alihan ibukota City of London. Dan tiba-tiba saja di London muncul gerombolan bersenjata yang menamakan diri sebagai kaum "operatives", padanan kata dari "workers" atau “buruh”.

Tentang gerakan “buruh” ini Disraeli menulis: "Mereka disebut-sebut berjumlah sekitar sepuluh ribu orang. Dengan senjata-senjata berat sebagaimana biasa digunakan dalam pertempuran, mereka adalah milisi pemberontak yang beroperasi sepanjang tahun, yang bisa diandalkan untuk melakukan penghancuran dengan biaya rendah”.

Harus diingat bahwa kala itu ide tentang pemberontakan rakyat atau revolusi tidak pernah terpikirkan oleh seluruh rakyat di Eropa dan belahan dunia lainnya yang selama ribuan tahun menganggap raja adalah wakil Tuhan di bumi. Peperangan-peperangan yang terjadi selalu antara para raja dan penguasa, tidak pernah melibatkan rakyat jelata. Maka ide seperti itu tentu hanya ada di pikiran orang-orang yang telah merencanakannya sejak lama, siapa lagi kalau bukan orang-orang yahudi yang memang tidak memiliki raja dan negara.

Gerombolan-gerombolan bersenjata mengintimidasi seluruh rakyat kota London, tak terkecuali  parlemen dan istana kerajaan. Mereka inilah yang kemudian menjadi model pembentukan gerombolan "Sacred Bands" dan "Marseillais" dalam Revolusi Perancis tahun 1789, atau “red army” dalam Revolusi Bolshevik tahun 1917 di Rusia.

Isaac Disraeli berulangkali mengaitkan Revolusi Inggris dengan Revolusi Perancis, terutama saat menyebut peran pers.

“Peredaran pamflet dan leaflet tidak lagi bisa ditahan. Antara tahun 1640 hingga 1660, sekitar 30.000 lembar telah dicetak.” Dan kemudian, “.. melimpah dalam jumlah dan kejam dalam nafsu.” Dan selanjutnya:
“Tangan-tangan di belakang layar telah memainkan perannya. Mengumumkan daftar orang-orang yang dicap sebagai 'Straffordians” atau “pengkhianat negara”.

Disraeli tidak menyebutkan pemilik tangan di balik layar itu meski ia sebenarnya tahu karena merupakan bagian dari mereka. Namun kini kita telah mengetahui siapa mereka. Beberapa buku Jewish Encyclopedia atau The Jews and Modern Capitalism karya Sombart dengan tepat menyebutkan siapa sebenarnya Olliver Cromwell. Ia diketahui menjalin hubungan dekat dengan para elit yahudi  di Belanda. Ia mendapat banyak uang dari Manasseh Ben Israel. Sementara Fernandez Carvajal yang berjuluk "The Great Jew" merupakan kontraktor utama dari New Model Army, tentaranya Cromwell.
Dalam The Jews in England tertulis:

"Pada tahun 1643 sejumlah besar orang-orang yahudi mendarat di Inggris. Penampungan utama mereka adalah rumah dubes Portugis De Souza, seorang Marano (yahudi rahasia). Figur penting di antara mereka adalah Fernandez Carvajal, penyandang dana besar dan kontraktor tentara."

Pada bulan Januari 1642 kerusuhan pun meledak setelah raja berupaya  menangkap 5 anggota parlemen yang dianggap sebagai provokator. Tentara misterius "Operatives" pun bergerak sementara ribuan pamflet mengecam raja ditebarkan dengan seruan: “ke tenda-tendamu, O Israel.” Ke lima anggota parlemen dengan perlindungan massa bersenjata kembali ke gedung parlemen, sementara Charles I dan keluarganya harus meninggalkan istana Palace of Whitehall karena kekhawatiran keamanan.

Setelah melalui beberapa pertempuran sengit antara New Model Army dengan pasukan pendukung raja, pada tahun 1647 para pendukung raja menjadi pihak yang terkalahkan dan raja secara efektif menjadi tahanan rumah di Holmby House.

Pada tgl 3 September 1921 Plain English, majalah mingguan yang diterbitkan North British Publishing Co. dengan editor Lord Alfred Douglas, mempublikasikan korespondensi surat yang ditulis antara bulan Juni dan Juli 1647 antara Oliver Cromwell dengan Ebenezer Pratt, pimpinan sinagog Mulheim, Belanda.

16th June, 1647
Dari O.C. (Oliver Cromwell), Kepada Ebenezer Pratt.
Sebagai imbalan atas bantuan keuangan, orang-orang yahudi akan dijinkan untuk kembali ke Inggris. Namun hal ini tidak akan pernah terwujud selama Charles masih hidup.

Charles tidak bisa dihukum mati tanpa pengadilan sementara alasan-alasan yang ada kurang mendukung (untuk mengadilinya). Untuk itu ada ide untuk membunuh Charles.


Sebagai balasannya adalah sbb:

12 Juli 1647

Kepada OC dari E. Pratt
Bantuan keuangan akan segera dikirimkan setelah Charles disingkirkan dan orang-orang yahudi diijinkan kembali. Pembunuhan terlalu berbahaya. Charles harus diberi kesempatan untuk melarikan diri. Penangkapannya kembali akan menjadi alasan kuat untuk mengadilinya dan menghukumnya mati.


Dengan informasi ini kini kita mengetahui dengan sejelas-jelasnya tentang konspirasi pembunuhan Raja Charles I, lengkap dengan pelaku serta motifnya. Salah satu kejahatan konspirasi terbesar dalam senjarah dunia.

Pada tgl 4 Juni 1647, Cornet Joyce memimpin 500 pasu¬kan revolusioner menyerbu Holmby House tempat kediaman raja dan menangkapnya. Menurut Disraeli aksi tersebut dilakukan atas perintah langsung Cromwell tanpa sepengetahuan pembantu-pembantu dekatnya sekalipun. Dalam bukunya Disrael menulis:

“Aksi tersebut dirancang secara rahasia pada tgl 30 Mei di rumah Cromwell, meski kemudian Cromwell berpura-pura tidak mengetahui rencana itu.”

Aksi tersebut bersamaan masanya dengan munculnya perkembangan baru yang terjadi di kalangan tentara New Model Army, yaitu gerakan 'Levelers" dan  "Rationalists." Doktrin mereka sama dengan kaum revolusioner Revolusi Perancis 1,5 abad kemudian, pada dasarnya adalah seperti apa yang kita ketahui sebagai komunisme. Selama masa inilah para revolusioner Inggris 4 kali menyerbu parlemen, menahan dan mengintimidasi anggota-anggota parlemen pro-raja hingga di sana hanya tersisa 50 anggota parlemen revolusioner yang selanjutnya disebut Rump Parliament yang nantinya akan ditugasakan untuk menjatuhkan hukuman mati terhadap raja.

Selanjutnya, sesuai rencana, diskenariokan raja melarikan diri ke Pulau Wight pada tgl 12 November. Untuk peristiwa ini Disraeli menulis:

 “Para sejarahwan kontemporer telah sepakat bahwa pelarian Raja Charles dari Holmby ke Pulau Wight, merupakan  tipu daya Cromwell."

Kecuali langkah-langkah tentara pendukung raja yang membela raja, para bangsawan dan rakyat Inggris yang tidak mengetahui musuf mereka sebenarnya serta motif di balik semua kekacauan itu, membuat musuh-musuh raja leluasa menja¬lankan rencana-rencananya. Meski demikian raja masih sulit untuk dikalahkan. Dalam kondisi “tertawan” parlemen bahkan memutuskan untuk menyudahi permusuhan dengan raja. Pada tgl 5 December 1648, setelah berunding semalaman, parlemen menyatakan bahwa “Konsesi yang diberikan raja telah cukup untuk dilakuannya penyelesaian."

Namun kondisi seperti itu tentu tidak sesuai keinginan Cromwell yang menginginkan raja dihukum mati agar mendapatkan kucuran dana dari orang-orang yahudi internasional. Maka ia menyerang kembali. Pada tgl  6 December 1648 malam, atas perintah Cromwell, Kolonel Pryde dan anak buanya menyerang parlemen dalam apa yang kemudian dicatat dalam sejarah sebagai "Pryde's Purge" untuk menyingkirkan semua anggota parlemen tersisa yang masih bersimpati pada raja. Pada tgl 4 Januari 1649 sebanyak 50 anggota parlemen anti-raja yang disebut Rump Parliement mengangkat diri sebagai “otoritas tertinggi”. Pada tgl 9 Januari 1649 pengadilan terhadap Charles dimulai. Seorang anggota parlemen Algernon Sidney mengingatkan pada Cromwell:

"Pertama, Raja tidak bisa diadili oleh pengadilan manapun. Kedua, tidak ada orang yang bisa diadili oleh pengadilan ini."

Dalam bukunya Charles and Cromwell Hugh Ross Williamson menulis:

“Tidak ada dasar hukum yang bisa ditemukan untuk menjatuhkan tuduhan hingga akhirnya masalah ini diputuskan oleh orang asing (alien) bernama Isaac Dorislaus."

Isaac Dorislaus adalah orang yang sama dengan alien lainnya, Carvajal dan Manasseh Ben Israel serta orang-orang yahudi lainnya yang membayar Cromwell dan tentaranya.

Maka keputusanpun diambil. Raja Charles I dihukum pancung dengan tuduhan “tiran, pengkhianat, pembunuh dan musuh masyaraka”. Eksekusi dilakukan di depan gedung Banqueting House, Palace of Whitehall pada tgl 30 Januari 1649.

Setelah itu orang-orang yahudi pun diijinkan kembali untuk datang dan tinggal di Inggris. Namun undang-undang yang menetapkan hal itu, yang sekaligus juga menganulir undang-undang pengusiran yahudi yang ditetapkan Raja Edward, tidak pernah benar-benar disyahkan karena mendapat tantangan keras dari Dewan Negara yang menganggap orang-orang yahudi sebagai ancaman serius terhadap negara dan agama.

Pembunuhan Charles I menghentakkan seluruh Eropa dan tiba-tiba saja timbul penyesalan pada sebagian besar rakyat Inggris. Mereka merasa asing dengan kondisi baru dimana tidak ada lagi raja dan Cromwell dan pendukung-pendukungnya mengangkat diri sebagai pemimpin Inggris dengan gelar “Pelindung”. Mereka juga menyesali terjadinya perang saudara antara bangsa Inggris sendiri yang menewaskan ratusan ribu jiwa, sebagian menjadi korban tindakan barbar tentara Cromwell, para “operatives” yang terdiri dari kriminal yahudi yang didatangkan dari luar Inggris.

Rakyat Irlandia yang seluruhnya menjadi pendukung Charles misalnya, tidak akan pernah melupakan peristiwa Pembantaian Drogheda, dimana sebanyak 3.500 orang, termasuk pendeta-pendeta Katholik dan rakyat sipil, dibantai oleh pasukan Cromwell.

Maka ketika putra Charles I, Charles II, memberontak, rakyat Inggris pun mendukungnya. Pada tgl 23 Mei 1660 Charles II kembali dari pengasingan dan pada tgl 29 Mei 1660 rakyat Inggris mengangkatnya sebagai raja Inggris. Makam Cromwell dan pendukung-pendukung setianya dibongkar dan tulang belulangnya digantung kemudian dibakar. Namun orang-orang yahudi, yang sampai saat itu tidak diketahui raja dan rakyat Inggris sebagai konspirator revolusi, telah menancapkan jaring kekuasaannya, di antara anggota par¬le¬men, pendeta dan bangsawan korup.

Nasib Inggris berakhir dengan bangsawan Jerman yang tidak bisa berbahasa Inggris, George of Hannover, menduduki singasana Inggris tahun 1714. Ia masih menggunakan nama keluarganya yang lama: Saxe-Coburg-Gotha, hingga Perang Dunia I yang membuat sentimen anti-Jerman meningkat tinggi di kalangan rakyat Inggris. Nama keluarga pun diganti menjadi Windsor yang lebih ke-Inggris-Inggris-an. Raja dan ratu Inggris sekarang adalah keturunan mereka.

Pada tahun 1897 sebuah dokumen misterius terbongkar ke publik, disebut sebagai “The Protocols of the Elders of Zion”. Dalam dokumen tersebut tertulis pernyataan yang menghebohkan:

"Ingat dengan Revolusi Perancis, rahasia-rahasia dari perencanaannya diketahui betul oleh kita karena sesungguhnya itu adalah hasil kerja kita.”
 
Seharusnya kata-kata itu adalah:

"Ingat dengan Revolusi Inggris dan Perancis, rahasia-rahasia dari perencanaannya diketahui betul oleh kita karena sesungguhnya itu adalah hasil kerja kita.”


Sumber: “The Nameless War”(Source)

Terkait Berita: