Tatkala saat negara-negara Islam banyak yang cenderung pasif dan mengedepankan sikap oportunisnya dalam memainkan isu-isu politik internasional. Republik Islam Iran muncul sebagai salah satu negara yang sangat aktif akhir-akhir ini dalam memainkan peran dalam kancah perpolitikan internasional. Iran yang dulu lebih dikenal dengan nama Persia memang sudah jauh kala memiliki sejarah peradaban yang panjang, salah satunya adalah zaman ketika masa Dinasti Safawi yang berhasil membuat Iran menjadi negeri dominan Syiah hingga saat ini.
Perbedaan pandangan antara Sunni dan Syiah yang sudah mengakar dari dulu hingga saat ini, membuat posisi Iran di Timur Tengah tidak terlalu aman. Iran banyak dimusuhi oleh negara-negara Sunni yang justru beberapa diantaranya memiliki kedekatan dengan negara-negara Barat. Mungkin dahulu orang-orang lebih mengenal Iran sebagai negara sekuler ketika dipegang oleh rezim Shah Mohammad Reza Pahlavi, sebelum terjadinya revolusi Iran pada tahun 1979 yang dipimpin oleh Ayatollah Khomeini dan menjadikan Iran sebagai negara Republik Islam.
Bertransformasinya Iran sebagai negara Islam menjadikan Iran sebagai negara yang sangat antipati terhadap Amerika Serikat. Tak lama setelah revolusi yang membuat hubungan Iran dan Amerika keruh, mahasiswa-mahasiwa Iran menawan kedutaan Amerika atas alasan kedutaan itu menjadi pusat intelijen Amerika. Lalu setelah itu ada lagi baru-baru ini pengembangan teknologi nuklir di Iran, yang mengundang reaksi keras dunia internasional terutama Amerika Serikat.
Memang ke tidak sukaan Amerika terhadap Iran semakin menjadi-jadi ketika Iran dipimpin oleh seorang tokoh yang kharismatik yakni Mahmud Ahmadinejad. Kegigihannya dalam mempertahankan energi nuklir Iran patut diacungi jempol. Meski Ahmadinejad mengetahui betul ada resiko dibalik kegigihannya itu, yakni pemboikotan terhadap Iran.
Pemboikotan yang terjadi lantas tak membuat Iran melemah, Ahmadinejad justru berhasil mengumpulkan dukungan dalam negeri dengan isu-isu internasional yang dibawanya. Konsistensinya dalam hal nuklir menjadi daya tarik tersendiri bagi rakyat Iran. Bagi Ahmadinejad sendiri masalah nuklir ini adalah masalah kedaulatan negara, memiliki nuklir adalah hak Iran dan Amerika tidak berhak untuk ikut campur tangan.
Penulis sedikit mencemati bahwa ada kemiripan antara Ahmadinejad dengan presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno, yakni perihal kemampuan dan kepandaian dalam mengemas isu-isu internasional untuk memperkuat dukungan politik domestiknya. Lalu juga sikap frontal dan kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang datang dari Barat. Dan yang paling penting ialah sikap tidak mau didikte oleh asing yang ditunjukkan oleh kedua pemimpin besar tersebut.
(Dodo-Serena/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email