Kalo menurutku suh bubarkan saja MUI kalo memang tidak berubah. sebab sering kali bukan memberi bimbingan pada umat, eh, malah tidak mendidik. meresahkan. lagian MUI sering kali hanya jadi pelegitimasi kebijakan negara dalam isu agama, bukan mewakili ulama itu sendiri.
tanpa MUI, biarkan tiap umat mengikuti ormas masing2. toh, secara de facto, ormas lebih diikuti daripada MUI.
Serem sekali!
Sama sekali saya nggak nyangka postingan saya tentang Fit and Proper Anggota MUI mendapat tanggapan yang serem kayak gitu!
Saya jadi merenung, ada apa dengan MUI, kok sampe para blogger begitu marah sehingga meminta MUI dibubarkan. Pasti ada yang salah!
Bagi saya secara pribadi, saya masih memerlukan MUI, dengan syarat bahwa MUI – dan anggota di dalamnya, sekali lagi anggota MUI / pengurus MUI – adalah orang-orang yang mempunyai pemahaman yang luas dan baik mengenai syariah islam dan tentang permasalahan yang dihadapi ummat pada khususnya – sehingga institusi dan produk (fatwa) MUI benar-benar bisa dijadikan anutan dan bisa menentramkan ummat (islam khususnya) dalam menjalankan keyakinannya. Jadi bukan tukang adu-domba antara ummat yang berbeda pendapat.
Saya mengenal beberapa pengurus MUI kota/kabupaten di tempat saya tinggal, dan saya sangat hormat pada mereka. Tetapi saya agak heran dengan MUI di pusat yang bisa dikuasai dan didominasi kelompok tertentu dalam membuat suatu produk. Tidak hanya yang terkait dengan kelompok fatalis dan oportunis tertentu yang siap membela MUI jika agenda kelompoknya diakomodir MUI dan menjadi penentang MUI jika agendanya terabaikan, tetapi juga tentang produk-produk yang *nampaknya pesanan tertentu.*
Untuk contoh kasus yang terakhir ini adalah masalah pelanggaran HaKI. Betapa tidak? MUI mengatakan orang yang melanggar HaKI adalah haram. Saya menduga fatwa ini dikeluarkan akibat desakan para artis yang sudah kualahan menghadapi ulah pembajakan yang marak di negeri ini. Tapi komisi fatwa nampaknya lupa, jika fatwa itu benar-benar diterapkan – jangan-jangan MUI sendiri termasuk institusi yang melakukan pelanggaran. Contoh kecil misalnya – apakah semua anggota dan kantor MUI telah terbebas dari Ms Windows dan Ms Office bajakan? Yakin deh tidak!
Belum lagi jika isyu pelanggaran HaKI dikaitkan dengan dunia medis, ada artikel menarik di JawaPos (saya lupa tanggalnya) tentang hal ini – yang secara singkat kira-kira mengatakan bahwa jika HaKI benar-benar diterapkan dalam semua bidang kehidupan termasuk medis, maka jangan-jangan masyarakat kecil yang akan jadi korban. Misalkan saja ada sebuah obat atau vaksin yang itu ada Hak Ciptanya – sehingga tidak bebas digunakan begitu saja – harus membayar lisensi. Maka betapa ironinya hal itu. Jelas ini kepentingan kaum kapilatis yang mempengaruhi MUI mengeluarkan produk tentang pelanggaran HaKI.
Nah akhirnya.. kembali ke MUI.. jika sudah ada sebagian ummat islam yang sudah tidak percaya lagi dengan institusi MUI.. apakah MUI tidak akan berbenah?
Ya silahkan monggo!
PS: Tapi saya juga nggak benget dengan mereka yang membuat *semacam MUI bayangan* – katakan FUI misalnya ( yang katanya isinya dari semua elemen ummat islam tapi toh isinya ya orang-orang yang sama dan agenda yang diusung sama? )
Buat apa sih banyak-banyak bikin lembaga yang isi dan misinya sama aja – apa nggak mubazir? Udah deh pusing ! Maunya apa lah.. terserah!
(Hm-Cahyo/Anti-Mui/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email