LIHAT GAMBAR
LIHAT KESAMAAN MILIK ZIONIS
Informasi Bahaya fitnah daerah Najd berasal dari hadits Rasulullah
s.a.w yang menceritakan keberkatan tanah Yaman, dan Syam sebagaimana
didalam hadisnya :
عن ابن عمر قال : ذكر النبي صلى الله عليه وسلم : ” اللهم بارك لنا في
شامنا، اللهم بار…ك لنا في يمننا” . قال وفي نجدنا ؟ قال : ” اللهم بارك
لنا في شأمنا، اللهم بارك لنا في يمننا، قالوا : وفي نجدنا ؟ فأظنه قال في
الثالثة : ” هناك الزلازل والفتن وبها يطلع قرن الشيطان ” رواه البخاري
كتاب الفتن باب قول النبي صلى الله عليه وسلم :” الفتنة قبل المشرق “رقم
7094
Artinya : Dari Ibnu Umar r.a berkata : Rasulullah s.a.w menyebutkan :
” Ya Allah berilah keberkatan kepada negeri Syam kami, berilah
keberkatan kepada negeri Yaman kami, Berkata mereka : ” Pada Najd kami
Ya Rasulullah “, berkata Rasulullah : Ya Allah berilah keberkatan kepada
negeri Syam kami, berilah keberkatan kepada negeri Yaman kami, Berkata
mereka : ” Pada Najd kami Ya Rasulullah “, Berkata Rasulullah : Disana
terdapat kegoncangan ( aqidah ) dan fitnah, dan disanalah terbitnya
tanduk Syaitan. ( H.R . Bukhari , kitab al-Fitan, bab Qulun Nabi s.a.w.
al-Fitnah Min Qibla al-Masyriq, no : 7094 ).
Dari hadis ini kita mengetahui bahwa Rasul telah mendo’akan negeri
Syam dan Yaman, sebab itulah para sahabat berlomba-lomba untuk pindah ke
negeri Yaman dan Syam.
Kenapa Najd yang terdapat di hadis ini bukan negeri Iraq? Adapun sebagai Jawabannya sebagai berikut :
1 – Negeri yang dido’akan Rasulullah adalah negeri-negeri yang telah
masuk islam sebahagian penduduknya, sebahagian ahli Syam telah
mendata…ngi Nabi s.a.w. dan mengucap kalimat dua Syahadah, penduduk
Yaman mendatangi Rasul dan memeluk islam ketika itu, sementara penduduk
daerah Iraq tidak ada yang datang ke hadapan Rasul, bahkan mereka masuk
islam pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin Khatab ketika
penaklukkan negara Farsi, sementra penduduk Najd ( tempat kelahiran
pemimpin wahabi ) telah berbondong-bondong pergi ke Madinah untuk
memeluk islam, bagaimana boleh didalam hadis menyebutkan kalimat ” di
Nejd kami “.
Sementara Iraq belum jatuh ke tangan umat islam, dan masih
di pegang oleh negara Farsi, ungkapan kami di sini memiliki dua makna :
Yang pertama : Para sahabat yang bersama Rasul, dan mereka bermaksud
bahwa ungkapan kami adalah makna kepemilikan Iraq, dan ini mustahil
sebab Iraq belum jatuh ketangan umat Islam.
Yang kedua : Utusan yang datang dari Najd, jikalau Najd itu Iraq,
maka sesuatu yang mustahil sebab tidak ada riwayat yang mengatakan
adanya utusan kaum yang datang dari Iraq, maka mestilah Nejd tersebut
bahagian negara yang dikenal yaitu Riyahd dan sekelilingnya.
Sementara kalimat ” kami ” pada negeri Syam, karena telah datang
sebahagian utusan negeri Syam ke Madinah untuk memeluk islam dan di Syam
terdapat Baitul Maqdis, dan tempat para nabi-nabi terdahulu.
2 – Rasul mengatakan bahwa Najd adalah tempat keluarnya tanduk syaiton,
terlepas dari hakikat ataupun majaz, tapi yang dimaksud adalah orang yag
membawa kesesatan dan fitnah bagi umat islam dan mereka tergolong dari
orang – orang kafir. Ka…rena Syaitan pemimpin orang-orang kafir dan
menyesatkan orang, ini sangat jauh sekali keadaannya dengan fitnah yang
berlaku di Iraq. Pembunuhan Imam Ali r.a di tangan orang – orang
Khawarij suatu fitnah yang lebih kecil di bandingkan dengan fitnahnya
Musailamah al-Kadzab yang berasal dari Yamamah Nejd ( Riyadh sekarang ),
yang telah mengaku nabi dan membunuh puluhan para sahabat sehingga Umar
bin Khatab menjadi sangat takut sekali akan habisnya penghafal
al-Qur`an disebabkan serangan Musailamah.
Musailamah dan pengikutnya tergolong orang-orang yang kafir dan
menyesatkan orang lain, sementara orang-orang Khawarij masih dalam
keadaaan islam sebagaimana didalam riwayat Ibnu Abbas dari Imam Ali di
dalam Sohih Bukhari. Tetapi mereka pelampau yang keluar dari batasan,
demikiannya juga pandangan ulama ahlus Sunnah bahwa khawarij telah
keluar dari jama’ah tetapi tidak keluar dari Islam. Dengan demikian
tahulah kita bahwa fitnah yang terdapat di Yamamah ( Najd ) lebih besar
dari fitnah yang berada di Iraq, di Najd juga tedapat khawarij dan
golongan Qaramithoh yang kafir.
3 – Kita mengetahui bahwa Iraq adalah negeri yang berkat juga. Bukti
keberkatan Iraq adalah pindahnya ulama-ulama besar dari golongan sahabat
ke Iraq seperti Imam Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas`ud, Anas bin
Malik, `Ammar bin Yasir, H…udzaifah bin Yaman, Sa`ad bin Abi Waqash,
Imran bin Hushain, jikalau negeri Iraq tidak berkat bagaimana boleh para
sahabat pindah ke Iraq berbondong-bondong. Di negeri Iraq pula
terbitnya banyak ulama hadis dan mazhab ahlussunnah seperti mazhab Imam
Hanafi, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Sufyan ats-Tsauri dan Sufyan bin
Uyaynah, timbulnya di baghdad ulama dan fakar-fakar qira`ah dan Nahu,
berbeda dengan Najd Yamamah yang tidak terdapat sedikitpun para sahabat
yang bermukim di situ bahkan para sahabat datang ke Najd Yamamah untuk
memerangi orang kafir dan murtad pengikut Musailamah.
Bagaimana bisa
kita katakan bahwa Iraq tempat yang terkutuk dan tidak berkat, sementara
Iraq telah mengeluarkan jutaan ulama. Kenapa wahabi mengikuti mazhab
Hanbali sementara Imam Ahmad berasal dari Iraq.
4 – Iraq telah masyhur ketika zaman jahiliyah, jikalau Rasul bermaksud
Iraq niscaya beliau akan sebutkan secara jelas dengan namanya khusus
tetapi Rasul tidak menyebutkan Iraq bahkan menyebutkan Najd yang berarti
bukan Iraq. Jadi jika dise…but dengan Najd maka di maksud adalah Najd
secara uruf yaitu daerah Yamamah , Dar’ah dan sekitarnya, karena kawasan
ini juga dataran tinggi.
5 – Hadis Rasulullah s.a.w. yang berbunyi :
عن ابن عمر رضي لله عنهما أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو
مستقبل المشرق يقول : ” ألا إن الفتنة هاهنا من حيث يطلع قرن الشيطان .
رواه البخاري
Artinya : Dari Ibnu Umar r.a. beliau mendengar Ra…sul bersabda dalam
keadaan mengarah ke bahagian arah timur Madinah : ” Ingatlah bahwasanya
fitnah datang dari sana dari tempat terbitnya tanduk syaitan. ( H.R
.Bukhari no : 7093 ).
Bahagian timur Madinah adalah Nejd ( bahagian Yamamah, Dir`ah, dll )
bukan Iraq. Ini jelas kalau kita melihat peta, adapun para ulama yang
menafsirkan timur tersebut ke arah Iraq telah bersalah dengan kenyataan
dan ilmu zaman sekarang, karena timurnya Madinah bukan Iraq.
Lihat Selengkapnya
6 – Hadis Rasulullah s.a.w yang menyuruh penduduk Nejd agar berniat ihram dari Qarnu Manazil .
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : أمر رسو ل الله صلى الله عليه
وسلم أهل المدينة أن يهلوا من ذي الحليفة، وأهل الشام من الجحفة وأهل النجد
من …قرن المنازل .رواه مالك ، كتاب الحج باب مواقت الإهلال
Artinya :Dari Abdullah bin Umar r.a. beliau berkata : Rasulullah
s.a.w. menyuruh penduduk Madinah berniat ihram dari Dzul- Hulaifah,
penduduk Syam dari Juhfah, dan penduduk Nejd dari Qarn, Manazil. ( H.R.
Malik , Kitab Hajj, bab Mawaqitu al-Ihlal no : 732 ).
Sementara lafaz didalam Sohih Bukhari ialah :
عن ابن عمر : وقّت رسول الله صلى الله عليه وسلم قرنا لأهل نجد ،
والجحفة لأهل الشام وذا الحليفة لأهل المدينة، قال : سمعت هذا من النبي صلى
الله عليه وسلم ، وبلغني أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : : و لأهل
اليمن يلملم ” وذكر العراق فقال : لم يكن عراق يومئذ ( رواه البخاري . رقم :
7344
Artinya :Dari Ibnu Umar beliau berkata : Rasulullah telah menentukan
miqat bagi ahli Najd di Qaran, Juhfah untuk penduduk Syam, Dzul Hulaifah
untuk penduduk Madinah, , berkata Ibnu Umar : telah sampai kepadaku
bahwa Nabi s.a.w. berkata : ” Bagi penduduk Yaman dari Yalamlam”.
kemudian disebutkan Iraq, berkata beliau : Ketika itu belum ada Iraq. (
H.R. Bukhari, no 7344 ).
Dari kedua hadis diatas jelaslah bahwa yang di maksud Najd adalah
daerah dataran tinggi yang terdiri dari Yamamah ( Riyadh sekarang ),
Dir`ah dan lain-lainnya. Bukan Iraq, karena ketika itu orang Iraq belum
memeluk islam, sementara Qarnu Manazil berhampiran dengan Yamamah
(Riyadh sekarang ).
7 – Adapun riwayat yang menggantikan Masyriq ( arah timur ) kepada Iraq,
riwayat ini telah diubah dan tidak shahih. Karena kebanyakkan riwayat
mengatakan Masyriq. Adapun penafsiran Salim bin Abudullah bin Umar kepda
Iraq adalah salah satu ijtihad beliau yang belum bisa dijadikan
pegangan, sebab bukan dari penafsiran Rasulullah s.a.w. Sebagaimana
beliau pernah berijtihad untuk melarang para wanita pergi shalat ke
masjid sehingga ayah beliau Abdullah bin Umar marah tidak bercakapan
dengan beliau sampai Abdullah bin Umar meninggal dunia
Sementara lafaz didalam Sohih Bukhari ialah :
عن ابن عمر : وقّت رسول الله صلى الله عليه وسلم قرنا لأهل نجد ،
والجحفة لأهل الشام وذا الحليفة لأهل المدينة، قال : سمعت هذا من النبي صلى
الله عليه وسلم ، وبلغني أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : :… و لأهل
اليمن يلملم ” وذكر العراق فقال : لم يكن عراق يومئذ ( رواه البخاري . رقم :
7344
Artinya :Dari Ibnu Umar beliau berkata : Rasulullah telah menentukan
miqat bagi ahli Najd di Qaran, Juhfah untuk penduduk Syam, Dzul Hulaifah
untuk penduduk Madinah, , berkata Ibnu Umar : telah sampai kepadaku
bahwa Nabi s.a.w. berkata : ” Bagi penduduk Yaman dari Yalamlam”.
kemudian disebutkan Iraq, berkata beliau : Ketika itu belum ada Iraq. (
H.R. Bukhari, no 7344 ).
Mundzir musawa mangap bahwa najd adalah Saudi.
1. hadits itu sebagaimana sabda Rasulullah saw :
“Wahai Allah berkahilah wilayah Yaman kami dan wilayah Syam kami”
lalu mereka berkata : dan juga untuk wilayah Najd kita wahai Rasulullah..!
Rasul saw berdoa lagi : “Wahai Allah berkahilah wilayah Yaman kami dan wilayah Syam kami”
lalu mereka berkata lagi : dan juga untuk wilayah Najd kita wahai Rasulullah..!,
Rasul saw menjawab : “Disitulah goncangan, fitnah, dan disanalah terbitnya tanduk syaitan”
(Shahih Bukhari hadits no.990).
2. menurut para ulama kita bahwa memang anggapan para muhaddits Najd
adalah iraq, karena saat itu belu terjadi apa apa, namun setelah
kelahiran faham wahabi ini maka jelaslah sudah apa yg dimaksud nabi saw
adalah Najd tempat kelahiran Ibn Abdulwahab, sebab para muhaddits belum
menemukan fitnah yg demikian dahsyatnya sebagaimana faham wahabi ini.
namun Nabi saw mengabarkan hal itu.
3. pendapat yg mu’tamad pada ulama ulama kita adalah bahwa nabi saw
tak mau mendoakan Najd, karena Nabi saw memahami bahwa Allah telah
menghendaki fitnah muncul dari wilayah itu.
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,Amin.
*****
Hadis Tanduk Setan : Kontroversi Najd dan Iraq?
Hadis tanduk setan menjadi polemik yang berkepanjangan diantara
pengikut salafy dengan orang-orang yang kontrasalafy. Hadis ini
seringkali dijadikan dasar bahwa salah satu yang dimaksud
fitnah Najd adalah dakwah wahabi yang ngaku-ngaku salafy.
Fokus pembahasan kami disini adalah cara pembelaan salafy yang
absurd. Pengikut salafy yang merasa tersinggung alias tidak terima
menyatakan pembelaan bahwa
Najd yang dimaksud bukan Najd tempat lahirnya wahabi melainkan Iraq. Betapa anehnya sejak kapan Najd menjadi Iraq? Sejak munculnya orang-orang yang mengaku salafy.
Berikut pembahasan yang menunjukkan kekeliruan salafy.
عن عبيدالله بن عمر حدثني نافع عن ابن عمرأن رسول الله صلى الله عليه و
سلم قام عند باب حفصة فقال بيده نحو المشرق الفتنة ههنا من حيث يطلع قرن
الشيطان قالها مرتين أو ثلاثا
Dari Ubaidillah bin Umar yang berkata telah menceritakan
kepadaku Nafi’ dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berdiri di pintu rumah Hafshah dan berkata dengan
mengisyaratkan tangannya kearah timur “fitnah akan datang dari sini
dari arah munculnya tanduk setan” beliau mengatakannya dua atau tiga
kali. [Shahih Muslim 4/2228 no 2905]
Nafi’ memiliki mutaba’ah yaitu dari Salim bin ‘Abdullah bin Umar
sebagaimana yang disebutkan dalam Shahih Muslim melalui periwayatan Az
Zuhri, Ikrimah bin Ammar dan Hanzalah dengan lafaz “timur”. Arah timur
yang dimaksud adalah Najd sebagaimana yang disebutkan dalam hadis
shahih.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ
بْنُ الْحَسَنِ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ
عُمَرَ قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي
يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ
لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ
قَالَ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ
الشَّيْطَانِ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang
berkata telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata
telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang
berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Ya Allah berilah
keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para
sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul
kegoncangan dan fitnah, dan disanalah akan muncul tanduk setan” [Shahih
Bukhari 2/33 no 1037]
Husain bin Hasan memiliki mutaba’ah yaitu Azhar bin Sa’d yang
meriwayatkan dari Ibnu ‘Aun dari Nafi dari Ibnu Umar secara marfu’ juga
dengan lafaz Najd [Shahih Bukhari 9/54 no 7094].
حدثنا الحسن بن علي المعمري ثنا إسماعيل بن مسعود ثنا عبيد الله بن
عبد الله بن عون عن أبيه عن نافع عن ابن عمر أن النبي صلى الله عليه وسلم
قال اللهم بارك لنا في شامنا، اللهم بارك في يمننا، فقالها مراراً، فلما
كان في الثالثة أو الرابعة، قالوا يا رسول الله! وفي عراقنا؟ قال إنّ بها
الزلازل والفتن، وبها يطلع قرن الشيطان
Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ali Al-Ma’mariy yang
berkata telah menceritakan kepada kami Ismaail bin Mas’ud yang berkata
telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah bin ‘Aun dari
ayahnya, dari Naafi’ dari Ibnu ‘Umar bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda “Ya Allah, berikanlah keberkatan kepada kami pada
Syaam kami dan pada Yamaan kami”. Beliau [shallallaahu ‘alaihi wa
sallam ] mengatakannya beberapa kali. Ketika beliau mengatakan yang
ketiga kali atau yang keempat, para shahabat berkata “Wahai Rasulullah,
dan juga Iraq kami?”. Beliau bersabda “Sesungguhnya di sana terdapat
kegoncangan dan fitnah, dan disanalah akan muncul tanduk setan” [Mu’jam Al Kabiir Ath Thabrani 12/384 no 13422].
Hadis ini mengandung illat [cacat] Ubaidillah bin Abdullah bin ‘Aun
dalam periwayatan dari Ibnu ‘Aun telah menyelisihi para perawi tsiqat
yaitu Husain bin Hasan [At Taqrib 1/214] dan ‘Azhar bin Sa’d [At Taqrib
1/74]. Kedua perawi tsiqat ini menyebutkan
lafaz Najd sedangkan Ubaidillah bin Abdullah bin ‘Aun menyebutkan
lafaz Iraq.
Ubaidillah bukan seorang yang tsiqat, Bukhari berkata “dikenal
hadisnya” [Tarikh Al Kabir juz 5 no 1247], Abu Hatim berkata “shalih al
hadits” [Al Jarh Wat Ta’dil 5/322 no 1531] dimana perkataan shalih al
hadits dari Abu Hatim berarti hadisnya dapat dijadikan i’tibar tetapi
tidak bisa dijadikan hujjah. Terdapat hadis lain yang dijadikan hujjah
salafy untuk menetapkan bahwa yang dimaksud sebenarnya adalah Iraq
حدثنا علي بن سعيد قال نا حماد بن إسماعيل بن علية قال نا ابي قال نا
زياد بن بيان قال نا سالم بن عبد الله بن عمر عن ابيه قال صلى النبي صلى
الله عليه و سلم صلاة الفجر ثم انفتل فأقبل على القوم فقال اللهم بارك
لنا في مدينتنا وبارك لنا في مدنا وصاعنا اللهم بارك لنا في شامنا ويمننا
فقال رجل والعراق يا رسول الله فسكت ثم قال اللهم بارك لنا في مدينتنا
وبارك لنا في مدنا وصاعنا اللهم بارك لنا في حرمنا وبارك لنا في شامنا
ويمننا فقال رجل والعراق يا رسول الله قال من ثم يطلع قرن الشيطان وتهيج
الفتن
Telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Sa’id yang berkata telah
menceritkankepada kami Hammaad bin Ismaa’iil bin ‘Ulayyah yang berkata
telah menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah mencertakan
kepada kami Ziyaad bin Bayaan yangberkata telah menceritakan kepada
kami Saalim bin ‘Abdillah bin ‘Umar dari ayahnya yang berkata Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat shubuh, kemudian berdoa,
lalu menghadap kepada orang-orang. Beliau bersabda “Ya Allah berikanlah
keberkatan kepada kami pada Madinah kami berikanlah keberkatan kepada
kami pada mudd dan shaa’ kami. Ya Allah, berikanlah keberkatan kepada
kami pada Syaam kami dan Yaman kami”. Seorang laki-laki berkata “dan
‘Iraq, wahai Rasulullah ?”. Beliau diam, lalu bersabda “Ya Allah
berikanlah keberkatan kepada kami pada Madinah kami berikanlah
keberkatan kepada kami pada mudd dan shaa’ kami. Ya Allah, berikanlah
keberkatan kepada kami pada tanah Haram kami, dan berikanlah keberkatan
kepada kami pada Syaam kami dan Yaman kami”. Seorang laki-laki berkata
“dan ‘Iraq, wahai Rasulullah ?”. Beliau bersabda “dari sana akan
muncul tanduk setan dan bermunculan fitnah” [Mu’jam Al Awsath Ath Thabraani 4/245 no 4098].
Hadis ini juga mengandung illat [cacat]. Ziyaad bin Bayaan dikatakan oleh Adz Dzahabi
“tidak shahih hadisnya”. Bukhari berkata
“dalam sanad hadisnya perlu diteliti kembali” [Al Mizan juz 2 no 2927] ia telah dimasukkan Adz Dzahabi dalam kitabnya
Mughni Ad Dhu’afa no 2222 Al Uqaili juga memasukkannya ke dalam
Adh Dhu’afa Al Kabir
2/75-76 no 522. Ziyad bin Bayaan Ar Raqiy memiliki mutaba’ah yaitu
dari Taubah ‘Al Anbari dari Salim dari Ibnu Umar secara marfu’.
حدثنا محمد بن عبد العزيز الرملي حدثنا ضمرة بن ربيعة عن ابن شوذب عن
توبة العنبري عن سالم عن ابن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
اللهم بارك لنا في مدينتنا وفي صاعنا، وفي مدِّنا وفي يمننا وفي شامنا.
فقال الرجل يا رسول الله وفي عراقنا ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم
بها الزلازل والفتن، ومنها يطلع قرن الشيطان
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdul Aziiz Ar
Ramliy yang berkata telah menceritakan kepada kami Dhamrah bin Rabi’ah
dari Ibnu Syaudzab dari Taubah Al Anbariy dari Salim dari Ibnu ‘Umar
yang berkata Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Ya
Allah berikanlah keberkatan kepada kami pada Madinah kami, pada shaa’
kami, pada mudd kami, pada Yaman kami, dan pada Syaam kami”. Seorang
laki-laki berkata “Wahai Rasulullah, dan pada ‘Iraaq kami ?”. Beliau
menjawab “di sana terdapat kegoncangan dan fitnah dan di sana pula akan
muncul tanduk setan” [ Ma’rifah Wal Tarikh Yaqub Al Fasawiy 2/746-747]
Secara zahir tidak ada masalah pada sanad ini hanya saja Taubah Al
Anbary walaupun seorang perawi yang tsiqat, ia dikatakan oleh Al Azdi
sebagai munkar al hadits [At Tahdzib juz 1 no 960]. Kesalahan besar
salafy adalah menyatakan berdasarkan hadis ini bahwa
Najd adalah Iraq.
Telah disebutkan dari jama’ah tsiqat dari Salim dari Ibnu Umar secara
marfu’ dengan lafaz timur dan telah diriwayatkan dengan sanad yang
shahih dari Nafi’ bahwa yang dimaksud adalah Najd. Tentu saja jika
dilihat dari fakta geografis
Najd memang terletak sebelah timur dari Madinah
sedangkan Irak terletak lebih ke utara. Jadi jika menerapkan metode
tarjih maka sangat jelas hadis Najd merupakan penjelasan bagi arah
Timur yang dimaksud apalagi hadis Najd memiliki sanad yang lebih kuat
daripada hadis Iraq. Tidak ada alasan bagi salafy untuk menetapkan Najd
adalah Iraq, gak ada logikanya sama sekali. Bagaimana mungkin
Najd sebagai tempat yang berbeda dengan Iraq mau dikatakan sebagai Iraq.
حدثنا محمد بن عبد الله بن عمار الموصلي قال حدثنا أبو هاشم محمد بن
علي عن المعافى عن أفلح بن حميد عن القاسم عن عائشة قالت وقَّت رسول الله
صلى الله عليه وسلم لأهل المدينة ذا الحُليفة ولأهل الشام ومصر الجحفة
ولأهل العراق ذات عرق ولأهل نجد قرناً ولأهل اليمن يلملم
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Ammar
Al Maushulli yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Haasyim
Muhammad bin ‘Ali dari Al Mu’afiy dari Aflah bin Humaid dari Qasim dari
Aisyah yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menetapkan
miqat bagi penduduk Madinah di Dzul Hulaifah, bagi penduduk Syam dan
Mesir di Juhfah, bagi penduduk Iraq di Dzatu ‘Irq, bagi penduduk Najd
di Qarn dan bagi penduduk Yaman di Yalamlam [Shahih Sunan Nasa’i no 2656].
Hadis ini sanadnya shahih telah diriwayatkan oleh para perawi
terpercaya dan menjadi bukti atau hujjah bahwa Najd dan Iraq di masa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah dua tempat yang berbeda.
Berikut keterangan mengenai para perawinya
- Muhammad bin ‘Abdullah bin Ammar Al Maushulli seorang hafizh yang
tsiqat. Ahmad, Yaqub bin Sufyan, Shalih bin Muhammad, Nasa’i,
Daruquthni, Ibnu Hibban, Masalamah bin Qasim menyatakan tsiqat. Abu
Hatim berkata “tidak ada masalah padanya” [At Tahdzib juz 9 no 444].
Ibnu Hajar menyatakan “tsiqat hafizh” [At Taqrib 2/98]
- Muhammad bin ‘Ali Al Asdy adalah perawi Nasa’i dan Ibnu Majah yang
tsiqat. Al Ijli menyatakan tsiqat. Abu Zakaria menyatakan ia seorang
yang shalih dan memiliki keutamaan [At Tahdzib juz 9 no 592]. Ibnu Hajar
menyatakan ia seorang ahli ibadah yang tsiqat [At Taqrib 2/116]. Adz
Dzahabi menyatakan ia shaduq [Al Kasyf no 5067]
- Al Mu’afy bin Imran adalah perawi Bukhari yang dikenal tsiqat. Abu
Bakar bin Abi Khaitsamah berkata “ia orang yang jujur perkataannya”.
Ibnu Ma’in, Al Ijli, Abu Hatim, Ibnu Khirasy dan Waki’ menyatakan
tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. [At Tahdzib juz 10
no 374]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat ahli ibadah seorang yang fakih
[At Taqrib 2/194]
- Aflah bin Humaid adalah perawi Bukhari dan Muslim yang tsiqat.
Ahmad berkata “shalih”. Ibnu Ma’in berkata “tsiqat”. Abu Hatim berkata
“tsiqat tidak ada masalah padanya”. Nasa’i berkata “tidak ada masalah
padanya”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ibnu Sa’ad
berkata “tsiqat banyak meriwayatkan hadis” [At Tahdzib juz 1 no 669].
Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/108]
- Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar adalah seorang tabiin yang dikenal
tsiqat, ia adalah salah seorang dari fuqaha Madinah sebagaimana yang
disebutkan oleh Ibnu Hajar [At Taqrib 2/23]
Hadis Aisyah RA di atas juga dikuatkan oleh hadis Jabir yang membedakan miqat bagi penduduk Najd dan miqat bagi penduduk Iraq.
أبو الزبير أنه سمع جابر بن عبدالله رضي الله عنهما يسأل عن المهل ؟
فقال سمعت ( أحسبه رفع إلى النبي صلى الله عليه و سلم ) فقال مهل أهل
المدينة من ذي الحليفة والطريق الآخر الجحفة ومهل أهل العراق من ذات عرق
ومهل أهل نجد من قرن ومهل أهل اليمن من يلملم
Abu Zubair mendengar dari Jabir bin ‘Abdullah radiallahu ‘anhum
ketika ditanya tentang tempat mulai ihram. Jabir berkata ‘aku mendengar
[menurutku ia memarfu’kannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam] berkata “tempat mulai ihram bagi penduduk Madinah dari Dzul
Hulaifah dan bagi penduduk yang melewati jalan yang satunya di Juhfah,
dan tempat mulai ihram bagi penduduk Iraq dari Dzatul ‘Irq dan tempat
mulai ihram penduduk Najd dari Qarn dan tempat mulai ihram penduduk
Yaman dari Yalamlam [Shahih Muslim 2/840 no 1183].
Walaupun para ulama berselisih
apakah perkataan Jabir RA ini
marfu’ atau tidak kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
[pendapat yang rajih adalah marfu’] tetap saja membuktikan kalau
Najd dan Iraq adalah dua tempat yang berbeda sehingga
para sahabat seperti Jabir RA membedakan antara penduduk Najd dan
penduduk Iraq. Para ulama juga telah membedakan antara Najd dan Iraq,
An Nasa’i ketika membahas hadis tentang miqat ia memberi judul
Miqat Ahlul Najd kemudian di bawahnya ada judul
Miqat Ahlul Iraq. Bagaimana mungkin Najd dikatakan Iraq?
Fakta lain yang tidak terpikirkan oleh salafy adalah orang-orang
yang berada di Riyadh [Najd] jika melaksanakan ibadah haji miqatnya
adalah di Qarn Manazil dan orang-orang Iraq jika beribadah haji
miqatnya di Dzatul ‘Irq. Kenapa? Karena para ulama termasuk ulama
salafy sendiri berdalil dengan hadis shahih di atas kalau miqat bagi
penduduk Najd adalah Qarn Manazil dan bagi penduduk Iraq adalah Dzatul
‘Irq. Kalau memang Najd adalah Iraq ngapain orang-orang di Riyadh miqat
di Qarn Manazil lha itu seharusnya jadi miqat bagi orang Iraq. Fakta
kalau orang-orang di Riyadh miqat di Qarn Manazil itu menjadi bukti
nyata kalau Najd itu ya tepat di sebelah timur Madinah yaitu Riyadh dan
sekitarnya. Nah penduduk Riyadh sendiri merasa kalau yang dimaksud
Najd yang dikatakan Nabi adalah tempat mereka tinggal bukannya Iraq.
Jadi jika telah terbukti dari dalil shahih bahwa
Najd dan Iraq adalah nama dua tempat yang berbeda
maka logika salafy yang mengatakan Najd adalah Iraq jelas salah besar.
Walaupun kita menerima hadis Iraq maka itu tidak menafikan keshahihan
hadis Najd. Dengan kata lain jika kita mau menerapkan metode jama’ maka
ada dua tempat yang dikatakan sebagai tempat munculnya fitnah yaitu
Najd dan Iraq [dan kami lebih cenderung pada pendapat ini]. Kalau
salafy masih tidak mengerti maka kita beri contoh yang mudah. Misalnya
ada orang berkata
“di Jawa ada gempa bumi” kemudian di saat lain ia berkata
“di Jakarta ada gempa bumi”, terus di saat yang lain orang itu berkata
“di Surabaya ada gempa bumi”. Orang yang ngakunya salafy mikir begini
nah itu berarti Jakarta adalah Surabaya.
Bagaimana? Bahkan anak SD pun tahu kalau kesimpulan seperti ini tidak
ada logikanya sama sekali. Justru cara berpikir yang benar [dengan
dasar kesaksian orang tersebut benar] adalah di Jakarta dan Surabaya
terjadi gempa bumi dan ini tidak bertentangan dengan perkataan di Jawa
terjadi gempa bumi, toh kedua kota itu memang terletak di Jawa.
Lucunya para pengikut salafy menganggap dalil salafy terang
benderang seterang matahari padahal jelas-jelas fallacy [kapan salafy
mau belajar tentang fallacy]. Justru dalil Najd jauh lebih terang
benderang karena memang
sebelah timur dari Madinah itu ya Najd sedangkan
Iraq lebih kearah utara [timur laut]. Pengikut salafy mengatakan kalau
Iraq juga adalah timur madinah karena pada zaman orang arab dahulu
tidak ada istilah utara selatan, timur laut dan sebagainya yang ada
hanya timur dan barat atau kanan kiri. Pernyataan salafy ini bisa saja
benar tetapi logikanya terbalik, zaman dahulu orang menentukan timur
dan barat tergantung dengan arah matahari terbit atau terbenam. Jadi
jika seseorang mau menunjuk kearah timur ia tahu dengan jelas kearah
mana ia akan menunjuk apalagi jika orang tersebut adalah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam yang jelas adalah utusan Allah SWT yang
dijaga dan diberi petunjuk langsung oleh Allah SWT.
Apakah jika ada orang arab disuruh menunjuk kearah timur, mereka
akan menunjuk ke berbagai macam arah termasuk miring ke ke utara atau
miring ke selatan?. Apakah ketika mereka menunjuk ke arah timur mereka
mengarahkan tangannya ke utara yang miring 10 derajat ke arah timur ?.
kayaknya tidak, mereka akan sama-sama menunjuk tepat kearah matahari
terbit yaitu arah timur. Jadi Hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam yang menunjuk ke arah timur harus dipahami secara zahir tepat
timur Madinah dan ini sesuai dengan hadis Najd karena Najd memang
terletak tepat di timur madinah. Para sahabat bisa langsung mempersepsi
arah timur karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tepat
menunjuk kearah timur atau arah matahari terbit [alias gak pakai
miring ke utara atau selatan].
Salam Damai
*****
Hadits-hadits yang memberitakan akan datangnya Faham Wahabi SETAN DARi NAJAD
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah
Sebagian Demo anti syi’ah di indonesia cuma angin yang dilakukan orang dungu kampungan.
Wednesday, May 13th, 2009
Sebagian demo anti syiah didanai orang orang setan salafi wahabi najad
Kontroversi letak Nejd : Arab Saudi atau Iraq ?
Telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada
kami Husain bin Hasan yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu
‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam] bersabda “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam
kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037].
Setidaknya ada dua pendapat mengenai letak Najd :
- Najd adalah wilayah nejd /najd / nejed / najad yang berada di Arab Saudi
- Najd adalah Iraq (Irak adalah Najd / Najd = Irak)
Pendapat pertama adalah pendapat Ahlus Sunnah wal Jama’ah (muslim
Sunni) dari empat madzhab (mayoritas kaum muslimin). Pendapat kedua dari
wahhabi dan salafy. Pendapat pertama adalah yang terkuat dengan
beberapa argumentasi berikut ini:
- Arti Harfiah (sebenarnya)
Nejd yang dimaksud cukup jelas tanpa interpretasi apapun. Atau dengan
meminjam istilahnya (doktrinnya) salafy sendiri yakni “mengimani hadits
shohih tanpa tahrif (pengubahan), ta’thil (pengingkaran), tamtsil
(penyerupaan) maupun takwil”.
Nejd pada masa Rasulullah adalah
nama sebuah wilayah yang sama sampai hari ini dan terletak di sebelah
timurnya Hijaz dan berada di Arab Saudi (sekarang). Maka
pendapat yang menyatakan bahwa “Nejd adalah Iraq” berarti telah
melakukan tahrif, tamtsil, takwil, & ta’thil. Kita harus
berhati-hati pada orang yang suka mencari-cari takwil ayat-ayat
mutasyabihat (apalagi ayat-ayat muhkamat) tanpa ilmu karena hati mereka
ini condong kepada kesesatan. Sebab jika takwil mereka salah, mereka
bisa menimpakan fitnah pada penduduk Irak & menyembunyikan fitnah
dari Nejd !!! Mereka ini aneh sekali karena mengaku-ngaku ahlul hadits
maupun ahlus sunnah wal jama’ah, bahkan pewaris manhaj salafus sholih
namun mengapa mereka justru menakwilkan hadits shohih dengan cara
seperti itu?
- Sisi bahasa : Arti Nama Nejd (tanah yang tinggi/dataran tinggi)
Secara etimologi, kata Najd adalah
dataran tinggi (tanah yang tinggi), sedangkan kata Iraq secara etimologi bermakna
“tanah sepanjang tepian sungai” atau
“daerah yang terletak di antara sungai-sungai”. Faktanya,
nama-nama tersebut memang menerangkan kondisinya masing-masing yang
sebenarnya. Najd berada di daerah gurun pedalaman di dataran tinggi
sedangkan Irak berada di sekitar sungai eufrat dan sungai tigris yang
subur. Iraq (terutama daerah di antara sungai Euphrates & Tigris) terletak di dataran rendah.
Kota Baghdad sendiri (ibukota Irak) juga berada di dataran rendah. Hal
ini berbanding seratus delapan puluh derajat dibandingkan dengan
kota Riyadh (ibukota Saudi) yang berada di wilayah Nejd dan berada di dataran tinggi. Pendapat Salafy yang mengatakan bahwa
maksud ”Nejed” dalam riwayat hadits di atas bukanlah nama negeri tertentu, tetapi untuk setiap tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya.
Kemudian hal tersebut dijadikan hujjah untuk pendapat “Nejed adalah
Irak” maka hal ini sangat lucu dan tidak logis sebab faktanya Irak
berada di dataran rendah. Sebagian salafy – wahhabi telah melakukan
takwil & tafsir secara ngawur dari sisi bahasa. Sebagian lainnya
hanyalah melakukan taklid buta tanpa menggunakan akalnya untuk berfikir.
- Dari arah Timur (arah matahari terbit)
Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya yang berkata telah
mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb yang berkata telah mengabarkan
kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Salim bin ‘Abdullah dari ayahnya
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata dan Beliau menghadap ke arah timur “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, dari arah munculnya tanduk setan” [Shahih Muslim 4/2228 no 2905].
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Harun yang berkata telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Fuuraan yang berkata
telah menceritakan kepada kami Aswad bin ‘Aamir yang berkata telah
menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Yahya bin Sa’id dari
Salim dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap ke arah matahari terbit seraya
berkata “dari sini muncul tanduk setan, dari sini muncul fitnah dan
kegoncangan dan orang-orang yang bersuara keras dan berhati kasar [Mu’jam Al Awsath Thabrani 8/74 no 8003 – HR Thabrani dengan sanad shohih].
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang menceritakan kepada
kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id mawla
bani hasyim yang berkata telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Abi
Shahba’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Salim dari ‘Abdullah
bin Umar yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengerjakan shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap ke arah matahari terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410].
Banyak hadits yang saling menjelaskan. Arah tanduk syaithan adalah
arah timur (arah matahari terbit). Sedangkan arah timur yang dimaksudkan
adalah dilihat dari kota Madinah. Kota tempat di mana Rasulullah
memberikan peringatan dengan menunjukkan tangannya ke arah timur (arah
matahari terbit). Kota Riyadh yang berada di wilayah Nejd (Arab Saudi)
tepat berada di timurnya Madinah. Sedangkan Irak berada di timur lautnya
Madinah (terletak di timurnya Syam atau utaranya Najd). Kesimpulannya:
Salafy – Wahhabi yang memahami timurnya Madinah adalah Irak berarti
kurang faham geografi dengan mencari-cari takwil yang aneh-aneh. Bukan
hanya mendahulukan pendapat daripada nash-nash Al Qur’an dan Sunnah,
namun juga membuat takwil yang tidak logis dan tidak masuk akal.
Ciri mereka ini mirip sekali dengan ciri Islam ekstrim kanan (kaum
khawarij) yang meninggalkan akalnya untuk berfikir (berfikir
sempit/dangkal) sehingga menginterpretasikan dalil secara tidak ilmiah.
Mereka kebalikan dari kaum mu’tazilah yang membebaskan akalnya secara
liar dan memahami Islam secara liberal.
- Nejd dicela karena penduduknya
Orang-orang Arab Badui itu, lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS At Taubah 97).
Penduduk Nejd (Arab Saudi) mayoritas adalah suku Arab Badui (Arab
Badwi/Bedouins). Suku bangsa ini berbeda dengan bangsa Arab umumnya yang
berada di Hijaz (baratnya Nejd) maupun di Syam ataupun di Irak
(utaranya Nejd). Meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi percampuran
ataupun perpindahan beberapa Arab badui ke beberapa tempat seperti Irak.
Namun, asal mereka tetaplah dari Nejd (Arab Saudi).
Arab Badui ini secara jelas dan berulang kali dicela oleh Allah dalam Al Qur’an serta Rasulullah dalam berbagai hadits.
Penduduk Irak dan Syam tidak pernah dicela oleh Allah dalam Al Qur’an.
Dalil-dalil dan penjelasan dalam masalah ini bisa dilihat di sini:
Arab Badui, Nejd & Kemunafikan. Satu hal yang menjadi catatan;
“Mereka ini lebih wajar tidak mengetahui (mengerti) hukum-hukum Islam”.
- Rasulullah membedakan Nejd dengan Irak
Tidak ada riwayat yang mengatakan bahwa Nejd adalah Iraq. Orang yang
mengatakan bahwa “Nejd adalah Irak” berarti tidak faham dalam masalah
ini. Rasulullah sendiri tahu dan membedakan Irak dengan Nejed
sebagaimana beliau membedakan antara Madinah, Syam, Mesir & Yaman.
Bahkan dalam hadits di bawah ini, beliau menyebutkannya secara
sistematis searah jarum jam jika dilihat dari letak wilayahnya. Madinah
sebagai pusatnya, Syam & Mesir arah jam 10 – 12 (barat-utara), Iraq
arah jam 1 (utara-timur/timur laut), Nejd arah jam 3 (timur) dan Yaman
arah jam 6 (selatan).
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Ammar
Al Maushulli yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Haasyim
Muhammad bin ‘Ali dari Al Mu’afiy dari Aflah bin Humaid dari Qasim dari
Aisyah yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menetapkan
miqat bagi penduduk Madinah di Dzul Hulaifah, bagi penduduk Syam dan Mesir di Juhfah, bagi penduduk Iraq di Dzatu ‘Irq, bagi penduduk Najd di Qarn dan bagi penduduk Yaman di Yalamlam [Shahih Sunan Nasa’i no 2656].
Andaikata betul nejd adalah Iraq, maka pertanyaannya adalah buat apa
Rasulullah membedakan penduduk Irak dengan penduduk Nejd? Lalu apa nama
daerah pedalaman di sebelah timurnya Madinah? Mengapa Irak yang berada
di dataran rendah diberi nama Najd (tanah yang tinggi)? Mengapa timurnya
Madinah adalah Iraq, apakah Rasulullah bingung arah? Atau jika Nejd
berada di Iraq, di manakah tepatnya wilayah tersebut berada? Adakah
sebuah wilayah bernama “Nejd” di Irak? Fitnah apa saja yang muncul dari
wilayah tersebut? Argumentasi mereka yang mengatakan bahwa Nejd adalah
Iraq dan mereka ngotot mempertahankannya, bukan hanya tidak ditopang
dengan dalil-dalil yang shohih & relevan tetapi juga tidak
menggunakan akal sehat alias hanya memperturutkan hawa nafsu, semangat
debat kusir serta kejahatan menyembunyikan kebenaran.
Khawarij pertama bermula dari
Dzul Khuwaisirah, seorang
lelaki dari Bani Tamim. Bani Tamim sendiri merupakan salah satu suku
Arab Badui yang tinggal di nejd. Dia berpendapat bahwa Rasulullah tidak
adil sewaktu membagi ghanimah (harta rampasan perang). Fitnah lainnya
adalah nabi palsu Musailamah Al Kadzab berikut pengikutnya dari suku
Arab Badui, dari wilayah Nejd. Orang-orang yang keluar dari barisan
dalam perang shiffin (perang saudara sesama muslim) juga khawarij dari
Arab Badui. Mereka ini berasal (bersumber) dari Nejd namun berulah
(membuat fitnah) di Irak. Bahkan Ibnu Taimiyah yang dianggap salafy
sebagai syaikh terbesar mereka, sependapat dalam hal ini.
Dalam kitab Naqdu al Taqdis, Ibnu Taimiyah berkata:
Telah
Mutawatir khobar dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bahwa fitnah dan
pangkal kekufuran berasal dari timur –timur Madinah- seperti Najd dan
semua daerah sebelah timurnya (Madinah) Kemudian beliau memberikan contoh yang terjadi di Najd.
Tidak diragukan lagi bahwa di sana muncul kemurtadan dan hal-hal lain yang termasuk kekufuran, di antaranya
Musailamah al Kadzab dan para pengikutnya, Thalihah al Asadiy dan para
pengikutnya, Sujah dan para pengikutnya hingga mereka diperangi oleh abu
Bakar as Shiddiq dan orang-orang mukmin yang bersama beliau. Ada yang
terbunuh dan ada yang kembali sebagai mukmin maupun Munafiq.
Begitupun peringatan dari ulama-ulama Sunni seperti Shaykh
Habib M. Ya’qoubi, Syaikh Habib Ali Zain al–Abideen Al-Jifri, Syaikh
Muhammad Tahir-ul-Qadri, dan ulama sunni lain termasuk dari Indonesia.
Para
teroris yang akhir-akhir ini mencoreng citra kaum muslimin dan mengacau
keamanan dunia juga kebanyakan dari mereka atau yang mengikuti mereka.
Pihak intelijen dan pihak kepolisian pun sudah tahu siapa yang harus
dicari dan dicurigai setiap kali ada aksi terorisme. Hendropriyono
selaku mantan ketua Badan Intelijen Negara (BIN) pernah menyebut habitat
teroris seperti Nurdin M. Top adalah wahhabi aliran garis keras.
Kelompok ini tidak mau berpartai karena dianggapnya kafir serta suka
mengkafirkan sesama muslim. Para analis dan sejarawan internasional
seperti David Livingstone dengan bukunya Terrorisme – Illuminati dan
yang lain juga sependapat dalam hal ini. Febe Armanios, seorang analis
terorisme dan Timur Tengah melaporkan dalam CRS Report for Congress
untuk kebijakan Amerika Serikat bahwa dalang terorisme juga mengarah
kepada Wahhabi dan Salafy.
Hal ini cukup aneh karena dari sisi kognitif tidak mengarah ke
sana. Tapi dari sisi emosi, akhlaq dan budaya seperti doktrin egoisme
& kesombongan “hanya kami yang benar & selamat sendiri”; menolak
kebenaran dari luar kalangan; doktrin intoleran “kebencian &
permusuhan terhadap outsiders”; memahami Islam secara sempit; budaya
taklid alias mengekor & tidak kritis terhadap pemimpinnya; budaya
keras & kasar; ajaran yang menyalahi fithrah alias membatasi
(menghambat) aktualisasi diri & akhirnya terbentur realitas; serta
emosi-emosi negative & akhlaq buruk lainnya adalah alasan-alasan
psikologis yang lebih dari cukup untuk mengarahkan mereka pada perilaku
yang bermasalah. Memang benar tidak semuanya seperti itu. Namun
kebenaran yang tidak boleh ditolak adalah bahwa para teroris islam
ekstrim dewasa ini hampir semuanya adalah hasil didikan wahhabi –
salafy.
- Argumentasi “Nejd adalah Irak” sangat lemah
Pendapat “Nejd adalah Irak” muncul karena mereka menafsirkan hadits terkait Nejd dengan hadits-hadits berikut:
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin ‘Umar bin Abaan,
Waashil bin ‘Abdul A’laa, dan Ahmad bin ‘Umar Al Wakii’iy [dan lafaznya
adalah lafaz Ibnu Abaan] ketiganya berkata telah menceritakan kepada
kami Ibnu Fudlail, dari ayahnya yang berkata Aku mendengar Saalim bin
‘Abdillah bin ‘Umar berkata “Wahai penduduk ‘Iraaq, aku tidak bertanya tentang masalah kecil dan aku tidak mendorong kalian untuk masalah besar. Aku
pernah mendengar ayahku, Abdullah bin ‘Umar berkata Aku pernah
mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa salam bersabda
‘Sesungguhnya fitnah itu datang dari sini ia menunjukkan tangannya ke
arah timur dari arah munculya dua tanduk setan’. Kalian saling menebas
leher satu sama lain. Musaa hanya membunuh orang yang ia bunuh yang
berasal dari keluarga Fir’aun itu karena tidak sengaja. Lalu Allah ‘azza
wa jalla berfirman padanya ‘Dan kamu pernah membunuh seorang manusia,
lalu kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan
beberapa cobaan.” [Thaahaa: 40]”. Berkata Ahmad bin Umar dalam
riwayatnya dari Salim tanpa mengatakan “aku mendengar” [Shahih Muslim 4/2228 no 2905].
Perlu dicermati bahwa yang memperingatkan penduduk Iraq dalam hadits di atas adalah Saalim bin ‘Abdillah bin ‘Umar,
bukan Rasulullah. Dalam matan hadits di atas juga tidak ada yang secara
eksplisit mengatakan bahwa “Nejd adalah Irak” atau “Fitnah akan muncul
dari Irak.” Hadits tersebut shohih dan Rasulullah memperingatkan bahaya
fitnah dari arah timur dan beliau (Rasulullah) tidak memperingatkan
penduduk Irak secara khusus melalui hadits di atas. Jika Salim
memperingatkan penduduk Iraq dengan hadits tersebut, rasanya cukup wajar
karena fitnah dan peperangan pada zaman Ali bin Abi Thalib banyak
terjadi di Irak. Namun, bukan berarti sumbernya berasal dari Irak. Sebab
Salim sendiri tidak pernah mengatakan dalam hadits tersebut, “Wahai
penduduk Iraq, kalian adalah sumber fitnah yang dimaksudkan Rasulullah.”
Hadits shohih tersebut tidak relevan dan tidak kuat untuk mendukung
pendapat “Nejd adalah Iraq”. Hadits shohih tersebut justru relevan untuk
mendukung pendapat, “fitnah datang dari arah timur (Najd).”
Hadits lain yang sering digunakan salafy sebagai argumentasinya adalah hadits berikut:
Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ali Al-Ma’mariy yang
berkata telah menceritakan kepada kami Ismaail bin Mas’ud yang berkata
telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah bin ‘Aun dari
ayahnya, dari Naafi’ dari Ibnu ‘Umar bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda “Ya Allah, berikanlah keberkatan kepada kami pada Syaam
kami dan pada Yamaan kami”. Beliau [shallallaahu ‘alaihi wasallam]
mengatakannya beberapa kali. Ketika beliau mengatakan yang ketiga kali
atau yang keempat, para shahabat berkata “Wahai Rasulullah, dan juga
Iraq kami?”. Beliau bersabda “Sesungguhnya di sana terdapat kegoncangan
dan fitnah, dan disanalah akan muncul tanduk setan” [Mu’jam Al Kabiir Ath Thabrani 12/384 no 13422].
Hadis ini lemah karena
Ubaidillah telah menyelisihi dua orang perawi tsiqat (terpercaya) yaitu Azhar bin Sa’d dan Husain bin Hasan dimana
keduanya menyebutkan lafaz Najd bukan lafaz Iraq. Hadits
serupa dengan lafaz Najd lebih shohih dan diriwayatkan oleh Imam
Bukhori dengan sanad Husain bin Hasan. Seandainya hadits tersebut memang
benar dan shohih maka logika “nejed adalah irak” tetap ngawur sebab
seandainya hadits itu benar berarti tempat munculnya fitnah adalah
berada di Nejd dan Irak. Hadits tersebut juga tidak bisa digunakan untuk
menghapus hadits shohih dengan lafaz nejd ataupun hadits lain sebagai
penjelas misal hadits arah timur, arah matahari terbit, hadits khawarij,
maupun hadits-hadits terkait Arab Badui lainnya. Jika dipaksakan bahwa
hadits dengan lafaz Irak adalah shohih maka interpretasinya adalah
fitnah dari Najd dan Irak. Tidak logis jika diinterpretasikan bahwa Nejd
adalah Irak. Interpretasinya adalah Nejd sebagai sumbernya dan Irak
terkena imbasnya.
Di dalam sejarah, para khowarij berasal dari Arab Badui yang tinggal
di Nejd namun berulah di Irak sehingga diperangi oleh Khalifah Ali bin
Abi Thalib di Irak pula. Kekacauan yang ada di Irak saat ini kabarnya
juga ditunggangi oleh Arab Saudi dan para khowarij yang sengaja
menginginkan agar kondisi Irak tidak pernah stabil. Sebab pemilu
terakhir menunjukkan Presiden Irak terpilih berasal dari Sunni sedangkan
Perdana Menterinya dari Syiah. Hal ini merupakan representasi dari
penduduk Irak yang memang hampir seimbang antara Sunni & Syiah.
Namun hal ini tentu tidak disukai oleh wahhabi-salafy yang sangat
memusuhi Syiah.
Hadits lain yang dijadikan argumentasi adalah hadits yang di dalam
sanadnya ada nama Ziyaad bin Bayaan. Ziyaad bin Bayaan dikatakan oleh
Adz Dzahabi
“tidak shahih hadisnya”. Ia telah dimasukkan Adz
Dzahabi dalam kitabnya Mughni Ad Dhu’afa no 2222. Al Uqaili juga
memasukkannya ke dalam Adh Dhu’afa Al Kabir 2/75-76 no 522. Bukhari
berkata
“dalam sanad hadisnya perlu diteliti kembali” [Al Mizan
juz 2 no 2927] Ibnu Hibban tidak hanya menta’dil Ziyaad bin Bayaan,
Ibnu Hibban juga memasukkan nama Ziyaad bin Bayaan dalam kitabnya
Adh Dhu’afa yang memuat nama perawi dhaif menurutnya. Ibnu Hibban berkata “
Ziyaad bin Bayaan mendengar dari Ali bin Nufail, dalam sanad hadisnya perlu diteliti kembali (fii isnad nazhar)” [Al Majruhin no 365].
Ziyaad bin Bayaan juga terbukti meriwayatkan hadis mungkar dan
kemungkarannya terletak pada sanad hadis tersebut. Hadis yang dimaksud
adalah hadis Al Mahdi dimana Ziyad bin Bayaan membawakan dengan sanad
dari Ali bin Nufail dari Ibnu Musayyab dari Ummu Salamah secara marfu’.
Hadis ini yang diingkari oleh Bukhari dan pengingkaran tersebut terletak
pada sanadnya. Ibnu Ady dalam Al Kamil dengan jelas mengatakan kalau
Bukhari mengingkari hadis Ziyad bin Bayaan ini.
Hadits-hadits lain yang dijadikan argumentasi adalah tidak shohih
dari sisi matan maupun sanad, sebagiannya dhaif dan sebagiannya lagi
mengandung illat (cacat). Seandainya hadits yang dijadikan pijakan
memang shohih, maka ada dua tempat dimana munculnya fitnah yang dimaksud
oleh hadis tersebut yaitu “
Najd dan Irak”. Sedangkan logika salafy kalau “
Najd adalah Irak” sudah
jelas-jelas salah dan berbahaya. Sebab konsekuensi dari kalimat itu
adalah menafikan Nejd (Arab Saudi) dari tempat fitnah yang kaum muslimin
diperingatkan oleh Rasulullah. Seandainya mereka mengingkari bahwa Nejd
(Arab Saudi) bukan sumber fitnah, maka ini lebih ngawur lagi.
Lagi pula jika mereka berargumentasi: “Lafadz Nejd yang dimaksud
dalam hadits tersebut adalah Iraq karena hadits saling menjelaskan”,
bisa dengan mudah dipatahkan. Dengan logika yang sama, bahkan lebih kuat
bisa saja ada orang yang berkata, “Lafadz Iraq yang dimaksud dalam
hadits tersebut adalah Nejd karena hadits saling menjelaskan dan sanad
hadits dengan lafadz Nejd lebih kuat”.
Terserah mereka mau membebaskan kutukan nama tempatnya dengan beragam
argument, tetapi mereka sekali-kali tidak dapat melepaskan kutukan
terhadap penduduknya yakni Arab Badui yang ditegaskan oleh Allah sendiri
dalam Al Qur’an lebih cenderung kafir & munafik serta tidak
mengerti tentang ilmu agama melainkan sedikit.
Kaum muslimin yang berhati-hati tentu akan lebih memilih menjauhi
segala fitnah, baik dari Nejd (Arab Saudi) maupun dari Irak. Kemudian,
kaum muslimin yang faham dalam masalah ini cukup mewaspadai fitnah dari
Najd (Arab Saudi) saja. Termasuk mewaspadai fitnah wahhabi – salafy yang
berasal dari Nejd dan orang-orang Arab Badui. Sedangkan mereka yang
bebal tetap saja mempercayai kata-kata orang Arab Badui dari Nejd dan
justru tidak percaya pada pendapat lain yang menyelisihi mereka. Mereka
ini tidak mengerti karena hatinya sudah terkunci !!!
Mereka ini seperti orang Kristen yang ditunjukkan bukti nyata
mengenai kata-kata tidak senonoh dalam kitab suci mereka namun mereka
tetap berkilah bahwa Tuhan menceritakan apa saja di Al Kitab seperti
berita di televisi agar menjadi pelajaran bagi manusia. Ya, terserah
mereka. Bagiku agamaku dan bagimu agamamu. Tugas kaum muslimin hanyalah
menyampaikan. Begitu pula terhadap salafy.
Jika salafy menanggapinya dengan melakukan bantahan berbumbu cacian,
sebaiknya hal tersebut ditujukan kepada orang-orang kafir terlebih
dahulu sebelum ditujukan kepada kaum muslimin. Sebab orang-orang kafir
juga telah menulis tentang wahhabi – salafy dengan negative. Mereka
menulis sejarah wahhabi dan Arab Saudi dengan deskripsi yang negative
pula. Hal ini bisa didapati di Wikipedia, ensiklopedia, sejarah umum,
jurnal-jurnal, tulisan-tulisan mereka di website maupun di buku-buku.
Mereka bahkan memisahkan istilah wahhabi dengan Islam, yakni Wahhabisme
bukan ajaran Islam namun gerakan Islam radikal. Termasuk berkaitan
dengan terorisme, radikalisasi Islam, militansi dan semacamnya. Bahkan,
situs Terrorisme – Illuminati mengklaim bahwa wahhabi – salafy sebagai
agen-agen Freemason – Illuminati kaki tangan Zionis Internasional.
Saya pribadi tidak membenarkan tetapi juga tidak menafikan apa yang
ditulis oleh orang-orang kafir tersebut kecuali beberapa yang sudah ada
bukti-buktinya. Sebaiknya salafy segera memprotes orang-orang kafir itu
sebelum menghujat kaum muslimin yang menyampaikan kebenaran berdasarkan
bukti-bukti kuat dan dalil-dalil yang akurat. Bukan sebaliknya, asyik
menghujat kaum muslimin dan membiarkan orang-orang kafir begitu saja.
Kaum muslimin sendiri tidak perlu risau jika orang-orang kafir
menjelek-jelekkan faham salafy – wahhabi. Kami tidak punya urusan dan
kami sebagai kaum muslimin baru akan bersikap keras jika kaum kufar
menjelek-jelekkan Islam, Al Qur’an & ajaran-ajarannya termasuk jika
mereka mencaci-maki Allah & Rasul-Nya, Ahlul Bayt, Salafus Sholih,
Ulama’ & Imam Kaum Muslimin serta jama’ah kaum Muslimin. Jika mereka
hanya menjelek-jelekkan firqah-firqah tersebut, maka kami tidak peduli
& tidak cemburu. Itulah wujud wala’ & bara’ (loyal &
disloyal) atas dasar Islam bukan atas dasar firqah.
Arab Badui, Nejd & Kemunafikan
Apakah orang-orang yang beriman, hari ini benar-benar peduli dengan
dua musuh bebuyutannya: yakni Kaum Kafir dan Kaum Munafik ??? Mungkin
kita terlalu banyak menyoroti bahaya dari kaum kafir seperti Zionis
Yahudi beserta Orientalis Kristen. Namun, apakah kita benar-benar
memperhatikan musuh yang sebenarnya dari dalam? Mereka ini adalah kaum
munafik! Ya, kaum munafik. Sesungguhnya persatuan dan kemajuan kaum
muslimin sejak zaman nabi telah dirongrong oleh kaum munafik ini. Pun
begitu sampai hari ini. Sayangnya, banyak kaum muslimin masih bodoh dan
terlena sehingga orang-orang munafik yang pandai berdusta, gemar
berkhianat dan tidak menepati janji itu telah menipu kaum muslimin
mentah-mentah.
Siapakah kaum munafik di zaman Nabi? Mereka adalah sebagian dari
penduduk Madinah dan sebagian orang-orang Arab Badui (badwi, bedouins)
yang tinggal di timurnya Madinah (Nejd, Najd, Nejed, Najad) di gurun –
gurun pasir pedalaman Arab. Lalu siapakah kaum munafik di zaman ini?
Mereka adalah penganut Islam KTP (tidak bersungguh-sungguh beragama
Islam alias Islam ekstrim kiri) dan Islam yang pemahaman keagamaannya
menggunakan Manhaj Arab Badui alias Islam ekstrim kanan.
Lalu, bagaimana Islam memandang ciri-ciri orang Arab Badui ini? Mari
kita lihat dalam Al Qur’an . Dalil-dalil ini memberitakan gambaran
mereka di masa lalu, sekarang & masa datang. Penyebutan secara
eksplisit Arab Badui (al a’raab) di dalam al Quran mirip seperti
penyebutan Yahudi & Nashrani. Padahal, Al Quran tidak menyebutkan
kaum Yaman, Syam, Iraq, atau Persia secara eksplisit. Padahal, suku
bangsa itu juga berada di sekitar Hijaz yang didiami suku Quraisy,
kaumnya Rasulullah. Bahkan, suku Quraisy yang berada di Hijaz pun tidak
dicela secara eksplisit, padahal mereka dulunya memerangi Rasulullah.
Begitu pula dengan Romawi dan Mesir, tidak dicela. Namun, yang dicela
Allah dengan tegas dan berulang kali ada tiga kaum : Yahudi, Nasrani,
& Arab Badui. Seolah-olah, sifat-sifat buruk mereka itu abadi.
Seolah-olah kita diperingatkan dengan tiga kaum tersebut sampai kiamat
nanti. Mari kita lihat ciri-ciri arab badui:
Ciri 1: Cenderung Kafir dan Munafik
Meskipun di antara orang-orang Arab Badui ada yang beriman, namun Al
Qur’an telah menegaskan bahwa mereka ini lebih cenderung kepada
kekafiran dan kemunafikan. Kekafiran dan kemunafikan orang-orang Arab
Badui adalah yang terburuk dan terdangkal jika dibandingkan dengan kaum
yang lain. Mereka ini juga cenderung bodoh (tidak mengerti, bebal) dan
tidak memahami hukum-hukum Islam. Dengan kata lain, mereka ini miskin
hikmah dan akalnya tumpul (sempit/dangkal). Mereka juga kikir saat
diminta mengeluarkan hartanya untuk berjihad, padahal sebetulnya mereka
punya.
Orang-orang Arab Badui itu, lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS At Taubah 97).
Di antara orang-orang Arab Badui itu ada orang yang memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah), sebagai suatu kerugian,
dan dia menanti-nanti marabahaya menimpamu, merekalah yang akan ditimpa
marabahaya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS At Taubah 98).
Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya.
Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang
mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka
akan dikembalikan kepada azab yang besar. (QS At Taubah 101)
Ayat di atas terkait Perang Tabuk. Kisah detail tentang mereka bisa dibaca di QS At Taubah.
Ciri 2: Enggan Berjihad & Bodoh (dangkal)
Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut
ke Hudaibiyah) akan mengatakan: “Harta dan keluarga kami telah
merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami”; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya.
Katakanlah : “Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi
kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia
menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS Al Fath 11).
Orang-orang Badui yang tertinggal itu akan
berkata apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan:
“Biarkanlah kami, niscaya kami mengikuti kamu”; mereka hendak merobah janji Allah.
Katakanlah: “Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami; demikian
Allah telah menetapkan sebelumnya”; mereka akan mengatakan: “Sebenarnya
kamu dengki kepada kami”. Bahkan mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali. (QS Al Fath 15).
Katakanlah kepada orang-orang Badui yang
tertinggal: “Kamu akan diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai
kekuatan yang besar, kamu akan memerangi mereka atau mereka menyerah
(masuk Islam). Maka jika kamu patuhi (ajakan itu) niscaya Allah akan
memberikan kepadamu pahala yang baik dan jika kamu berpaling sebagaimana kamu telah berpaling sebelumnya, niscaya Dia akan mengazab kamu dengan azab yang pedih”. (QS Al Fath 16).
Ciri 3: Keimanannya Dipertanyakan
Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”.
Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’,
karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika
kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi
sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS Al Hujuraat 14).
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang
yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak
ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka
pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS Al Hujurat 15).
Mereka juga berkoar-koar tentang agama mereka, padahal hati mereka
ini hampir-hampir nol dari keimanan. Maka jangan heran jika mereka
berkoar – koar dengan kata-kata manis tentang agama mereka, tentang
keimanan mereka, akan tetapi kita dapati akhlaq dan perilaku mereka itu
adalah jauh panggang daripada api.
Katakanlah: “Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang
agamamu, padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di
bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu?” (QS Al Hujurat 16).
Ciri 4: Lebih Mencintai dirinya daripada diri Rasul (Egois)
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (QS At Taubah 119).
Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul.
Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan
dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat
yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan
sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan
yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik, (QS At Taubah 120).
Ciri 5: Cenderung Khawarij
Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya yang berkata telah
mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb yang berkata telah mengabarkan
kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Salim bin ‘Abdullah dari ayahnya
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata dan Beliau menghadap kearah timur “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, dari arah munculnya tanduk setan” [Shahih Muslim 4/2228 no 2905].
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah yang
berkata telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Ikrimah bin ‘Ammar
dari Salim dari Ibnu Umar yang berkata “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam keluar dari pintu rumah Aisyah dan berkata “sumber kekafiran
datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan yaitu timur [Shahih Muslim 4/2228 no 2905].
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah yang
berkata telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Mushir dari Asy Syaibani
dari Yusair bin ‘Amru yang berkata “aku bertanya kepada Sahl bin Hunaif
“apakah engkau mendengar Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]
menyebutkan tentang Khawarij? Sahl berkata aku
mendengarnya, dan ia menyisyaratkan tangannya ke arah timur [dan
berkata] muncul kaum yang membaca Al Qur’an dengan lisan mereka tetapi
tidak melewati tenggorokan mereka, mereka keluar dari agama seperti anak
panah yang lepas dari busurnya [Shahih Muslim 2/750 no 1068].
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang
berkata telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata
telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang
berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Ya Allah berilah
keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para
sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037].
Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman yang berkata telah
mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhri yang berkata telah
mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin ‘Abdurrahman bahwa Abu Sa’id Al
Khudri radiallahu ‘anhu berkata kami bersama Rasulullah [shallallahu
‘alaihi wasallam] dan Beliau sedang membagi harta rampasan perang,
tiba-tiba datanglah Dzul Khuwaisirah dan dia seorang laki-laki dari bani
Tamim, ia berkata “wahai Rasulullah berbuat adillah!”.
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “celaka engkau, siapa
yang bisa berlaku adil jika aku dikatakan tidak berlaku adil, sungguh
celaka dan rugi jika aku tidak berlaku adil”. Umar berkata “wahai
Rasulullah izinkanlah aku memenggal lehernya”. Rasulullah [shallallahu
‘alaihi wasallam] berkata “biarkanlah ia, sesungguhnya ia memiliki para
sahabat dimana salah seorang dari kalian menganggap kecil shalat kalian
dibanding shalat mereka dan puasa kalian dibanding puasa mereka, mereka
membaca Al Qur’an tetapi tidak melewati tenggorokan mereka, mereka
keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari busurnya. Dilihat
mata panahnya maka tidak nampak apapun, dilihat pegangan panahnya maka
tidak nampak apapun, dilihat batang panahnya maka tidak nampak apapun,
dilihat bulu panahnya maka tidak nampak apapun sungguh ia mendahului
kotoran dan darah. Ciri-ciri mereka adalah seorang laki-laki hitam yang
salah satu lengannya seperti payudara perempuan atau seperti daging yang
bergerak-gerak dan mereka keluar saat terjadi perselisihan di antara
orang-orang. Abu Sa’id berkata “aku bersaksi bahwa aku mendengar hadis
ini dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan aku bersaksi
bahwa Ali bin Abi Thalib telah memerangi mereka dan ketika itu aku
bersamanya, maka ia [Ali] memerintahkan untuk mencari laki-laki itu,
akhirnya orang itu ditangkap dan dibawa kehadapannya maka aku bisa
melihat ciri-ciri yang disebutkan oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi
wasallam] [Shahih Bukhari 4/200 no 3610].
Ciri 6: Bersuara Keras & Berhati Kasar
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Harun yang berkata telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Fuuraan yang berkata
telah menceritakan kepada kami Aswad bin ‘Aamir yang berkata telah
menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Yahya bin Sa’id dari
Salim dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap ke arah matahari terbit seraya
berkata “dari sini muncul tanduk setan, dari sini muncul fitnah dan
kegoncangan dan orang-orang yang bersuara keras dan berhati kasar [Mu’jam Al Awsath Thabrani 8/74 no 8003 – HR Thabrani ini sanadnya Shohih].
Telah menceritakan kepada kami Musaddad yang berkata telah
menceritakan kepada kami Yahya dari Isma’il yang berkata telah
menceritakan kepadaku Qais bin Uqbah bin Amru Abi Mas’ud yang berkata
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan tangannya kearah
Yaman dan berkata “Iman di Yaman disini dan kekerasan hati adalah milik orang-orang Faddadin [arab badui yang bersuara keras] di belakang unta-unta mereka dari arah munculnya tanduk setan [dari] Rabi’ah dan Mudhar [Shahih Bukhari no 3126].
Ciri 7: Sombong & Angkuh
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya yang berkata
qara’tu ala Malik dari Abi Zanad dari Al A’raj dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “sumber kekafiran
datang dari timur, kesombongan dan keangkuhan adalah milik orang-orang
penggembala kuda dan unta Al Faddaadin Ahlul Wabar [arab badui] dan kelembutan ada pada penggembala kambing [Shahih Muslim 1/71 no 52].
Ulasan Kaum Munafik dalam Al Qur’an
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami
mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar
orang pendusta. Mereka itu
menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka
menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya
mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu
mereka tidak dapat mengerti. Dan apabila kamu melihat mereka,
tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum.
Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka
adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap
teriakan yang keras ditujukan kepada mereka.
Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka;
semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai
dipalingkan (dari kebenaran)? Dan apabila dikatakan kepada mereka:
Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu,
mereka membuang muka mereka dan kamu lihat
mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri. Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
(QS Al Munafiqun 1-6).
Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” padahal
mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal
mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam
hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta.
Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang
mengadakan perbaikan.” Ingatlah,
sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana
orang-orang lain telah beriman.” Mereka menjawab: “Akan berimankah kami
sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah,
sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada
syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami
sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.”
Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka itulah orang yang
membeli kesesatan dengan petunjuk,
maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat
petunjuk. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api,
maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya
(yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak
dapat melihat.
Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali
(ke jalan yang benar), atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan
lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka
menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara)
petir,sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.
Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka.
Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti.
Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan
penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
(QS Al Baqarah 8 – 20).
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama,
mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf
dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir-penj). Mereka telah lupa
kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang
munafik itu adalah orang-orang yang fasik.
(QS At Taubah 67).
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka
adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu
mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim.
Maka kamu akan melihat orang-orang yang
ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati
mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan
mendapat bencana”. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan
(kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena
itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam
diri mereka.
(QS Al Maidah 51 – 52).
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab:
“Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kami pun akan keluar bersamamu;
dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk
(menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu
kamu.” Dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya
mereka benar-benar pendusta.
(QS Al Hasyr 11).
Sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang menghalang- halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara- saudaranya:
“Marilah kepada kami”. Dan
mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar. Mereka
bakhil
terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu
memandang kepadamu dengan mata yang terbalik- balik seperti orang yang
pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang,
mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam,
sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman,
maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah. Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang
bersekutu itu belum pergi; dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu
datang kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama
orang Arab Badui, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu. Dan
sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan berperang,
melainkan sebentar saja.
(QS Al Ahzab 18 – 20).
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang
mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang
mukmin), untuk kekafiran dan
untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah:
“Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa
sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).
(QS At Taubah 107).
(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata:
“Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya”. (Allah berfirman): “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
(QS Al Anfaal 49).
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas.
Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.
(QS An Nisaa 142).
Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum
yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat
orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari
(mendekati) kamu.
(QS An Nisaa 61).
Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi)
zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang
hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta
merta mereka menjadi marah.
(QS At Taubah 58).
(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan
ketika dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia
itu telah kafir, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari
kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam”.
(QS Al Hasyr 16).
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) vang berkata
“Kami mendengarkan”, padahal mereka tidak mendengarkan.
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah
ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun.
(QS Al Anfaal 21 – 22).
Kesimpulan:
- Arah munculnya tanduk setan = arah matahari terbit = arah timur =
arah Nejd (tanah yang tinggi, negerinya orang-orang Arab Badui)
- Dari sana muncul kegoncangan, fitnah, dan sumber kekafiran
- Fitnah berasal dari Kaum Munafiqin Arab Badui, dengan ciri-ciri
munafik, bekerja sama dengan ahli kitab padahal sejatinya mereka saling
menipu, sombong, angkuh, bersuara keras, berhati kasar, kikir dan enggan
berjihad bersama kaum mu’min, bodoh (bebal, dangkal, miskin hikmah),
membaca Al Quran tidak sampai ke hati, ibadah kaum muslimin tidak ada
apa-apanya dibandingkan mereka, dan mereka keluar dari agama.
- Dalam sejarah Islam yang saya pelajari, dari wilayah ini telah
muncul nabi palsu bernama Musailamah al Kadzdzab (si pendusta) beserta
orang-orang Arab Badui pengikutnya yang langsung diperangi oleh kaum
muslimin.
- Dalam perang Shiffin, antara kubu Ali bin Abi Thalib dengan kubu
Muawiyah (keduanya Muslim) terdapat seorang komandan pasukan dari Ali
bernama Hurkus. Dia dari Bani Tamim dari Arab Badui. Sebagaimana
karakter orang badui di atas, dia kaku, keras dan berpikiran sempit.
“Laa hukma illallah (tiada hukum selain Allah),” serunya. Pelanggar
hukum Allah boleh dibunuh, demikian pendapatnya. Disebabkan karena
kekisruhan perang sesama muslim itu, orang-orang yang mengikuti Hurkus
keluar dari barisan dan merencanakan pembunuhan terhadap Muawiyah dan
Ali. Muawiyah berhasil selamat namun Khalifah Ali dibunuh oleh kaum
khawarij yang bodoh tapi sok tahu dan sok lurus itu.
- Sejarah Wahhabisme dan berdirinya Kerajaan Saudi Arabia. Wahhabisme
berasal dari Nejd. Kerajaan ini mengalami pasang surut sebanyak tiga
kali. Arab Saudi sendiri merupakan gabungan kerajaan Nejd dengan Hijaz
yang ditaklukkan dengan pasukan Arab Badui-Wahhabi yang bernama Ikhwan
(bukan Ikhwanul Muslimin yang di Mesir). Ibukota Arab Saudi pun masih
berada di Riyadh, di wilayah Nejd. Mereka dulu berperang dengan
Kekhalifahan Islam Turki Usmani. Mereka memusuhi ulama sebelumnya yang
mereka anggap sebagai ulama suu’ (jahat) dan membantai mereka dengan
alasan ahlul bid’ah, kafir dsb. Inggris berada di belakang mereka dalam
upaya memecah belah umat dan wilayah Kekhalifahan Islam.
- Ulasan di atas setidaknya bisa menjawab beberapa fatwa aneh wahhabi ekstrim berikut:
- Fatwa jihad untuk Afghanistan 1984 ketika wilayah itu diinvasi Uni
Soviet (analisa: saat itu terjadi perang dingin antara AS dengan Uni
Soviet dan perebutan pengaruh politik; Zionis AS punya kepentingan
‘mengamankan’ wilayah strategis tersebut sehingga AS membantu Thaliban)
- Fatwa jihad untuk Ambon 1999 ketika terjadi konflik horizontal di
Indonesia (analisa: sekedar catatan, wilayah tersebut sebelumnya aman
dan dijadikan percontohan kerukunan umat beragama Islam-Kristen; tahun
1998 terjadi reformasi dan 1999 adalah pemilu; setelah rezim Soeharto,
politikus Islam nyaris berkuasa. Zionis AS punya kepentingan agar ‘Islam
Politik’ tidak berkuasa di Indonesia. Boleh jadi AS sengaja menciptakan
citra islamophobia)
- Tidak mengeluarkan fatwa jihad ketika Afghanistan diinvasi Zionis AS
2001 (analisa: kaum muslimin punya kepentingan yang sama sebagaimana
tahun 1984, tetapi mengapa kali ini tidak dibela? Apakah karena musuhnya
Zionis AS? Bukankah yang diperangi adalah orang-orang mereka sendiri
yang dulu jihad di tahun 1984, yakni Thaliban?)
- Tidak mengeluarkan fatwa jihad ketika Iraq diinvasi Zionis AS 2003
(analisa: kepentingan kaum muslimin bertentangan dengan kepentingan
zionis AS, maka apakah mereka bingung sehingga tidak mengeluarkan fatwa
jihad???)
- Tidak mengeluarkan fatwa jihad ketika Chechnya diinvasi Rusia
(Analisa: ada kepentingan kaum muslimin tetapi tidak ada kepentingan
Zionis, jadi apakah ini jadi sebab tidak perlu dikeluarkannya fatwa
jihad???)
- Tidak mengeluarkan fatwa jihad ketika Palestina dicaplok Zionis
Israel, bahkan Syaikh M. Nasiruddin al-Albani, yang dianggap oleh
mayoritas Wahhabi-Salafi ekstrim sebagai ulama terbesar mereka, telah
mengeluarkan sebuah fatwa aneh bahwa semua kaum muslim di Palestina, Libanon Selatan, dan Dataran Tinggi Golan harus meninggalkan tanah/negeri mereka secara massal dan pergi ke tempat lain.
Alasan dia (dan dia tetap memegangnya) bahwa setiap Negeri Muslim yang
diduduki/dijajah oleh orang Non-Muslim maka menjadi Negeri Non-Muslim.
Oleh karenanya setiap Muslim dilarang tinggal/menetap di situ. Selain
itu, mereka juga dikabarkan mengharamkan kaum muslimin untuk membantu
Hamas dan Hizbullah yang berjihad mengusir Zionis Israel. Ketika
beberapa orang menanyakan kepadanya, dengan terheran-heran, bahwa tidak
akan ada satu negara pun di dunia yang mau menampung orang-orang/bangsa
Palestina, bahkan Saudi Arabia pun, dia mengatakan: “Mereka mungkin bisa mencoba pergi ke Sudan, di sana mereka mungkin akan ditampung.” Seandainya
fatwa tersebut dikeluarkan saat Indonesia belum merdeka, niscaya yang
mentaatinya hanyalah kaum munafiqin dan pengecut. Lihatlah kaum muslimin
Indonesia! Dari dulu sampai merdeka, (insya Allah sampai kapan pun)
kita tetap berani dan gigih berjihad mengusir penjajah dan pantang
‘berhijrah’ ke negeri yang lebih aman. ‘Hijrah’ dalam kondisi seperti
itu hanya dilakukan oleh kaum pengecut dan kaum munafikin yang enggan
untuk berjihad atau kalaupun mau berjihad hanyalah sebentar. Hadits
riwayat Mujasyi` bin Mas`ud As-Sulami ra., ia berkata: Aku datang
menghadap Nabi saw. untuk membaiat beliau untuk berhijrah. Beliau
bersabda: Sesungguhnya hijrah telah berlalu bagi orang-orang yang telah
melaksanakannya, tetapi masih ada hijrah untuk tetap setia pada Islam,
jihad serta kebajikan. (Shahih Muslim No.3465) Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata: Rasulullah
saw. bersabda pada hari penaklukan, yaitu penaklukan kota Mekah: Tidak
ada lagi hijrah, yang ada ialah jihad dan niat. Maka bila kamu sekalian
diperintahkan berperang, peranglah! (Shahih Muslim No.3467)
Bagaimana sikap kita terhadap mereka?
Ternyata Islam bukan hanya mengabarkan bahwa orang-orang Arab Badui
itu cenderung munafik dan kafir melainkan juga khawarij, anjing-anjing
neraka, seburuk-buruk umat yang mengaku Islam. Mereka itulah biang kerok
perusak citra Islam dengan aksi-aksi terorisme dan aksi-aksi memecah
belah umat! Mereka itulah Islam radikal yang ekstrim kanan. Hati mereka
telah terkunci, termasuk dalam memahami tulisan ini. Mereka dangkal
dalam memahami Al Qur’an, Sunnah, Bukti, Fakta, Realitas dan Sejarah.
Itu disebabkan karena Allah telah mengunci mati hati mereka. Ingatlah,
Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi
mereka tidak sadar. Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh;
tetapi mereka tidak tahu. Allah akan membalas olok-olokan mereka dan
membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.
Kita akan kesulitan mengenali kesesatan mereka yang keluar dari agama
ini. Dilihat dari apapun, kesesatannya sulit dikenali sebagaimana
perumpamaan yang Rasulullah sabdakan “
Dilihat mata panahnya maka
tidak nampak apapun, dilihat pegangan panahnya maka tidak nampak apapun,
dilihat batang panahnya maka tidak nampak apapun, dilihat bulu panahnya
maka tidak nampak apapun.”
Kita tidak perlu mengolok-olok mereka dengan label munafik, fasik,
sesat, ahlul bid’ah apalagi kafir. Meskipun kita dapati bahwa mereka
memang benar-benar seperti itu. Cukuplah itu menambah keimanan kita
bahwa Allah tidak berdusta dengan Al Qur’an dan Rasulullah tidak
main-main dengan peringatannya. Sebab, jika kita memberikan label
seperti itu, takutnya nanti jika kita salah orang maka tuduhan itu akan
berbalik ke kita. Apalagi jika kita sudah mengatakan kafir. Maka,
mengkafirkan orang sembarangan adalah jalan tol tercepat menuju
kekafiran.
“Katakanlah (hai Muhammad) : Biarlah setiap orang berbuat menurut
keadaannya masing-masing, karena Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang
lebih lurus (jalan yang ditempuhnya).”
(Al-Isra’ : 84).
“….janganlah kamu merasa sudah bersih, Dia (Allah) lebih mengetahui siapa yang bertaqwa.”
(An-Najm : 32)
“Barangsiapa yang berkata pada saudaranya ‘hai kafir’ kata-kata itu
akan kembali pada salah satu diantara keduanya. Jika tidak (artinya yang
dituduh tidak demikian) maka kata itu kembali pada yang mengucapkan
(yang menuduh)”.
(HR Bukhori & Muslim).
Saya sendiri sebetulnya ingin bersikap lemah lembut terhadap mereka.
Supaya hati-hati mereka tertarik dan kembali ke dalam jama’ah kaum
muslimin. Namun, Allah lebih tahu mana yang terbaik dan benar untuk kita
lakukan dan kita pun harus taat. Katakanlah: “Kami dengar dan kami
taat”.
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (QS At Taubah 73).
Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali. (QS At Tahrim 9).
Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam
(menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka
kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri ? Apakah kamu
bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan
Allah? Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya. (QS An Nisaa’ 88).
Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-
orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan
kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan
kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu
(di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar, dalam keadaan terlaknat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya. Sebagai
sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum
(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah. (QS Al Ahzab 60 – 62).
Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah. Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang- orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pelindung. (QS Al Ahzab 48).
“Hai orang-orang khawarij, kaum munafiqin, dan orang-orang yang
pandai bicara tapi bodoh akhlaqnya, saksikanlah bahwa aku ‘menghunuskan
pedang’ ke arah kepalamu! Tidak akan aku tebas lehermu sampai imam kaum
muslimin memerintahkan untuk berjihad menghancurkanmu! Tidak pula aku
sarungkan pedangku sampai engkau bertaubat dan kembali ke dalam jama’ah
kaum muslimin! Sesungguhnya jama’ah kaum muslimin ini bisa dikenali dari
sikap mereka yang lemah lembut terhadap sesama mu’min dan bersikap
keras terhadap orang-orang kafir. Kaum muslimin adalah umat yang adil
dan pertengahan. Tidaklah ada kaum yang mampu mengalahkan ibadah kaum
muslimin kecuali orang-orang khawarij !!! (maksudnya sebagian kaum
muslimin meremehkan ibadahnya dibandingkan ibadah kaum khawarij)
Sesungguhnya hari ini kami bersikap keras dengan lidah kami terhadap
orang-orang munafik. Maka bertaubatlah sebelum Allah mengizinkan kami
untuk bersama-sama memerangi kalian dengan pedang (senjata) kami !!!
Bertaubatlah, lakukan perbaikan, bersatulah, dan ikhlaslah dalam
beragama !!!”
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. Kecuali
orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh
pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena
Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang
beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman
pahala yang besar. (QS An Nisa 145 – 146).
Maka cukuplah kita bersikap keras dengan lidah kita, tetapi dengan
penuh kehati-hatian menjaga lidah serta tidak perlu menghiraukan
gangguan mereka. Cukuplah kita bertawakal kepada Allah dan Allah adalah
sebaik-baik penolong.
n.b. Tulisan di atas boleh jadi benar, boleh jadi salah. Sebab
penulis hanya manusia biasa yang tidak lepas dari salah dan lupa. Saya
berusaha seadil-adilnya agar tidak jatuh pada generalisasi yang salah.
Kebetulan background saya psikologi jadi observasidan analisa saya lebih
cenderung menekankan aspek perilaku dan akhlaq. Tentu dengan
mendahulukan Al Qur’an dan As sunnah yang ternyata lebih kuat dan
sejalan dalam hal ini. Terakhir, ambillah pendapatku jika sesuai dengan
Al Quran dan Sunnah. Tinggalkan jika menyalahi keduanya. Semoga Allah
senantiasa memberikan kita petunjuk dan rahmat-Nya. Semoga Allah
menjauhkan kita dari kemunafikan. Sebab tidaklah merasa aman dari sifat
ini kecuali orang-orang munafik. Semoga Allah menyatukan hati kita dalam
tali ukhuwah islamiyah. Semoga Allah membersihkan barisan kaum mu’min
dari kaum munafiqin.