Pesan Rahbar

Home » , , , , , , , , , , » Foto-Foto Dan Inilah Bukti NAJD: MUNCULNYA TANDUK SETAN Bagian Pertama

Foto-Foto Dan Inilah Bukti NAJD: MUNCULNYA TANDUK SETAN Bagian Pertama

Written By Unknown on Wednesday 11 February 2015 | 22:47:00

LIHAT GAMBAR



















 
LIHAT KESAMAAN MILIK ZIONIS 










Informasi Bahaya fitnah daerah Najd berasal dari hadits Rasulullah s.a.w yang menceritakan keberkatan tanah Yaman, dan Syam sebagaimana didalam hadisnya :

عن ابن عمر قال : ذكر النبي صلى الله عليه وسلم : ” اللهم بارك لنا في شامنا، اللهم بار…ك لنا في يمننا” . قال وفي نجدنا ؟ قال : ” اللهم بارك لنا في شأمنا، اللهم بارك لنا في يمننا، قالوا : وفي نجدنا ؟ فأظنه قال في الثالثة : ” هناك الزلازل والفتن وبها يطلع قرن الشيطان ” رواه البخاري كتاب الفتن باب قول النبي صلى الله عليه وسلم :” الفتنة قبل المشرق “رقم 7094

Artinya : Dari Ibnu Umar r.a berkata : Rasulullah s.a.w menyebutkan : ” Ya Allah berilah keberkatan kepada negeri Syam kami, berilah keberkatan kepada negeri Yaman kami, Berkata mereka : ” Pada Najd kami Ya Rasulullah “, berkata Rasulullah : Ya Allah berilah keberkatan kepada negeri Syam kami, berilah keberkatan kepada negeri Yaman kami, Berkata mereka : ” Pada Najd kami Ya Rasulullah “, Berkata Rasulullah : Disana terdapat kegoncangan ( aqidah ) dan fitnah, dan disanalah terbitnya tanduk Syaitan. ( H.R . Bukhari , kitab al-Fitan, bab Qulun Nabi s.a.w. al-Fitnah Min Qibla al-Masyriq, no : 7094 ).

Dari hadis ini kita mengetahui bahwa Rasul telah mendo’akan negeri Syam dan Yaman, sebab itulah para sahabat berlomba-lomba untuk pindah ke negeri Yaman dan Syam.

Kenapa Najd yang terdapat di hadis ini bukan negeri Iraq? Adapun sebagai Jawabannya sebagai berikut :
1 – Negeri yang dido’akan Rasulullah adalah negeri-negeri yang telah masuk islam sebahagian penduduknya, sebahagian ahli Syam telah mendata…ngi Nabi s.a.w. dan mengucap kalimat dua Syahadah, penduduk Yaman mendatangi Rasul dan memeluk islam ketika itu, sementara penduduk daerah Iraq tidak ada yang datang ke hadapan Rasul, bahkan mereka masuk islam pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin Khatab ketika penaklukkan negara Farsi, sementra penduduk Najd ( tempat kelahiran pemimpin wahabi ) telah berbondong-bondong pergi ke Madinah untuk memeluk islam, bagaimana boleh didalam hadis menyebutkan kalimat ” di Nejd kami “.

Sementara Iraq belum jatuh ke tangan umat islam, dan masih di pegang oleh negara Farsi, ungkapan kami di sini memiliki dua makna :
Yang pertama : Para sahabat yang bersama Rasul, dan mereka bermaksud bahwa ungkapan kami adalah makna kepemilikan Iraq, dan ini mustahil sebab Iraq belum jatuh ketangan umat Islam.
Yang kedua : Utusan yang datang dari Najd, jikalau Najd itu Iraq, maka sesuatu yang mustahil sebab tidak ada riwayat yang mengatakan adanya utusan kaum yang datang dari Iraq, maka mestilah Nejd tersebut bahagian negara yang dikenal yaitu Riyahd dan sekelilingnya.

Sementara kalimat ” kami ” pada negeri Syam, karena telah datang sebahagian utusan negeri Syam ke Madinah untuk memeluk islam dan di Syam terdapat Baitul Maqdis, dan tempat para nabi-nabi terdahulu.

2 – Rasul mengatakan bahwa Najd adalah tempat keluarnya tanduk syaiton, terlepas dari hakikat ataupun majaz, tapi yang dimaksud adalah orang yag membawa kesesatan dan fitnah bagi umat islam dan mereka tergolong dari orang – orang kafir. Ka…rena Syaitan pemimpin orang-orang kafir dan menyesatkan orang, ini sangat jauh sekali keadaannya dengan fitnah yang berlaku di Iraq. Pembunuhan Imam Ali r.a di tangan orang – orang Khawarij suatu fitnah yang lebih kecil di bandingkan dengan fitnahnya Musailamah al-Kadzab yang berasal dari Yamamah Nejd ( Riyadh sekarang ), yang telah mengaku nabi dan membunuh puluhan para sahabat sehingga Umar bin Khatab menjadi sangat takut sekali akan habisnya penghafal al-Qur`an disebabkan serangan Musailamah.

Musailamah dan pengikutnya tergolong orang-orang yang kafir dan menyesatkan orang lain, sementara orang-orang Khawarij masih dalam keadaaan islam sebagaimana didalam riwayat Ibnu Abbas dari Imam Ali di dalam Sohih Bukhari. Tetapi mereka pelampau yang keluar dari batasan, demikiannya juga pandangan ulama ahlus Sunnah bahwa khawarij telah keluar dari jama’ah tetapi tidak keluar dari Islam. Dengan demikian tahulah kita bahwa fitnah yang terdapat di Yamamah ( Najd ) lebih besar dari fitnah yang berada di Iraq, di Najd juga tedapat khawarij dan golongan Qaramithoh yang kafir.

‎3 – Kita mengetahui bahwa Iraq adalah negeri yang berkat juga. Bukti keberkatan Iraq adalah pindahnya ulama-ulama besar dari golongan sahabat ke Iraq seperti Imam Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas`ud, Anas bin Malik, `Ammar bin Yasir, H…udzaifah bin Yaman, Sa`ad bin Abi Waqash, Imran bin Hushain, jikalau negeri Iraq tidak berkat bagaimana boleh para sahabat pindah ke Iraq berbondong-bondong. Di negeri Iraq pula terbitnya banyak ulama hadis dan mazhab ahlussunnah seperti mazhab Imam Hanafi, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Sufyan ats-Tsauri dan Sufyan bin Uyaynah, timbulnya di baghdad ulama dan fakar-fakar qira`ah dan Nahu, berbeda dengan Najd Yamamah yang tidak terdapat sedikitpun para sahabat yang bermukim di situ bahkan para sahabat datang ke Najd Yamamah untuk memerangi orang kafir dan murtad pengikut Musailamah.

Bagaimana bisa kita katakan bahwa Iraq tempat yang terkutuk dan tidak berkat, sementara Iraq telah mengeluarkan jutaan ulama. Kenapa wahabi mengikuti mazhab Hanbali sementara Imam Ahmad berasal dari Iraq.

‎4 – Iraq telah masyhur ketika zaman jahiliyah, jikalau Rasul bermaksud Iraq niscaya beliau akan sebutkan secara jelas dengan namanya khusus tetapi Rasul tidak menyebutkan Iraq bahkan menyebutkan Najd yang berarti bukan Iraq. Jadi jika dise…but dengan Najd maka di maksud adalah Najd secara uruf yaitu daerah Yamamah , Dar’ah dan sekitarnya, karena kawasan ini juga dataran tinggi.

5 – Hadis Rasulullah s.a.w. yang berbunyi :

عن ابن عمر رضي لله عنهما أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو مستقبل المشرق يقول : ” ألا إن الفتنة هاهنا من حيث يطلع قرن الشيطان . رواه البخاري

Artinya : Dari Ibnu Umar r.a. beliau mendengar Ra…sul bersabda dalam keadaan mengarah ke bahagian arah timur Madinah : ” Ingatlah bahwasanya fitnah datang dari sana dari tempat terbitnya tanduk syaitan. ( H.R .Bukhari no : 7093 ).

Bahagian timur Madinah adalah Nejd ( bahagian Yamamah, Dir`ah, dll ) bukan Iraq. Ini jelas kalau kita melihat peta, adapun para ulama yang menafsirkan timur tersebut ke arah Iraq telah bersalah dengan kenyataan dan ilmu zaman sekarang, karena timurnya Madinah bukan Iraq.
Lihat Selengkapnya

‎6 – Hadis Rasulullah s.a.w yang menyuruh penduduk Nejd agar berniat ihram dari Qarnu Manazil .

عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : أمر رسو ل الله صلى الله عليه وسلم أهل المدينة أن يهلوا من ذي الحليفة، وأهل الشام من الجحفة وأهل النجد من …قرن المنازل .رواه مالك ، كتاب الحج باب مواقت الإهلال

Artinya :Dari Abdullah bin Umar r.a. beliau berkata : Rasulullah s.a.w. menyuruh penduduk Madinah berniat ihram dari Dzul- Hulaifah, penduduk Syam dari Juhfah, dan penduduk Nejd dari Qarn, Manazil. ( H.R. Malik , Kitab Hajj, bab Mawaqitu al-Ihlal no : 732 ).

Sementara lafaz didalam Sohih Bukhari ialah :

عن ابن عمر : وقّت رسول الله صلى الله عليه وسلم قرنا لأهل نجد ، والجحفة لأهل الشام وذا الحليفة لأهل المدينة، قال : سمعت هذا من النبي صلى الله عليه وسلم ، وبلغني أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : : و لأهل اليمن يلملم ” وذكر العراق فقال : لم يكن عراق يومئذ ( رواه البخاري . رقم : 7344

Artinya :Dari Ibnu Umar beliau berkata : Rasulullah telah menentukan miqat bagi ahli Najd di Qaran, Juhfah untuk penduduk Syam, Dzul Hulaifah untuk penduduk Madinah, , berkata Ibnu Umar : telah sampai kepadaku bahwa Nabi s.a.w. berkata : ” Bagi penduduk Yaman dari Yalamlam”. kemudian disebutkan Iraq, berkata beliau : Ketika itu belum ada Iraq. ( H.R. Bukhari, no 7344 ).

Dari kedua hadis diatas jelaslah bahwa yang di maksud Najd adalah daerah dataran tinggi yang terdiri dari Yamamah ( Riyadh sekarang ), Dir`ah dan lain-lainnya. Bukan Iraq, karena ketika itu orang Iraq belum memeluk islam, sementara Qarnu Manazil berhampiran dengan Yamamah (Riyadh sekarang ).

7 – Adapun riwayat yang menggantikan Masyriq ( arah timur ) kepada Iraq, riwayat ini telah diubah dan tidak shahih. Karena kebanyakkan riwayat mengatakan Masyriq. Adapun penafsiran Salim bin Abudullah bin Umar kepda Iraq adalah salah satu ijtihad beliau yang belum bisa dijadikan pegangan, sebab bukan dari penafsiran Rasulullah s.a.w. Sebagaimana beliau pernah berijtihad untuk melarang para wanita pergi shalat ke masjid sehingga ayah beliau Abdullah bin Umar marah tidak bercakapan dengan beliau sampai Abdullah bin Umar meninggal dunia

Sementara lafaz didalam Sohih Bukhari ialah :

عن ابن عمر : وقّت رسول الله صلى الله عليه وسلم قرنا لأهل نجد ، والجحفة لأهل الشام وذا الحليفة لأهل المدينة، قال : سمعت هذا من النبي صلى الله عليه وسلم ، وبلغني أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : :… و لأهل اليمن يلملم ” وذكر العراق فقال : لم يكن عراق يومئذ ( رواه البخاري . رقم : 7344

Artinya :Dari Ibnu Umar beliau berkata : Rasulullah telah menentukan miqat bagi ahli Najd di Qaran, Juhfah untuk penduduk Syam, Dzul Hulaifah untuk penduduk Madinah, , berkata Ibnu Umar : telah sampai kepadaku bahwa Nabi s.a.w. berkata : ” Bagi penduduk Yaman dari Yalamlam”. kemudian disebutkan Iraq, berkata beliau : Ketika itu belum ada Iraq. ( H.R. Bukhari, no 7344 ).

Mundzir musawa mangap bahwa najd adalah Saudi.







1. hadits itu sebagaimana sabda Rasulullah saw :
“Wahai Allah berkahilah wilayah Yaman kami dan wilayah Syam kami”
lalu mereka berkata : dan juga untuk wilayah Najd kita wahai Rasulullah..!
Rasul saw berdoa lagi : “Wahai Allah berkahilah wilayah Yaman kami dan wilayah Syam kami”
lalu mereka berkata lagi : dan juga untuk wilayah Najd kita wahai Rasulullah..!,
Rasul saw menjawab : “Disitulah goncangan, fitnah, dan disanalah terbitnya tanduk syaitan”
(Shahih Bukhari hadits no.990).

2. menurut para ulama kita bahwa memang anggapan para muhaddits Najd adalah iraq, karena saat itu belu terjadi apa apa, namun setelah kelahiran faham wahabi ini maka jelaslah sudah apa yg dimaksud nabi saw adalah Najd tempat kelahiran Ibn Abdulwahab, sebab para muhaddits belum menemukan fitnah yg demikian dahsyatnya sebagaimana faham wahabi ini. namun Nabi saw mengabarkan hal itu.

3. pendapat yg mu’tamad pada ulama ulama kita adalah bahwa nabi saw tak mau mendoakan Najd, karena Nabi saw memahami bahwa Allah telah menghendaki fitnah muncul dari wilayah itu.

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,Amin.

*****

Hadis tanduk setan menjadi polemik yang berkepanjangan diantara pengikut salafy dengan orang-orang yang kontrasalafy.. Hadis ini seringkali dijadikan dasar bahwa salah satu yang dimaksud fitnah Najd adalah dakwah wahabi yang ngaku-ngaku salafy.. Fokus pembahasan kami disini adalah cara pembelaan salafy yang absurd. Pengikut salafy yang merasa tersinggung alias tidak terima menyatakan pembelaan bahwa Najd yang dimaksud bukan Najd tempat lahirnya wahabi melainkan Iraq. Betapa anehnya sejak kapan Najd menjadi Iraq ?

Hadis Tanduk Setan : Kontroversi Najd dan Iraq?
Hadis tanduk setan menjadi polemik yang berkepanjangan diantara pengikut salafy dengan orang-orang yang kontrasalafy. Hadis ini seringkali dijadikan dasar bahwa salah satu yang dimaksud fitnah Najd adalah dakwah wahabi yang ngaku-ngaku salafy.

Fokus pembahasan kami disini adalah cara pembelaan salafy yang absurd. Pengikut salafy yang merasa tersinggung alias tidak terima menyatakan pembelaan bahwa Najd yang dimaksud bukan Najd tempat lahirnya wahabi melainkan Iraq. Betapa anehnya sejak kapan Najd menjadi Iraq? Sejak munculnya orang-orang yang mengaku salafy.

Berikut pembahasan yang menunjukkan kekeliruan salafy.

عن عبيدالله بن عمر حدثني نافع عن ابن عمرأن رسول الله صلى الله عليه و سلم قام عند باب حفصة فقال بيده نحو المشرق الفتنة ههنا من حيث يطلع قرن الشيطان قالها مرتين أو ثلاثا

Dari Ubaidillah bin Umar yang berkata telah menceritakan kepadaku Nafi’ dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri di pintu rumah Hafshah dan berkata dengan mengisyaratkan tangannya kearah timur “fitnah akan datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan” beliau mengatakannya dua atau tiga kali. [Shahih Muslim 4/2228 no 2905]
Nafi’ memiliki mutaba’ah yaitu dari Salim bin ‘Abdullah bin Umar sebagaimana yang disebutkan dalam Shahih Muslim melalui periwayatan Az Zuhri, Ikrimah bin Ammar dan Hanzalah dengan lafaz “timur”. Arah timur yang dimaksud adalah Najd sebagaimana yang disebutkan dalam hadis shahih.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ الْحَسَنِ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah akan muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037]
Husain bin Hasan memiliki mutaba’ah yaitu Azhar bin Sa’d yang meriwayatkan dari Ibnu ‘Aun dari Nafi dari Ibnu Umar secara marfu’ juga dengan lafaz Najd [Shahih Bukhari 9/54 no 7094].

حدثنا الحسن بن علي المعمري ثنا إسماعيل بن مسعود ثنا عبيد الله بن عبد الله بن عون عن أبيه عن نافع عن ابن عمر أن النبي صلى الله عليه وسلم قال اللهم بارك لنا في شامنا، اللهم بارك في يمننا، فقالها مراراً، فلما كان في الثالثة أو الرابعة، قالوا يا رسول الله! وفي عراقنا؟ قال إنّ بها الزلازل والفتن، وبها يطلع قرن الشيطان

Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ali Al-Ma’mariy yang berkata telah menceritakan kepada kami Ismaail bin Mas’ud yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah bin ‘Aun dari ayahnya, dari Naafi’ dari Ibnu ‘Umar bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Ya Allah, berikanlah keberkatan kepada kami pada Syaam kami dan pada Yamaan kami”. Beliau [shallallaahu ‘alaihi wa sallam ] mengatakannya beberapa kali. Ketika beliau mengatakan yang ketiga kali atau yang keempat, para shahabat berkata “Wahai Rasulullah, dan juga Iraq kami?”. Beliau bersabda  “Sesungguhnya di sana terdapat kegoncangan dan fitnah, dan disanalah akan muncul tanduk setan” [Mu’jam Al Kabiir Ath Thabrani 12/384 no 13422].

Hadis ini mengandung illat [cacat] Ubaidillah bin Abdullah bin ‘Aun dalam periwayatan dari Ibnu ‘Aun telah menyelisihi para perawi tsiqat yaitu Husain bin Hasan [At Taqrib 1/214] dan ‘Azhar bin Sa’d [At Taqrib 1/74]. Kedua perawi tsiqat ini menyebutkan lafaz Najd sedangkan Ubaidillah bin Abdullah bin ‘Aun menyebutkan lafaz Iraq. Ubaidillah bukan seorang yang tsiqat, Bukhari berkata “dikenal hadisnya” [Tarikh Al Kabir juz 5 no 1247], Abu Hatim berkata “shalih al hadits” [Al Jarh Wat Ta’dil 5/322 no 1531] dimana perkataan shalih al hadits dari Abu Hatim berarti hadisnya dapat dijadikan i’tibar tetapi tidak bisa dijadikan hujjah.  Terdapat hadis lain yang dijadikan hujjah salafy untuk menetapkan bahwa yang dimaksud sebenarnya adalah Iraq

حدثنا علي بن سعيد قال نا حماد بن إسماعيل بن علية قال نا ابي قال نا زياد بن بيان قال نا سالم بن عبد الله بن عمر عن ابيه قال صلى النبي صلى الله عليه و سلم صلاة الفجر ثم انفتل فأقبل على  القوم فقال اللهم بارك لنا في مدينتنا وبارك لنا في مدنا وصاعنا اللهم بارك لنا في شامنا ويمننا فقال رجل والعراق يا رسول الله فسكت ثم قال اللهم بارك لنا في مدينتنا وبارك لنا في مدنا وصاعنا اللهم بارك لنا في حرمنا وبارك لنا في شامنا ويمننا فقال رجل والعراق يا رسول الله قال من ثم يطلع قرن الشيطان وتهيج الفتن

Telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Sa’id yang berkata telah menceritkankepada kami Hammaad bin Ismaa’iil bin ‘Ulayyah yang berkata telah menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah mencertakan kepada kami Ziyaad bin Bayaan yangberkata telah menceritakan kepada kami Saalim bin ‘Abdillah bin ‘Umar dari ayahnya yang berkata Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat shubuh, kemudian berdoa, lalu menghadap kepada orang-orang. Beliau bersabda “Ya Allah berikanlah keberkatan kepada kami pada Madinah kami berikanlah keberkatan kepada kami pada mudd dan shaa’ kami. Ya Allah, berikanlah keberkatan kepada kami pada Syaam kami dan Yaman kami”. Seorang laki-laki berkata “dan ‘Iraq, wahai Rasulullah ?”. Beliau diam, lalu bersabda “Ya Allah berikanlah keberkatan kepada kami pada Madinah kami berikanlah keberkatan kepada kami pada mudd dan shaa’ kami. Ya Allah, berikanlah keberkatan kepada kami pada tanah Haram kami, dan berikanlah keberkatan kepada kami pada Syaam kami dan Yaman kami”. Seorang laki-laki berkata “dan ‘Iraq, wahai Rasulullah ?”. Beliau bersabda “dari sana akan muncul tanduk setan dan bermunculan fitnah” [Mu’jam Al Awsath Ath Thabraani 4/245 no 4098]. 

Hadis ini juga mengandung illat [cacat]. Ziyaad bin Bayaan dikatakan oleh Adz Dzahabi “tidak shahih hadisnya”. Bukhari berkata “dalam sanad hadisnya perlu diteliti kembali” [Al Mizan juz 2 no 2927] ia telah dimasukkan Adz Dzahabi dalam kitabnya Mughni Ad Dhu’afa no 2222 Al Uqaili juga memasukkannya ke dalam Adh Dhu’afa Al Kabir 2/75-76 no 522. Ziyad bin Bayaan Ar Raqiy memiliki mutaba’ah yaitu dari Taubah ‘Al Anbari dari Salim dari Ibnu Umar secara marfu’.

حدثنا محمد بن عبد العزيز الرملي حدثنا ضمرة بن ربيعة عن ابن شوذب عن توبة العنبري عن سالم عن ابن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اللهم بارك لنا في مدينتنا وفي صاعنا، وفي مدِّنا وفي يمننا وفي شامنا. فقال الرجل يا رسول الله وفي عراقنا ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم بها الزلازل والفتن، ومنها يطلع قرن الشيطان

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdul Aziiz Ar Ramliy yang berkata telah menceritakan kepada kami Dhamrah bin Rabi’ah dari Ibnu Syaudzab dari Taubah Al Anbariy dari Salim dari Ibnu ‘Umar yang berkata Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Ya Allah berikanlah keberkatan kepada kami pada Madinah kami, pada shaa’ kami, pada mudd kami, pada Yaman kami, dan pada Syaam kami”. Seorang laki-laki berkata “Wahai Rasulullah, dan pada ‘Iraaq kami ?”. Beliau menjawab “di sana terdapat kegoncangan dan fitnah dan di sana pula akan muncul tanduk setan” [ Ma’rifah Wal Tarikh Yaqub Al Fasawiy 2/746-747]

Secara zahir tidak ada masalah pada sanad ini hanya saja Taubah Al Anbary walaupun seorang perawi yang tsiqat, ia dikatakan oleh Al Azdi sebagai munkar al hadits [At Tahdzib juz 1 no 960]. Kesalahan besar salafy adalah menyatakan berdasarkan hadis ini bahwa Najd adalah Iraq. Telah disebutkan dari jama’ah tsiqat dari Salim dari Ibnu Umar secara marfu’ dengan lafaz timur dan telah diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Nafi’ bahwa yang dimaksud adalah Najd. Tentu saja jika dilihat dari fakta geografis Najd memang terletak sebelah timur dari Madinah sedangkan Irak terletak lebih ke utara. Jadi jika menerapkan metode tarjih maka sangat jelas hadis Najd merupakan penjelasan bagi arah Timur yang dimaksud apalagi hadis Najd memiliki sanad yang lebih kuat daripada hadis Iraq. Tidak ada alasan bagi salafy untuk menetapkan Najd adalah Iraq, gak ada logikanya sama sekali. Bagaimana mungkin Najd sebagai tempat yang berbeda dengan Iraq mau dikatakan sebagai Iraq.

حدثنا محمد بن عبد الله بن عمار الموصلي قال حدثنا أبو هاشم محمد بن علي عن المعافى عن أفلح بن حميد عن القاسم عن عائشة قالت وقَّت رسول الله صلى الله عليه وسلم لأهل المدينة ذا الحُليفة ولأهل الشام ومصر الجحفة ولأهل العراق ذات عرق ولأهل نجد قرناً ولأهل اليمن يلملم

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Ammar Al Maushulli yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Haasyim Muhammad bin ‘Ali dari Al Mu’afiy dari Aflah bin Humaid dari Qasim dari Aisyah yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menetapkan miqat bagi penduduk Madinah di Dzul Hulaifah, bagi penduduk Syam dan Mesir di Juhfah, bagi penduduk Iraq di Dzatu ‘Irq, bagi penduduk Najd di Qarn dan bagi penduduk Yaman di Yalamlam [Shahih Sunan Nasa’i no 2656].

Hadis ini sanadnya shahih telah diriwayatkan oleh para perawi terpercaya dan menjadi bukti atau hujjah bahwa Najd dan Iraq di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah dua tempat yang berbeda. Berikut keterangan mengenai para perawinya
  • Muhammad bin ‘Abdullah bin Ammar Al Maushulli seorang hafizh yang tsiqat. Ahmad, Yaqub bin Sufyan, Shalih bin Muhammad, Nasa’i, Daruquthni, Ibnu Hibban, Masalamah bin Qasim menyatakan tsiqat. Abu Hatim berkata “tidak ada masalah padanya” [At Tahdzib juz 9 no 444]. Ibnu Hajar menyatakan “tsiqat hafizh” [At Taqrib 2/98]
  • Muhammad bin ‘Ali Al Asdy adalah perawi Nasa’i dan Ibnu Majah yang tsiqat. Al Ijli menyatakan tsiqat. Abu Zakaria menyatakan ia seorang yang shalih dan memiliki keutamaan [At Tahdzib juz 9 no 592]. Ibnu Hajar menyatakan ia seorang ahli ibadah yang tsiqat [At Taqrib 2/116]. Adz Dzahabi menyatakan ia shaduq [Al Kasyf no 5067]
  • Al Mu’afy bin Imran adalah perawi Bukhari yang dikenal tsiqat. Abu Bakar bin Abi Khaitsamah berkata “ia orang yang jujur perkataannya”. Ibnu Ma’in, Al Ijli, Abu Hatim, Ibnu Khirasy dan Waki’ menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. [At Tahdzib juz 10 no 374]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat ahli ibadah seorang yang fakih [At Taqrib 2/194]
  • Aflah bin Humaid adalah perawi Bukhari dan Muslim yang tsiqat. Ahmad berkata “shalih”. Ibnu Ma’in berkata “tsiqat”. Abu Hatim berkata “tsiqat tidak ada masalah padanya”. Nasa’i berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat banyak meriwayatkan hadis” [At Tahdzib juz 1 no 669]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/108]
  • Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar adalah seorang tabiin yang dikenal tsiqat, ia adalah salah seorang dari fuqaha Madinah sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Hajar [At Taqrib 2/23]
Hadis Aisyah RA di atas juga dikuatkan oleh hadis Jabir yang membedakan miqat bagi penduduk Najd dan miqat bagi penduduk Iraq.

أبو الزبير أنه سمع جابر بن عبدالله رضي الله عنهما يسأل عن المهل ؟ فقال سمعت ( أحسبه رفع إلى النبي صلى الله عليه و سلم ) فقال مهل أهل المدينة من ذي الحليفة والطريق الآخر الجحفة ومهل أهل العراق من ذات عرق ومهل أهل نجد من قرن ومهل أهل اليمن من يلملم

Abu Zubair mendengar dari Jabir bin ‘Abdullah radiallahu ‘anhum ketika ditanya tentang tempat mulai ihram. Jabir berkata ‘aku mendengar [menurutku ia memarfu’kannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “tempat mulai ihram bagi penduduk Madinah dari Dzul Hulaifah dan bagi penduduk yang melewati jalan yang satunya di Juhfah, dan tempat mulai ihram bagi penduduk Iraq dari Dzatul ‘Irq dan tempat mulai ihram penduduk Najd dari Qarn dan tempat mulai ihram penduduk Yaman dari Yalamlam [Shahih Muslim 2/840 no 1183].

Walaupun para ulama berselisih apakah perkataan Jabir RA ini marfu’ atau tidak kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam [pendapat yang rajih adalah marfu’] tetap saja membuktikan kalau Najd dan Iraq adalah dua tempat yang berbeda sehingga para sahabat seperti Jabir RA membedakan antara penduduk Najd dan penduduk Iraq. Para ulama juga telah membedakan antara Najd dan Iraq, An Nasa’i ketika membahas hadis tentang miqat ia memberi judul Miqat Ahlul Najd kemudian di bawahnya ada judul Miqat Ahlul Iraq. Bagaimana mungkin Najd dikatakan Iraq?

Fakta lain yang tidak terpikirkan oleh salafy adalah orang-orang yang berada di Riyadh [Najd] jika melaksanakan ibadah haji miqatnya adalah di Qarn Manazil dan orang-orang Iraq jika beribadah haji miqatnya di Dzatul ‘Irq. Kenapa? Karena para ulama termasuk ulama salafy sendiri berdalil dengan hadis shahih di atas kalau miqat bagi penduduk Najd adalah Qarn Manazil dan bagi penduduk Iraq adalah Dzatul ‘Irq. Kalau memang Najd adalah Iraq ngapain orang-orang di Riyadh miqat di Qarn Manazil lha itu seharusnya jadi miqat bagi orang Iraq. Fakta kalau orang-orang di Riyadh miqat di Qarn Manazil itu menjadi bukti nyata kalau Najd itu ya tepat di sebelah timur Madinah yaitu Riyadh dan sekitarnya. Nah penduduk Riyadh sendiri merasa kalau yang dimaksud Najd yang dikatakan Nabi adalah tempat mereka tinggal bukannya Iraq.

Jadi jika telah terbukti dari dalil shahih bahwa Najd dan Iraq adalah nama dua tempat yang berbeda maka logika salafy yang mengatakan Najd adalah Iraq jelas salah besar. Walaupun kita menerima hadis Iraq maka itu tidak menafikan keshahihan hadis Najd. Dengan kata lain jika kita mau menerapkan metode jama’ maka ada dua tempat yang dikatakan sebagai tempat munculnya fitnah yaitu Najd dan Iraq [dan kami lebih cenderung pada pendapat ini]. Kalau salafy masih tidak mengerti maka kita beri contoh yang mudah. Misalnya ada orang berkata “di Jawa ada gempa bumi” kemudian di saat lain ia berkata “di Jakarta ada gempa bumi”, terus di saat yang lain orang itu berkata “di Surabaya ada gempa bumi”. Orang yang ngakunya salafy mikir begini nah itu berarti Jakarta adalah Surabaya. Bagaimana? Bahkan anak SD pun tahu kalau kesimpulan seperti ini tidak ada logikanya sama sekali. Justru cara berpikir yang benar [dengan dasar kesaksian orang tersebut benar] adalah di Jakarta dan Surabaya terjadi gempa bumi dan ini tidak bertentangan dengan perkataan di Jawa terjadi gempa bumi, toh kedua kota itu memang terletak di Jawa.
Lucunya para pengikut salafy menganggap dalil salafy terang benderang seterang matahari padahal jelas-jelas fallacy [kapan salafy mau belajar tentang fallacy]. Justru dalil Najd jauh lebih terang benderang karena memang sebelah timur dari Madinah itu ya Najd sedangkan Iraq lebih kearah utara [timur laut]. Pengikut salafy mengatakan kalau Iraq juga adalah timur madinah karena pada zaman orang arab dahulu tidak ada istilah utara selatan, timur laut dan sebagainya yang ada hanya timur dan barat atau kanan kiri. Pernyataan salafy ini bisa saja benar tetapi logikanya terbalik, zaman dahulu orang menentukan timur dan barat tergantung dengan arah matahari terbit atau terbenam. Jadi jika seseorang mau menunjuk kearah timur ia tahu dengan jelas kearah mana ia akan menunjuk apalagi jika orang tersebut adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang jelas adalah utusan Allah SWT yang dijaga dan diberi petunjuk langsung oleh Allah SWT.
Apakah jika ada orang arab disuruh menunjuk kearah timur, mereka akan menunjuk ke berbagai macam arah termasuk miring ke ke utara atau miring ke selatan?. Apakah ketika mereka menunjuk ke arah timur mereka mengarahkan tangannya ke utara yang miring 10 derajat ke arah timur ?. kayaknya tidak, mereka akan sama-sama menunjuk tepat kearah matahari terbit yaitu arah timur. Jadi Hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menunjuk ke arah timur harus dipahami secara zahir tepat timur Madinah dan ini sesuai dengan hadis Najd karena Najd memang terletak tepat di timur madinah. Para sahabat bisa langsung mempersepsi arah timur karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tepat menunjuk kearah timur atau arah matahari terbit [alias gak pakai miring ke utara atau selatan]. Salam Damai

*****

Hadits-hadits yang memberitakan akan datangnya Faham Wahabi SETAN DARi NAJAD

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah
Sebagian Demo anti syi’ah di indonesia cuma angin yang dilakukan orang dungu kampungan.

Wednesday, May 13th, 2009


Sebagian demo anti syiah didanai orang orang setan salafi wahabi najad

Kontroversi letak Nejd : Arab Saudi atau Iraq ?

 Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037].
Setidaknya ada dua pendapat mengenai letak Najd :
  1. Najd adalah wilayah nejd /najd / nejed / najad yang berada di Arab Saudi
  2. Najd adalah Iraq (Irak adalah Najd / Najd = Irak)
Pendapat pertama adalah pendapat Ahlus Sunnah wal Jama’ah (muslim Sunni) dari empat madzhab (mayoritas kaum muslimin). Pendapat kedua dari wahhabi dan salafy. Pendapat pertama adalah yang terkuat dengan beberapa argumentasi berikut ini:
  • Arti Harfiah (sebenarnya)
Nejd yang dimaksud cukup jelas tanpa interpretasi apapun. Atau dengan meminjam istilahnya (doktrinnya) salafy sendiri yakni “mengimani hadits shohih tanpa tahrif (pengubahan), ta’thil (pengingkaran), tamtsil (penyerupaan) maupun takwil”. Nejd pada masa Rasulullah adalah nama sebuah wilayah yang sama sampai hari ini dan terletak di sebelah timurnya Hijaz dan berada di Arab Saudi (sekarang). Maka pendapat yang menyatakan bahwa “Nejd adalah Iraq” berarti telah melakukan tahrif, tamtsil, takwil, & ta’thil. Kita harus berhati-hati pada orang yang suka mencari-cari takwil ayat-ayat mutasyabihat (apalagi ayat-ayat muhkamat) tanpa ilmu karena hati mereka ini condong kepada kesesatan. Sebab jika takwil mereka salah, mereka bisa menimpakan fitnah pada penduduk Irak & menyembunyikan fitnah dari Nejd !!! Mereka ini aneh sekali karena mengaku-ngaku ahlul hadits maupun ahlus sunnah wal jama’ah, bahkan pewaris manhaj salafus sholih namun mengapa mereka justru menakwilkan hadits shohih dengan cara seperti itu?
  • Sisi bahasa : Arti Nama Nejd (tanah yang tinggi/dataran tinggi)
Secara etimologi, kata Najd adalah dataran tinggi (tanah yang tinggi), sedangkan kata Iraq secara etimologi bermakna tanah sepanjang tepian sungai atau “daerah yang terletak di antara sungai-sungai”. Faktanya, nama-nama tersebut memang menerangkan kondisinya masing-masing yang sebenarnya. Najd berada di daerah gurun pedalaman di dataran tinggi sedangkan Irak berada di sekitar sungai eufrat dan sungai tigris yang subur. Iraq (terutama daerah di antara sungai Euphrates & Tigris) terletak di dataran rendah. Kota Baghdad sendiri (ibukota Irak) juga berada di dataran rendah. Hal ini berbanding seratus delapan puluh derajat dibandingkan dengan kota Riyadh (ibukota Saudi) yang berada di wilayah Nejd dan berada di dataran tinggi. Pendapat Salafy yang mengatakan bahwa maksud ”Nejed” dalam riwayat hadits di atas bukanlah nama negeri tertentu, tetapi untuk setiap tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya. Kemudian hal tersebut dijadikan hujjah untuk pendapat “Nejed adalah Irak” maka hal ini sangat lucu dan tidak logis sebab faktanya Irak berada di dataran rendah. Sebagian salafy – wahhabi telah melakukan takwil & tafsir secara ngawur dari sisi bahasa. Sebagian lainnya hanyalah melakukan taklid buta tanpa menggunakan akalnya untuk berfikir.



  • Dari arah Timur (arah matahari terbit)
Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb yang berkata telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Salim bin ‘Abdullah dari ayahnya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata dan Beliau menghadap ke arah timur “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, dari arah munculnya tanduk setan” [Shahih Muslim 4/2228 no 2905].

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Harun yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Fuuraan yang berkata telah menceritakan kepada kami Aswad bin ‘Aamir yang berkata telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Yahya bin Sa’id dari Salim dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap ke arah matahari terbit seraya berkata “dari sini muncul tanduk setan, dari sini muncul fitnah dan kegoncangan dan orang-orang yang bersuara keras dan berhati kasar [Mu’jam Al Awsath Thabrani 8/74 no 8003 – HR Thabrani dengan sanad shohih].

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id mawla bani hasyim yang berkata telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Abi Shahba’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Salim dari ‘Abdullah bin Umar yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap ke arah matahari terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410].

Banyak hadits yang saling menjelaskan.  Arah tanduk syaithan adalah arah timur (arah matahari terbit). Sedangkan arah timur yang dimaksudkan adalah dilihat dari kota Madinah. Kota tempat di mana Rasulullah memberikan peringatan dengan menunjukkan tangannya ke arah timur (arah matahari terbit). Kota Riyadh yang berada di wilayah Nejd (Arab Saudi) tepat berada di timurnya Madinah. Sedangkan Irak berada di timur lautnya Madinah (terletak di timurnya Syam atau utaranya Najd). Kesimpulannya: Salafy – Wahhabi yang memahami timurnya Madinah adalah Irak berarti kurang faham geografi dengan mencari-cari takwil yang aneh-aneh. Bukan hanya mendahulukan pendapat daripada nash-nash Al Qur’an dan Sunnah, namun juga membuat takwil yang tidak logis dan tidak masuk akal.

Ciri mereka ini mirip sekali dengan ciri Islam ekstrim kanan (kaum khawarij) yang meninggalkan akalnya untuk berfikir (berfikir sempit/dangkal) sehingga menginterpretasikan dalil secara tidak ilmiah. Mereka kebalikan dari kaum mu’tazilah yang membebaskan akalnya secara liar dan memahami Islam secara liberal.
  • Nejd dicela karena penduduknya
Orang-orang Arab Badui itu, lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS At Taubah 97).

Penduduk Nejd (Arab Saudi) mayoritas adalah suku Arab Badui (Arab Badwi/Bedouins). Suku bangsa ini berbeda dengan bangsa Arab umumnya yang berada di Hijaz (baratnya Nejd) maupun di Syam ataupun di Irak (utaranya Nejd). Meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi percampuran ataupun perpindahan beberapa Arab badui ke beberapa tempat seperti Irak. Namun, asal mereka tetaplah dari Nejd (Arab Saudi). Arab Badui ini secara jelas dan berulang kali dicela oleh Allah dalam Al Qur’an serta Rasulullah dalam berbagai hadits. Penduduk Irak dan Syam tidak pernah dicela oleh Allah dalam Al Qur’an. Dalil-dalil dan penjelasan dalam masalah ini bisa dilihat di sini: Arab Badui, Nejd & Kemunafikan. Satu hal yang menjadi catatan; “Mereka ini lebih wajar tidak mengetahui (mengerti) hukum-hukum Islam”.
  • Rasulullah membedakan Nejd dengan Irak
Tidak ada riwayat yang mengatakan bahwa Nejd adalah Iraq. Orang yang mengatakan bahwa “Nejd adalah Irak” berarti tidak faham dalam masalah ini. Rasulullah sendiri tahu dan membedakan Irak dengan Nejed sebagaimana beliau membedakan antara Madinah, Syam, Mesir & Yaman. Bahkan dalam hadits di bawah ini, beliau menyebutkannya secara sistematis searah jarum jam jika dilihat dari letak wilayahnya. Madinah sebagai pusatnya, Syam & Mesir arah jam 10 – 12 (barat-utara), Iraq arah jam 1 (utara-timur/timur laut), Nejd arah jam 3 (timur) dan Yaman arah jam 6 (selatan).

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Ammar Al Maushulli yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Haasyim Muhammad bin ‘Ali dari Al Mu’afiy dari Aflah bin Humaid dari Qasim dari Aisyah yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menetapkan miqat bagi penduduk Madinah di Dzul Hulaifah, bagi penduduk Syam dan Mesir di Juhfah, bagi penduduk Iraq di Dzatu ‘Irq, bagi penduduk Najd di Qarn dan bagi penduduk Yaman di Yalamlam [Shahih Sunan Nasa’i no 2656].

Andaikata betul nejd adalah Iraq, maka pertanyaannya adalah buat apa Rasulullah membedakan penduduk Irak dengan penduduk Nejd? Lalu apa nama daerah pedalaman di sebelah timurnya Madinah? Mengapa Irak yang berada di dataran rendah diberi nama Najd (tanah yang tinggi)? Mengapa timurnya Madinah adalah Iraq, apakah Rasulullah bingung arah? Atau jika Nejd berada di Iraq, di manakah tepatnya wilayah tersebut berada? Adakah sebuah wilayah bernama “Nejd” di Irak? Fitnah apa saja yang muncul dari wilayah tersebut? Argumentasi mereka yang mengatakan bahwa Nejd adalah Iraq dan mereka ngotot mempertahankannya, bukan hanya tidak ditopang dengan dalil-dalil yang shohih & relevan tetapi juga tidak menggunakan akal sehat alias hanya memperturutkan hawa nafsu, semangat debat kusir serta kejahatan menyembunyikan kebenaran.
  • Sisi Sejarah & Realitas
Khawarij pertama bermula dari Dzul Khuwaisirah, seorang lelaki dari Bani Tamim. Bani Tamim sendiri merupakan salah satu suku Arab Badui yang tinggal di nejd. Dia berpendapat bahwa Rasulullah tidak adil sewaktu membagi ghanimah (harta rampasan perang). Fitnah lainnya adalah nabi palsu Musailamah Al Kadzab berikut pengikutnya dari suku Arab Badui, dari wilayah Nejd. Orang-orang yang keluar dari barisan dalam perang shiffin (perang saudara sesama muslim) juga khawarij dari Arab Badui. Mereka ini berasal (bersumber) dari Nejd namun berulah (membuat fitnah) di Irak. Bahkan Ibnu Taimiyah yang dianggap salafy sebagai syaikh terbesar mereka, sependapat dalam hal ini.

Dalam kitab Naqdu al Taqdis, Ibnu  Taimiyah berkata: Telah Mutawatir khobar dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bahwa fitnah dan pangkal kekufuran berasal dari timur  –timur Madinah-  seperti Najd dan semua daerah sebelah timurnya (Madinah) Kemudian beliau memberikan contoh yang terjadi di Najd. Tidak diragukan lagi bahwa di sana muncul kemurtadan dan hal-hal lain yang termasuk kekufuran, di antaranya Musailamah al Kadzab dan para pengikutnya, Thalihah al Asadiy dan para pengikutnya, Sujah dan para pengikutnya hingga mereka diperangi oleh abu Bakar as Shiddiq dan orang-orang mukmin yang bersama beliau. Ada yang terbunuh dan ada yang kembali sebagai mukmin maupun Munafiq.

Begitupun peringatan dari ulama-ulama Sunni seperti Shaykh Habib M. Ya’qoubi, Syaikh Habib Ali Zain al–Abideen Al-Jifri, Syaikh Muhammad Tahir-ul-Qadri, dan ulama sunni lain termasuk dari Indonesia. Para teroris yang akhir-akhir ini mencoreng citra kaum muslimin dan mengacau keamanan dunia juga kebanyakan dari mereka atau yang mengikuti mereka. Pihak intelijen dan pihak kepolisian pun sudah tahu siapa yang harus dicari dan dicurigai setiap kali ada aksi terorisme. Hendropriyono selaku mantan ketua Badan Intelijen Negara (BIN) pernah menyebut habitat teroris seperti Nurdin M. Top adalah wahhabi aliran garis keras. Kelompok ini tidak mau berpartai karena dianggapnya kafir serta suka mengkafirkan sesama muslim. Para analis dan sejarawan internasional seperti David Livingstone dengan bukunya Terrorisme – Illuminati dan yang lain juga sependapat dalam hal ini. Febe Armanios, seorang analis terorisme dan Timur Tengah melaporkan dalam CRS Report for Congress untuk kebijakan Amerika Serikat bahwa dalang terorisme juga mengarah kepada Wahhabi dan Salafy. 

Hal ini cukup aneh karena dari sisi kognitif tidak mengarah ke sana. Tapi dari sisi emosi, akhlaq dan budaya seperti doktrin egoisme & kesombongan “hanya kami yang benar & selamat sendiri”; menolak kebenaran dari luar kalangan; doktrin intoleran “kebencian & permusuhan terhadap outsiders”; memahami Islam secara sempit; budaya taklid alias mengekor & tidak kritis terhadap pemimpinnya; budaya keras & kasar; ajaran yang menyalahi fithrah alias membatasi (menghambat) aktualisasi diri & akhirnya terbentur realitas; serta emosi-emosi negative & akhlaq buruk lainnya adalah alasan-alasan psikologis yang lebih dari cukup untuk mengarahkan mereka pada perilaku yang bermasalah. Memang benar tidak semuanya seperti itu. Namun kebenaran yang tidak boleh ditolak adalah bahwa para teroris islam ekstrim dewasa ini hampir semuanya adalah hasil didikan wahhabi – salafy.
  • Argumentasi “Nejd adalah Irak” sangat lemah
Pendapat “Nejd adalah Irak” muncul karena mereka menafsirkan hadits terkait Nejd dengan hadits-hadits berikut:
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin ‘Umar bin Abaan, Waashil bin ‘Abdul A’laa, dan Ahmad bin ‘Umar Al Wakii’iy [dan lafaznya adalah lafaz Ibnu Abaan] ketiganya berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudlail, dari ayahnya yang berkata Aku mendengar Saalim bin ‘Abdillah bin ‘Umar berkata “Wahai penduduk ‘Iraaq, aku tidak bertanya tentang masalah kecil dan aku tidak mendorong kalian untuk masalah besar. Aku pernah mendengar ayahku, Abdullah bin ‘Umar berkata Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa salam bersabda ‘Sesungguhnya fitnah itu datang dari sini ia menunjukkan tangannya ke arah timur dari arah munculya dua tanduk setan’. Kalian saling menebas leher satu sama lain. Musaa hanya membunuh orang yang ia bunuh yang berasal dari keluarga Fir’aun itu karena tidak sengaja. Lalu Allah ‘azza wa jalla berfirman padanya ‘Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan.” [Thaahaa: 40]”. Berkata Ahmad bin Umar dalam riwayatnya dari Salim tanpa mengatakan “aku mendengar” [Shahih Muslim 4/2228 no 2905].
 
Perlu dicermati bahwa yang memperingatkan penduduk Iraq dalam hadits di atas adalah Saalim bin ‘Abdillah bin ‘Umar, bukan Rasulullah. Dalam matan hadits di atas juga tidak ada yang secara eksplisit mengatakan bahwa “Nejd adalah Irak” atau “Fitnah akan muncul dari Irak.” Hadits tersebut shohih dan Rasulullah memperingatkan bahaya fitnah dari arah timur dan beliau (Rasulullah) tidak memperingatkan penduduk Irak secara khusus melalui hadits di atas. Jika Salim memperingatkan penduduk Iraq dengan hadits tersebut, rasanya cukup wajar karena fitnah dan peperangan pada zaman Ali bin Abi Thalib banyak terjadi di Irak. Namun, bukan berarti sumbernya berasal dari Irak. Sebab Salim sendiri tidak pernah mengatakan dalam hadits tersebut, “Wahai penduduk Iraq, kalian adalah sumber fitnah yang dimaksudkan Rasulullah.” Hadits shohih tersebut tidak relevan dan tidak kuat untuk mendukung pendapat “Nejd adalah Iraq”. Hadits shohih tersebut justru relevan untuk mendukung pendapat, “fitnah datang dari arah timur (Najd).”
Hadits lain yang sering digunakan salafy sebagai argumentasinya adalah hadits berikut:
Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ali Al-Ma’mariy yang berkata telah menceritakan kepada kami Ismaail bin Mas’ud yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah bin ‘Aun dari ayahnya, dari Naafi’ dari Ibnu ‘Umar bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Ya Allah, berikanlah keberkatan kepada kami pada Syaam kami dan pada Yamaan kami”. Beliau [shallallaahu ‘alaihi wasallam] mengatakannya beberapa kali. Ketika beliau mengatakan yang ketiga kali atau yang keempat, para shahabat berkata “Wahai Rasulullah, dan juga Iraq kami?”. Beliau bersabda  “Sesungguhnya di sana terdapat kegoncangan dan fitnah, dan disanalah akan muncul tanduk setan” [Mu’jam Al Kabiir Ath Thabrani 12/384 no 13422].

Hadis ini lemah karena Ubaidillah telah menyelisihi dua orang perawi tsiqat (terpercaya) yaitu Azhar bin Sa’d dan Husain bin Hasan dimana keduanya menyebutkan lafaz Najd bukan lafaz Iraq. Hadits serupa dengan lafaz Najd lebih shohih dan diriwayatkan oleh Imam Bukhori dengan sanad Husain bin Hasan. Seandainya hadits tersebut memang benar dan shohih maka logika “nejed adalah irak” tetap ngawur sebab seandainya hadits itu benar berarti tempat munculnya fitnah adalah berada di Nejd dan Irak. Hadits tersebut juga tidak bisa digunakan untuk menghapus hadits shohih dengan lafaz nejd ataupun hadits lain sebagai penjelas misal hadits arah timur, arah matahari terbit, hadits khawarij, maupun hadits-hadits terkait Arab Badui lainnya. Jika dipaksakan bahwa hadits dengan lafaz Irak adalah shohih maka interpretasinya adalah fitnah dari Najd dan Irak. Tidak logis jika diinterpretasikan bahwa Nejd adalah Irak. Interpretasinya adalah Nejd sebagai sumbernya dan Irak terkena imbasnya.

Di dalam sejarah, para khowarij berasal dari Arab Badui yang tinggal di Nejd namun berulah di Irak sehingga diperangi oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib di Irak pula. Kekacauan yang ada di Irak saat ini kabarnya juga ditunggangi oleh Arab Saudi dan para khowarij yang sengaja menginginkan agar kondisi Irak tidak pernah stabil. Sebab pemilu terakhir menunjukkan Presiden Irak terpilih berasal dari Sunni sedangkan Perdana Menterinya dari Syiah. Hal ini merupakan representasi dari penduduk Irak yang memang hampir seimbang antara Sunni & Syiah. Namun hal ini tentu tidak disukai oleh wahhabi-salafy yang sangat memusuhi Syiah.

Hadits lain yang dijadikan argumentasi adalah hadits yang di dalam sanadnya ada nama Ziyaad bin Bayaan. Ziyaad bin Bayaan dikatakan oleh Adz Dzahabi “tidak shahih hadisnya”. Ia telah dimasukkan Adz Dzahabi dalam kitabnya Mughni Ad Dhu’afa no 2222. Al Uqaili juga memasukkannya ke dalam Adh Dhu’afa Al Kabir 2/75-76 no 522. Bukhari berkata “dalam sanad hadisnya perlu diteliti kembali” [Al Mizan juz 2 no 2927] Ibnu Hibban tidak hanya menta’dil Ziyaad bin Bayaan, Ibnu Hibban juga memasukkan nama Ziyaad bin Bayaan dalam kitabnya Adh Dhu’afa yang memuat nama perawi dhaif menurutnya. Ibnu Hibban berkata “Ziyaad bin Bayaan mendengar dari Ali bin Nufail, dalam sanad hadisnya perlu diteliti kembali (fii isnad nazhar)” [Al Majruhin no 365]. Ziyaad bin Bayaan juga terbukti meriwayatkan hadis mungkar dan kemungkarannya terletak pada sanad hadis tersebut. Hadis yang dimaksud adalah hadis Al Mahdi dimana Ziyad bin Bayaan membawakan dengan sanad dari Ali bin Nufail dari Ibnu Musayyab dari Ummu Salamah secara marfu’. Hadis ini yang diingkari oleh Bukhari dan pengingkaran tersebut terletak pada sanadnya. Ibnu Ady dalam Al Kamil dengan jelas mengatakan kalau Bukhari mengingkari hadis Ziyad bin Bayaan ini.

Hadits-hadits lain yang dijadikan argumentasi adalah tidak shohih dari sisi matan maupun sanad, sebagiannya dhaif dan sebagiannya lagi mengandung illat (cacat). Seandainya hadits yang dijadikan pijakan memang shohih, maka ada dua tempat dimana munculnya fitnah yang dimaksud oleh hadis tersebut yaitu “Najd dan Irak. Sedangkan logika salafy kalau “Najd adalah Irak sudah jelas-jelas salah dan berbahaya. Sebab konsekuensi dari kalimat itu adalah menafikan Nejd (Arab Saudi) dari tempat fitnah yang kaum muslimin diperingatkan oleh Rasulullah. Seandainya mereka mengingkari bahwa Nejd (Arab Saudi) bukan sumber fitnah, maka ini lebih ngawur lagi.

Lagi pula jika mereka berargumentasi: “Lafadz Nejd yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah Iraq karena hadits saling menjelaskan”, bisa dengan mudah dipatahkan. Dengan logika yang sama, bahkan lebih kuat bisa saja ada orang yang berkata, “Lafadz Iraq yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah Nejd karena hadits saling menjelaskan dan sanad hadits dengan lafadz Nejd lebih kuat”.

Terserah mereka mau membebaskan kutukan nama tempatnya dengan beragam argument, tetapi mereka sekali-kali tidak dapat melepaskan kutukan terhadap penduduknya yakni Arab Badui yang ditegaskan oleh Allah sendiri dalam Al Qur’an lebih cenderung kafir & munafik serta tidak mengerti tentang ilmu agama melainkan sedikit.

Kaum muslimin yang berhati-hati tentu akan lebih memilih menjauhi segala fitnah, baik dari Nejd (Arab Saudi) maupun dari Irak. Kemudian, kaum muslimin yang faham dalam masalah ini cukup mewaspadai fitnah dari Najd (Arab Saudi) saja. Termasuk mewaspadai fitnah wahhabi – salafy yang berasal dari Nejd dan orang-orang Arab Badui. Sedangkan mereka yang bebal tetap saja mempercayai kata-kata orang Arab Badui dari Nejd dan justru tidak percaya pada pendapat lain yang menyelisihi mereka. Mereka ini tidak mengerti karena hatinya sudah terkunci !!!

Mereka ini seperti orang Kristen yang ditunjukkan bukti nyata mengenai kata-kata tidak senonoh dalam kitab suci mereka namun mereka tetap berkilah bahwa Tuhan menceritakan apa saja di Al Kitab seperti berita di televisi agar menjadi pelajaran bagi manusia. Ya, terserah mereka. Bagiku agamaku dan bagimu agamamu. Tugas kaum muslimin hanyalah menyampaikan. Begitu pula terhadap salafy.

Jika salafy menanggapinya dengan melakukan bantahan berbumbu cacian, sebaiknya hal tersebut ditujukan kepada orang-orang kafir terlebih dahulu sebelum ditujukan kepada kaum muslimin. Sebab orang-orang kafir juga telah menulis tentang wahhabi – salafy dengan negative. Mereka menulis sejarah wahhabi dan Arab Saudi dengan deskripsi yang negative pula. Hal ini bisa didapati di Wikipedia, ensiklopedia, sejarah umum, jurnal-jurnal, tulisan-tulisan mereka di website maupun di buku-buku. Mereka bahkan memisahkan istilah wahhabi dengan Islam, yakni Wahhabisme bukan ajaran Islam namun gerakan Islam radikal. Termasuk berkaitan dengan terorisme, radikalisasi Islam, militansi dan semacamnya. Bahkan, situs Terrorisme – Illuminati mengklaim bahwa wahhabi – salafy sebagai agen-agen Freemason – Illuminati kaki tangan Zionis Internasional.

Saya pribadi tidak membenarkan tetapi juga tidak menafikan apa yang ditulis oleh orang-orang kafir tersebut kecuali beberapa yang sudah ada bukti-buktinya. Sebaiknya salafy segera memprotes orang-orang kafir itu sebelum menghujat kaum muslimin yang menyampaikan kebenaran berdasarkan bukti-bukti kuat dan dalil-dalil yang akurat. Bukan sebaliknya, asyik menghujat kaum muslimin dan membiarkan orang-orang kafir begitu saja. Kaum muslimin sendiri tidak perlu risau jika orang-orang kafir menjelek-jelekkan faham salafy – wahhabi. Kami tidak punya urusan dan kami sebagai kaum muslimin baru akan bersikap keras jika kaum kufar menjelek-jelekkan Islam, Al Qur’an & ajaran-ajarannya termasuk jika mereka mencaci-maki Allah & Rasul-Nya, Ahlul Bayt, Salafus Sholih, Ulama’ & Imam Kaum Muslimin serta jama’ah kaum Muslimin. Jika mereka hanya menjelek-jelekkan firqah-firqah tersebut, maka kami tidak peduli & tidak cemburu. Itulah wujud wala’ & bara’ (loyal & disloyal) atas dasar Islam bukan atas dasar firqah.

Arab Badui, Nejd & Kemunafikan

Apakah orang-orang yang beriman, hari ini benar-benar peduli dengan dua musuh bebuyutannya: yakni Kaum Kafir dan Kaum Munafik ??? Mungkin kita terlalu banyak menyoroti bahaya dari kaum kafir seperti Zionis Yahudi beserta Orientalis Kristen. Namun, apakah kita benar-benar memperhatikan musuh yang sebenarnya dari dalam? Mereka ini adalah kaum munafik! Ya, kaum munafik. Sesungguhnya persatuan dan kemajuan kaum muslimin sejak zaman nabi telah dirongrong oleh kaum munafik ini. Pun begitu sampai hari ini. Sayangnya, banyak kaum muslimin masih bodoh dan terlena sehingga orang-orang munafik yang pandai berdusta, gemar berkhianat dan tidak menepati janji itu telah menipu kaum muslimin mentah-mentah.
Siapakah kaum munafik di zaman Nabi? Mereka adalah sebagian dari penduduk Madinah dan sebagian orang-orang Arab Badui (badwi, bedouins) yang tinggal di timurnya Madinah (Nejd, Najd, Nejed, Najad) di gurun – gurun pasir pedalaman Arab. Lalu siapakah kaum munafik di zaman ini? Mereka adalah penganut Islam KTP (tidak bersungguh-sungguh beragama Islam alias Islam ekstrim kiri) dan Islam yang pemahaman keagamaannya menggunakan Manhaj Arab Badui alias Islam ekstrim kanan.

Lalu, bagaimana Islam memandang ciri-ciri orang Arab Badui ini? Mari kita lihat dalam Al Qur’an . Dalil-dalil ini memberitakan gambaran mereka di masa lalu, sekarang & masa datang. Penyebutan secara eksplisit Arab Badui (al a’raab) di dalam al Quran mirip seperti penyebutan Yahudi & Nashrani. Padahal, Al Quran tidak menyebutkan kaum Yaman, Syam, Iraq, atau Persia secara eksplisit. Padahal, suku bangsa itu juga berada di sekitar Hijaz yang didiami suku Quraisy, kaumnya Rasulullah. Bahkan, suku Quraisy yang berada di Hijaz pun tidak dicela secara eksplisit, padahal mereka dulunya memerangi Rasulullah. Begitu pula dengan Romawi dan Mesir, tidak dicela. Namun, yang dicela Allah dengan tegas dan berulang kali ada tiga kaum : Yahudi, Nasrani, & Arab Badui. Seolah-olah, sifat-sifat buruk mereka itu abadi. Seolah-olah kita diperingatkan dengan tiga kaum tersebut sampai kiamat nanti. Mari kita lihat ciri-ciri arab badui:

Ciri 1: Cenderung Kafir dan Munafik
Meskipun di antara orang-orang Arab Badui ada yang beriman, namun Al Qur’an telah menegaskan bahwa mereka ini lebih cenderung kepada kekafiran dan kemunafikan. Kekafiran dan kemunafikan orang-orang Arab Badui adalah yang terburuk dan terdangkal jika dibandingkan dengan kaum yang lain. Mereka ini juga cenderung bodoh (tidak mengerti, bebal) dan tidak memahami hukum-hukum Islam. Dengan kata lain, mereka ini miskin hikmah dan akalnya tumpul (sempit/dangkal). Mereka juga kikir saat diminta mengeluarkan hartanya untuk berjihad, padahal sebetulnya mereka punya.

Orang-orang Arab Badui itu, lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS At Taubah 97).

Di antara orang-orang Arab Badui itu ada orang yang memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah), sebagai suatu kerugian, dan dia menanti-nanti marabahaya menimpamu, merekalah yang akan ditimpa marabahaya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS At Taubah 98).

Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar. (QS At Taubah 101)
Ayat di atas terkait Perang Tabuk. Kisah detail tentang mereka bisa dibaca di QS At Taubah.

Ciri 2: Enggan Berjihad & Bodoh (dangkal)
Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan: “Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami”; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah : “Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al Fath 11).

Orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan: “Biarkanlah kami, niscaya kami mengikuti kamu”; mereka hendak merobah janji Allah. Katakanlah: “Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami; demikian Allah telah menetapkan sebelumnya”; mereka akan mengatakan: “Sebenarnya kamu dengki kepada kami”. Bahkan mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali. (QS Al Fath 15).

Katakanlah kepada orang-orang Badui yang tertinggal: “Kamu akan diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar, kamu akan memerangi mereka atau mereka menyerah (masuk Islam). Maka jika kamu patuhi (ajakan itu) niscaya Allah akan memberikan kepadamu pahala yang baik dan jika kamu berpaling sebagaimana kamu telah berpaling sebelumnya, niscaya Dia akan mengazab kamu dengan azab yang pedih”. (QS Al Fath 16).

Ciri 3: Keimanannya Dipertanyakan
Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Hujuraat 14).

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS Al Hujurat 15).

Mereka juga berkoar-koar tentang agama mereka, padahal hati mereka ini hampir-hampir nol dari keimanan. Maka jangan heran jika mereka berkoar – koar dengan kata-kata manis tentang agama mereka, tentang keimanan mereka, akan tetapi kita dapati akhlaq dan perilaku mereka itu adalah jauh panggang daripada api.
Katakanlah: “Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu, padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu?” (QS Al Hujurat 16).

Ciri 4: Lebih Mencintai dirinya daripada diri Rasul (Egois)
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (QS At Taubah 119).

Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik, (QS At Taubah 120).

Ciri 5: Cenderung Khawarij
Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb yang berkata telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Salim bin ‘Abdullah dari ayahnya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata dan Beliau menghadap kearah timur “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, dari arah munculnya tanduk setan [Shahih Muslim 4/2228 no 2905].

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah yang berkata telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Ikrimah bin ‘Ammar dari Salim dari Ibnu Umar yang berkata “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari pintu rumah Aisyah dan berkata “sumber kekafiran datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan yaitu timur [Shahih Muslim 4/2228 no 2905].

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Mushir dari Asy Syaibani dari Yusair bin ‘Amru yang berkata “aku bertanya kepada Sahl bin Hunaif “apakah engkau mendengar Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] menyebutkan tentang Khawarij? Sahl berkata aku mendengarnya, dan ia menyisyaratkan tangannya ke arah timur [dan berkata] muncul kaum yang membaca Al Qur’an dengan lisan mereka tetapi tidak melewati tenggorokan mereka, mereka keluar dari agama seperti anak panah yang lepas dari busurnya [Shahih Muslim 2/750 no 1068].

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah muncul tanduk setan [Shahih Bukhari 2/33 no 1037].

Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman yang berkata telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhri yang berkata telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin ‘Abdurrahman bahwa Abu Sa’id Al Khudri radiallahu ‘anhu berkata kami bersama Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan Beliau sedang membagi harta rampasan perang, tiba-tiba datanglah Dzul Khuwaisirah dan dia seorang laki-laki dari bani Tamim, ia berkata “wahai Rasulullah berbuat adillah!”. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “celaka engkau, siapa yang bisa berlaku adil jika aku dikatakan tidak berlaku adil, sungguh celaka dan rugi jika aku tidak berlaku adil”. Umar berkata “wahai Rasulullah izinkanlah aku memenggal lehernya”. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “biarkanlah ia, sesungguhnya ia memiliki para sahabat dimana salah seorang dari kalian menganggap kecil shalat kalian dibanding shalat mereka dan puasa kalian dibanding puasa mereka, mereka membaca Al Qur’an tetapi tidak melewati tenggorokan mereka, mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari busurnya. Dilihat mata panahnya maka tidak nampak apapun, dilihat pegangan panahnya maka tidak nampak apapun, dilihat batang panahnya maka tidak nampak apapun, dilihat bulu panahnya maka tidak nampak apapun sungguh ia mendahului kotoran dan darah. Ciri-ciri mereka adalah seorang laki-laki hitam yang salah satu lengannya seperti payudara perempuan atau seperti daging yang bergerak-gerak dan mereka keluar saat terjadi perselisihan di antara orang-orang. Abu Sa’id berkata “aku bersaksi bahwa aku mendengar hadis ini dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan aku bersaksi bahwa Ali bin Abi Thalib telah memerangi mereka dan ketika itu aku bersamanya, maka ia [Ali] memerintahkan untuk mencari laki-laki itu, akhirnya orang itu ditangkap dan dibawa kehadapannya maka aku bisa melihat ciri-ciri yang disebutkan oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] [Shahih Bukhari 4/200 no 3610].

Ciri 6: Bersuara Keras & Berhati Kasar
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Harun yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Fuuraan yang berkata telah menceritakan kepada kami Aswad bin ‘Aamir yang berkata telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Yahya bin Sa’id dari Salim dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap ke arah matahari terbit seraya berkata “dari sini muncul tanduk setan, dari sini muncul fitnah dan kegoncangan dan orang-orang yang bersuara keras dan berhati kasar [Mu’jam Al Awsath Thabrani 8/74 no 8003 – HR Thabrani ini sanadnya Shohih].

Telah menceritakan kepada kami Musaddad yang berkata telah menceritakan kepada kami Yahya dari Isma’il yang berkata telah menceritakan kepadaku Qais bin Uqbah bin Amru Abi Mas’ud yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan tangannya kearah Yaman dan berkata “Iman di Yaman disini dan kekerasan hati adalah milik orang-orang Faddadin [arab badui yang bersuara keras] di belakang unta-unta mereka dari arah munculnya tanduk setan [dari] Rabi’ah dan Mudhar [Shahih Bukhari no 3126].

Ciri 7: Sombong & Angkuh
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya yang berkata qara’tu ala Malik dari Abi Zanad dari Al A’raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “sumber kekafiran datang dari timur, kesombongan dan keangkuhan adalah milik orang-orang penggembala kuda dan unta Al Faddaadin Ahlul Wabar [arab badui] dan kelembutan ada pada penggembala kambing [Shahih Muslim 1/71 no 52].

Ulasan Kaum Munafik dalam Al Qur’an
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri. Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS Al Munafiqun 1-6).

Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” Mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.” Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. (QS Al Baqarah 8 – 20).

Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir-penj). Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. (QS At Taubah 67).

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana”. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. (QS Al Maidah 51 – 52).

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab: “Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kami pun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu.” Dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta. (QS Al Hasyr 11).

Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang- halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara- saudaranya: “Marilah kepada kami”. Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar. Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik- balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi; dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badui, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu. Dan sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja. (QS Al Ahzab 18 – 20).

Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). (QS At Taubah 107).

(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: “Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya”. (Allah berfirman): “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS Al Anfaal 49).

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (QS An Nisaa 142).

Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. (QS An Nisaa 61).

Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah. (QS At Taubah 58).

(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam”. (QS Al Hasyr 16).

Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) vang berkata “Kami mendengarkan, padahal mereka tidak mendengarkan. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun. (QS Al Anfaal 21 – 22).

Kesimpulan:
  • Arah munculnya tanduk setan = arah matahari terbit = arah timur = arah Nejd (tanah yang tinggi, negerinya orang-orang Arab Badui)
  • Dari sana muncul kegoncangan, fitnah, dan sumber kekafiran
  • Fitnah berasal dari Kaum Munafiqin Arab Badui, dengan ciri-ciri munafik, bekerja sama dengan ahli kitab padahal sejatinya mereka saling menipu, sombong, angkuh, bersuara keras, berhati kasar, kikir dan enggan berjihad bersama kaum mu’min, bodoh (bebal, dangkal, miskin hikmah), membaca Al Quran tidak sampai ke hati, ibadah kaum muslimin tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka, dan mereka keluar dari agama.


  • Dalam sejarah Islam yang saya pelajari, dari wilayah ini telah muncul nabi palsu bernama Musailamah al Kadzdzab (si pendusta) beserta orang-orang Arab Badui pengikutnya yang langsung diperangi oleh kaum muslimin.
  • Dalam perang Shiffin, antara kubu Ali bin Abi Thalib dengan kubu Muawiyah (keduanya Muslim) terdapat seorang komandan pasukan dari Ali bernama Hurkus. Dia dari Bani Tamim dari Arab Badui. Sebagaimana karakter orang badui di atas, dia kaku, keras dan berpikiran sempit. “Laa hukma illallah (tiada hukum selain Allah),” serunya. Pelanggar hukum Allah boleh dibunuh, demikian pendapatnya. Disebabkan karena kekisruhan perang sesama muslim itu, orang-orang yang mengikuti Hurkus keluar dari barisan dan merencanakan pembunuhan terhadap Muawiyah dan Ali. Muawiyah berhasil selamat namun Khalifah Ali dibunuh oleh kaum khawarij yang bodoh tapi sok tahu dan sok lurus itu.
  • Sejarah Wahhabisme dan berdirinya Kerajaan Saudi Arabia. Wahhabisme berasal dari Nejd. Kerajaan ini mengalami pasang surut sebanyak tiga kali. Arab Saudi sendiri merupakan gabungan kerajaan Nejd dengan Hijaz yang ditaklukkan dengan pasukan Arab Badui-Wahhabi yang bernama Ikhwan (bukan Ikhwanul Muslimin yang di Mesir). Ibukota Arab Saudi pun masih berada di Riyadh, di wilayah Nejd. Mereka dulu berperang dengan Kekhalifahan Islam Turki Usmani. Mereka memusuhi ulama sebelumnya yang mereka anggap sebagai ulama suu’ (jahat) dan membantai mereka dengan alasan ahlul bid’ah, kafir dsb. Inggris berada di belakang mereka dalam upaya memecah belah umat dan wilayah Kekhalifahan Islam.
  • Ulasan di atas setidaknya bisa menjawab beberapa fatwa aneh wahhabi ekstrim berikut:
    • Fatwa jihad untuk Afghanistan 1984 ketika wilayah itu diinvasi Uni Soviet (analisa: saat itu terjadi perang dingin antara AS dengan Uni Soviet dan perebutan pengaruh politik; Zionis AS punya kepentingan ‘mengamankan’ wilayah strategis tersebut sehingga AS membantu Thaliban)
    • Fatwa jihad untuk Ambon 1999 ketika terjadi konflik horizontal di Indonesia (analisa: sekedar catatan, wilayah tersebut sebelumnya aman dan dijadikan percontohan kerukunan umat beragama Islam-Kristen; tahun 1998 terjadi reformasi dan 1999 adalah pemilu; setelah rezim Soeharto, politikus Islam nyaris berkuasa. Zionis AS punya kepentingan agar ‘Islam Politik’ tidak berkuasa di Indonesia. Boleh jadi AS sengaja menciptakan citra islamophobia)
    • Tidak mengeluarkan fatwa jihad ketika Afghanistan diinvasi Zionis AS 2001 (analisa: kaum muslimin punya kepentingan yang sama sebagaimana tahun 1984, tetapi mengapa kali ini tidak dibela? Apakah karena musuhnya Zionis AS? Bukankah yang diperangi adalah orang-orang mereka sendiri yang dulu jihad di tahun 1984, yakni Thaliban?)
    • Tidak mengeluarkan fatwa jihad ketika Iraq diinvasi Zionis AS 2003 (analisa: kepentingan kaum muslimin bertentangan dengan kepentingan zionis AS, maka apakah mereka bingung sehingga tidak mengeluarkan fatwa jihad???)
    • Tidak mengeluarkan fatwa jihad ketika Chechnya diinvasi Rusia (Analisa: ada kepentingan kaum muslimin tetapi tidak ada kepentingan Zionis, jadi apakah ini jadi sebab tidak perlu dikeluarkannya fatwa jihad???)
    • Tidak mengeluarkan fatwa jihad ketika Palestina dicaplok Zionis Israel, bahkan Syaikh M. Nasiruddin al-Albani, yang dianggap oleh mayoritas Wahhabi-Salafi ekstrim sebagai ulama terbesar mereka, telah mengeluarkan sebuah fatwa aneh bahwa semua kaum muslim di PalestinaLibanon Selatan, dan Dataran Tinggi Golan harus meninggalkan tanah/negeri mereka secara massal dan pergi ke tempat lain. Alasan dia (dan dia tetap memegangnya) bahwa setiap Negeri Muslim yang diduduki/dijajah oleh orang Non-Muslim maka menjadi Negeri Non-Muslim. Oleh karenanya setiap Muslim dilarang tinggal/menetap di situ. Selain itu, mereka juga dikabarkan mengharamkan kaum muslimin untuk membantu Hamas dan Hizbullah yang berjihad mengusir Zionis Israel. Ketika beberapa orang menanyakan kepadanya, dengan terheran-heran, bahwa tidak akan ada satu negara pun di dunia yang mau menampung orang-orang/bangsa Palestina, bahkan Saudi Arabia pun, dia mengatakan: “Mereka mungkin bisa mencoba pergi ke Sudan, di sana mereka mungkin akan ditampung.” Seandainya fatwa tersebut dikeluarkan saat Indonesia belum merdeka, niscaya yang mentaatinya hanyalah kaum munafiqin dan pengecut. Lihatlah kaum muslimin Indonesia! Dari dulu sampai merdeka, (insya Allah sampai kapan pun) kita tetap berani dan gigih berjihad mengusir penjajah dan pantang ‘berhijrah’ ke negeri yang lebih aman. ‘Hijrah’ dalam kondisi seperti itu hanya dilakukan oleh kaum pengecut dan kaum munafikin yang enggan untuk berjihad atau kalaupun mau berjihad hanyalah sebentar. Hadits riwayat Mujasyi` bin Mas`ud As-Sulami ra., ia berkata: Aku datang menghadap Nabi saw. untuk membaiat beliau untuk berhijrah. Beliau bersabda: Sesungguhnya hijrah telah berlalu bagi orang-orang yang telah melaksanakannya, tetapi masih ada hijrah untuk tetap setia pada Islam, jihad serta kebajikan. (Shahih Muslim No.3465) Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda pada hari penaklukan, yaitu penaklukan kota Mekah: Tidak ada lagi hijrah, yang ada ialah jihad dan niat. Maka bila kamu sekalian diperintahkan berperang, peranglah! (Shahih Muslim No.3467)

Bagaimana sikap kita terhadap mereka?
Ternyata Islam bukan hanya mengabarkan bahwa orang-orang Arab Badui itu cenderung munafik dan kafir melainkan juga khawarij, anjing-anjing neraka, seburuk-buruk umat yang mengaku Islam. Mereka itulah biang kerok perusak citra Islam dengan aksi-aksi terorisme dan aksi-aksi memecah belah umat! Mereka itulah Islam radikal yang ekstrim kanan. Hati mereka telah terkunci, termasuk dalam memahami tulisan ini. Mereka dangkal dalam memahami Al Qur’an, Sunnah, Bukti, Fakta, Realitas dan Sejarah. Itu disebabkan karena Allah telah mengunci mati hati mereka. Ingatlah, Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. Allah akan membalas olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.

Kita akan kesulitan mengenali kesesatan mereka yang keluar dari agama ini. Dilihat dari apapun, kesesatannya sulit dikenali sebagaimana perumpamaan yang Rasulullah sabdakan “Dilihat mata panahnya maka tidak nampak apapun, dilihat pegangan panahnya maka tidak nampak apapun, dilihat batang panahnya maka tidak nampak apapun, dilihat bulu panahnya maka tidak nampak apapun.”
Kita tidak perlu mengolok-olok mereka dengan label munafik, fasik, sesat, ahlul bid’ah apalagi kafir. Meskipun kita dapati bahwa mereka memang benar-benar seperti itu. Cukuplah itu menambah keimanan kita bahwa Allah tidak berdusta dengan Al Qur’an dan Rasulullah tidak main-main dengan peringatannya. Sebab, jika kita memberikan label seperti itu, takutnya nanti jika kita salah orang maka tuduhan itu akan berbalik ke kita. Apalagi jika kita sudah mengatakan kafir. Maka, mengkafirkan orang sembarangan adalah jalan tol tercepat menuju kekafiran.

“Katakanlah (hai Muhammad) : Biarlah setiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing, karena Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih lurus (jalan yang ditempuhnya).” (Al-Isra’ : 84).

“….janganlah kamu merasa sudah bersih, Dia (Allah) lebih mengetahui siapa yang bertaqwa.” (An-Najm : 32)
“Barangsiapa yang berkata pada saudaranya ‘hai kafir’ kata-kata itu akan kembali pada salah satu diantara keduanya. Jika tidak (artinya yang dituduh tidak demikian) maka kata itu kembali pada yang mengucapkan (yang menuduh)”. (HR Bukhori & Muslim).

Saya sendiri sebetulnya ingin bersikap lemah lembut terhadap mereka. Supaya hati-hati mereka tertarik dan kembali ke dalam jama’ah kaum muslimin. Namun, Allah lebih tahu mana yang terbaik dan benar untuk kita lakukan dan kita pun harus taat. Katakanlah: “Kami dengar dan kami taat”.

Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (QS At Taubah 73).

Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali. (QS At Tahrim 9).

Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri ? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah? Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya. (QS An Nisaa’ 88).

Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar, dalam keadaan terlaknat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya. Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah. (QS Al Ahzab 60 – 62).

Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah. Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang- orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pelindung. (QS Al Ahzab 48).

“Hai orang-orang khawarij, kaum munafiqin, dan orang-orang yang pandai bicara tapi bodoh akhlaqnya, saksikanlah bahwa aku ‘menghunuskan pedang’ ke arah kepalamu! Tidak akan aku tebas lehermu sampai imam kaum muslimin memerintahkan untuk berjihad menghancurkanmu! Tidak pula aku sarungkan pedangku sampai engkau bertaubat dan kembali ke dalam jama’ah kaum muslimin! Sesungguhnya jama’ah kaum muslimin ini bisa dikenali dari sikap mereka yang lemah lembut terhadap sesama mu’min dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir. Kaum muslimin adalah umat yang adil dan pertengahan. Tidaklah ada kaum yang mampu mengalahkan ibadah kaum muslimin kecuali orang-orang khawarij !!! (maksudnya sebagian kaum muslimin meremehkan ibadahnya dibandingkan ibadah kaum khawarij) Sesungguhnya hari ini kami bersikap keras dengan lidah kami terhadap orang-orang munafik. Maka bertaubatlah sebelum Allah mengizinkan kami untuk bersama-sama memerangi kalian dengan pedang (senjata) kami !!! Bertaubatlah, lakukan perbaikan, bersatulah, dan ikhlaslah dalam beragama !!!”

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar. (QS An Nisa 145 – 146).

Maka cukuplah kita bersikap keras dengan lidah kita, tetapi dengan penuh kehati-hatian menjaga lidah serta tidak perlu menghiraukan gangguan mereka. Cukuplah kita bertawakal kepada Allah dan Allah adalah sebaik-baik penolong.

n.b. Tulisan di atas boleh jadi benar, boleh jadi salah. Sebab penulis hanya manusia biasa yang tidak lepas dari salah dan lupa. Saya berusaha seadil-adilnya agar tidak jatuh pada generalisasi yang salah. Kebetulan background saya psikologi jadi observasidan analisa saya lebih cenderung menekankan aspek perilaku dan akhlaq. Tentu dengan mendahulukan Al Qur’an dan As sunnah yang ternyata lebih kuat dan sejalan dalam hal ini. Terakhir, ambillah pendapatku jika sesuai dengan Al Quran dan Sunnah. Tinggalkan jika menyalahi keduanya. Semoga Allah senantiasa memberikan kita petunjuk dan rahmat-Nya. Semoga Allah menjauhkan kita dari kemunafikan. Sebab tidaklah merasa aman dari sifat ini kecuali orang-orang munafik. Semoga Allah menyatukan hati kita dalam tali ukhuwah islamiyah. Semoga Allah membersihkan barisan kaum mu’min dari kaum munafiqin.
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: