Amerika Serikat (AS) tetap menjadi "musuh nomor satu" Iran meskipun perjanjian program nuklir sudah disepakati Juli lalu. Demikian disampaikan majelis ulama Iran, Selasa (1/9/2015).
Majelis Ulama Iran adalah institusi paling berpengaruh di Iran, yang terdiri dari 86 pemuka agama terpilih. Majelis ini dipimpin tokoh konservatif Ayatollah Mohammad Yazdi.
"Perjanjian nuklir seharusnya tidak mengubah kebijakan luar negeri kami sebagai oposisi kepada AS, musuh nomor satu kami, yang kejahatannya sudah tidak bisa lagi dihitung," tutur Yazdi dalam dialog pembuka pertemuan majelis.
"AS dan Israel adalah sumber utama situasi di kawasan dan tujuan mereka adalah melindungi rezim Zionis di Timur Tengah," sambung dia, seperti dilansir AFP.
Presiden Iran Hassan Rouhani, yang juga ulama dan anggota Majelis Ulama Iran, berkuasa pada 2013. Sejak saat itu, ia berusaha menjalin hubungan yang lebih baik dengan negara Barat.
Kesepakatan program nuklir dicapai Iran dan enam kekuatan dunia, Inggris, Tiongkok, Prancis, Rusia, AS dan Jerman, pada 14 Juli di Swiss. Lewat kesepakatan ini, Iran harus bersedia diawasi ketat dan mengurangi kapasitas produksi nuklir. Sebagai gantinya, sejumlah sanksi ekonomi terhadap Iran diringankan atau dicabut.
(Metro-News/Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email