Pesan Rahbar

Home » » Bedanya orang Syiah dengan orang Suni (Bagian 1)

Bedanya orang Syiah dengan orang Suni (Bagian 1)

Written By Unknown on Sunday 29 November 2015 | 23:38:00


Apa sih yang menjadi perbedaan antara orang Syiah dan Suni? Bagi yang pernah dengar Syiah sesat, jangan asal mendengar lalu menerima begitu saja. Karena Syiah punya dalil dan alasan untuk setiap pemikirannya. Kalau ada waktu, anda dapat menelaah apa dalil-dalil itu.

Inti utama perbedaan, dan sebab utama adanya perbedaan, adalah bahwa Syiah sepeninggal nabi mengikuti Ali bin Abi Thalib dan imam-imam setelahnya, namun Ahlu Sunah mengikuti Abu Bakar, Umar, Utsman dan khalifah-khalifah setelahnya.

Karena perbedaan itulah, sumber pemikiran, keyakinan, dan informasi-informasi keIslaman Syiah berbeda. Sumber pemikiran Syiah berasal dari pemimpin-pemimpinnya sebagaimana yang disebutkan, sedang sumber pemikiran Suni berasal dari para khalifah sebagaimana yang telah disinggung. Oleh karenanya kita tidak perlu heran mengapa Syiah dan Suni berbeda, jelas karena pemimpin mereka berbeda.

Sekali lagi, setiap detil pemikiran Syiah ada dalil dan alasannya. Mohon jangan heran begitu saja mendengar pemikiran Syiah, silahkan “penasaran” dan cari tahu apa alasannya. Atau kalau tidak, jangan sekali-sekali berkomentar.

Perbedaan Syiah dan Suni dalam keyakinan

1. Syiah begitu menekankan “mengkaji” dalam berakidah dan berkeyakinan dalam agama. Kita tidak boleh menerima, misalnya, bahwa Tuhan itu Maha Esa, karena kita dengar dari teman atau saudara, namun kita harus mengkajinya hingga meyakininya berdasarkan logika.

2. Syiah menolak segala hal yang tidak logis berkeaan dengan keyakinan beragama. Oleh karena itu, Syiah sama sekali tidak menerima bahwa Tuhan dapat dilihat dengan mata, baik di dunia maupun di alam apapun. Yang dapat dilihat hanyalah tanda-tanda kebesaran-Nya.

3. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, segala perbedaan Syiah dan Suni berujung pada masalah kekhalifahan. Syiah tidak meyakini Abu Bakar, Umar, Utsman, Muawiyah, Yazid, dan seterusnya sebagai pemimpin mereka, karena bagi Syiah mereka bukanlah orang-orang yang sah sebagai pemimpin, melainkan mengaku sebagai pemimpin dengan berbagai upaya yang telah mereka lakukan. Syiah hanya meyakini Ahlul Bait sebagai pemimpin mereka. Silahkan anda cari tahu pembahasa tentang siapa Ahlul Bait bagi Syiah.

4. Syiah meyakini imam mereka saat ini adalah Imam Mahdi as yang dighaibkan. Seblum ia dighaibkan, umat Syiah telah diwasiati untuk merujuk kepada orang-orang alim dan fakih dalam segala perkara mereka, yang kini kebanyakan umat Syiah menjadikan Ayatullah Ali Khamenei sebagai wali faqih, yakni rujukan yang dapat dijadikan sandaran selama Imam Mahdi tidak ada.

5. [menyusul…]


Perbedaan Syiah dan Suni dalam fikih

Kebanyakan perbedaan antara Syiah dan Suni yang mencolok adalah perbedaan-perbedaan fikih. Di antaranya seperti:

1. Yang dilakukan orang Syiah dalam berwudhu (yang diwajibkan): Membasuh wajah, membasuh tangan kanan, membasuh tangan kiri, mengusap kepala dengan sisa basahan wudhu, begitu juga mengusap punggung kaki kanan dan kiri.

2. Dalam shalat, saat berdiri, Syiah meluruskan tangannya, tidak bersendekap. Dalam fikih madzhab ini, bersendekap dapat membatalkan shalat.

3. Dalam fikih Syiah disebutkan bahwa kita tidak boleh menyebut kata amin setelah usai membaca surah al-Fathihah, karena itu membatalkan shalat. Kata amin bukan bagian dari Al-Qur’an dan secara spesifik para ahli fikih menyatakan bahwa kata amin dapat membatalkan shalat.

4. Menurut Syiah, kita hanya sah untuk sujud di atas tanah, atau segala yang berasal dari tanah secara langsung seperti batu, kayu, daun-daunan, hingga kertas. Oleh karena itu Syiah sering membawa sepotong tanah yang mereka sebut turbah. Perlu diketahui turbah begitu dipilih untuk sujud karena turbah adalah sepotong tanah yang mengandung tanah Karbala, yang bagi orang-orang Syiah memiliki nilai lebih karena cucu nabi, yakni Imam Husain as, terbunuh di tanah itu karena perjuangannya (yang tentunya dianggap sebagai pemberontakan oleh sebagian Ahlu Sunah).

5. Syiah bertakbir tiga kali selesai salam. Hal itu dituduh sebagai ibadahnya orang Yahudi oleh orang-orang yang memusuhi Syiah.

6. Syiah membolehkan digabungnya dua shalat dhuhur dengan ashar, maghrib dengan isya. Yakni usai shalat dhuhur di waktunya, seorang Syiah dapat langsung melakukan shalat ashar. Begitu juga usai shalat maghrib, dapat dilakukan shalat Syiah secara langsung.

7. Menurut Syiah, waktu shalat dhuhur dan ashar terbentang dari waktu dhuhur hingga sesaat sebelum maghrib. Waktu shalat maghrib dan isya juga terbentang dari saat maghrib hingga pertengahan malam. Syiah sangat menekankan shalat di awal waktu, yakni shalat pada waktu utamanya, namun jika kita tidak sempat shalat di awal waktu, kita tetap bisa shalat, misalnya shalat dhuhur dan ashar di sore hari. Ini bukan berarti Syiah meremehkan shalat, namun pada dasarnya suatu kemudahan bagi umat untuk melaksanakan ibadah shalat.

8. Syiah memotong shalat-shalat empat rakaat mereka menjadi dua rakaat saat mereka bepergian (dalam keadaan musafir), begitu pula mereka membatalkan puasa mereka dalam perjalanan. Tentu itu semua ada syarat-syaratnya, tidak begitu saja.

9. Menurut Syiah hukum nikah mut’ah tetap sah sebagaimana di jaman nabi, sedangkan bagi Ahlu Sunah, hukum itu telah dihapus karena Khalifah Umar telah memutuskan agar hukum itu tak dijalankan kembali. Jelas karena Syiah tidak mengakui Umar, maka bagi Syiah keputusan Umar sama sekali tak berarti. Umar sendiri yang pernah berkata: “Ada dua hal yang halal di jaman nabi dan kini aku haramkan: nikah mut’ah dan haji tamattu’.

10. Syiah melaksanakan shalat Jum’at. Hanya saja bagi Syiah shalat Jum’at hukumnya adalah wajib takhyiri, yakni suatu kewajiban yang dapat dikerjakan atau tidak “di saat tidak ada imam maksum”. Oleh karena itu, di jaman keghaiban Imam Mahdi saat ini, karena imam maksum itu ghaib dan tak hadir, maka shalat Jum’at dapat dilakukan atau juga tak dilakukan. Lain halnya dengan Suni yang menyebut orang yang tak melakukan shalat Jum’at selama beberapa kali sebagai orang yang telah kafir (perlu direvisi).

11. Bagi Syiah shalat tarawih berjamaah di malam-malam bulan Ramadhan adalah bid’ah. Dalam sejarah yang telah dibuktikan oleh Syiah, Umar bin Khattab lah yang telah menciptakan bid’ah shalat tarawih berjama’ah tersebut. Karena Rasulullah saw sama sekali tidak pernah mengajarkan kita untuk shalat sunah secara berjama’ah. Shalat sunah hanyalah untuk shalat-shalat wajib saja.

12. Dalam Syiah, ada kata-kata “Aku bersaksi bahwa Ali adalah wali Allah” di adzan mereka. Syiah sendiri meyakini bahwa kata-kata itu “bukanlah bagian dari adzan”, namun merupakan Syiar. Syiah mengaku seperti itu sebagai usaha memperbaiki nama Ali bin Abi Thalib yang telah dilaknat puluhan tahun di jaman kekhalifahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Sebagai tambahan, justru menurut Syiah awal kali orang yang melaknat sahabat adalah Mu’awiyah bin Abi Sufyan, yang bagi orang Suni merupakan sahabat yang tak boleh kita pertanyakan kredibilitasnya.

13. [menyusul…]


Perbedaan Syiah dan Suni dalam akhlak

Adapun dalam hal akhlak, tidak ada perbedaan yang mendasar, dikarenakan tidak ada hal-hal yang bersifat wajib secara syar’i dalam akhlak sehingga menimbulkan perbedaan yang berarti.

*****

Kurang lebih demikian perbedaan-perbedaan Syiah dengan Ahlu Sunah. Untuk mengkafirkan Syiah, menyalahkan perbedaannya, atau apapun itu, ada satu syarat, diskusikan dengan orang Syiah mengapa mereka memiliki perbedaan-perbedaan di atas. Karena mereka pasti memiliki jawabannya.

(Tulisan ini masih belum final)

(Hauzah-Maya/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: