Pesan Rahbar

Home » » Benarkah Al Qur’an Sunni Masih Lengkap? Berikut Penjelasannya Jakfari

Benarkah Al Qur’an Sunni Masih Lengkap? Berikut Penjelasannya Jakfari

Written By Unknown on Monday 30 November 2015 | 16:09:00


Al Qur’an adalah kitab yang diyakini kesuciannya oleh umat Muslim. Dia dijadikan rujukan utama dalam mengenal ajaran agama Islam. Dalam keyakinan umat Muslim Al Qur’an telah dijaga Allah, sehingga setiap ayatnya, bahkan setiap hurufnya selalu dijaga dari perubahan, pengurangan dan penambahan. Dan demikian semestinya keyakinan kita.

Benarkan Al Qur’an itu demikian? Yakinkah Anda bahwa Al Qur’an Anda sekarang ini telah memuat seluruh ayat yang pernah diterima Nabi Muhammad saw.? Sebagai seorang Muslim Sunni pasti Anda akan menjawab: Ya!
Tetapi, apakah riwayat-riwayat kitab-kitab standar Ahlusunnah mendukung jawaban Anda? Atau justru menentang jawaban Anda?
Jawabnya akan kami serahkan kepada para ulama Ahlusunnah!

Perhatikan riwayat-riwayat di bawah ini!

Khalifah Umar ibn al Khaththab membeber fakta yang tersembunyi ini:
Umar bin al Khaththab, ia berkata, “Nabi Muhammad saw. bersabda:

القرْآنُ أَلْفُ أَلْفِ حَرْفٍ وَ سَبْعَةٌ و عِشْرُونَ ألفِ حَرْفٍ، فَمَنْ قَرَأَهُ مُحْتَسِبًا فَلَهُ بِكُلِّ حرفٍ زَوْجَةٌ مِنَ الْحُوْرِ العِينِْ.

“Al Qur’an itu adalah terdiri dari sejuta dua puluh tujuh ribu huruf, barang siapa membacanya dengan niat mengharap pahala maka baginya untuk setiap hurufnya seorang istri dari bidadari.” [1]

Para ulama Ahlusunnah menyebutkan bahwa bilangan huruf Al Qur’an yang sekarang tersisa di kalangan umat Muslim-pengikut Muhammad- berkisar antara: 323015 huruf, atau 321000 huruf, atau 340740 huruf. [2]

Itu artinya jumlah ayat Al Qur’an yang hilang sebanyak lebih dari 686.260 huruf.

As Suyuthi –seorang pakar Al Qur’an Sunni – mengakui bahwa Al Qur’an yang ada sekarang kurang dari jumlah itu…

Kenama Hilangnya Dua Pertiga Bagian Al Qur’an Itu?

Sebagai seorang Muslim Sunni pasti peduli untuk tau, kemanakah hilangnya dua pertiga bagian Al Qur’an yang pernah diterima Nabi Muhammad itu?

Karena kita tidak hidup sezaman dengan Nabi Muhammad, maka kita serahkan saja kepada para sahabat terdekat Nabi Muhammad saw. untuk menginformasikan misteri hilangnya banyak bagian Al Qur’an itu.

Dalam hal ini, kita menemukan jawaban itu dari pengakuan Umar bin al Khtahthab. Umar memerintah agar umat Islam berkumpul, setelah berkumpul ia naik mimbar dan berpidato, setelah memuji Allah, ia berkata:

أَيُّها الناس! لا يَجْزِعَن مِنْ آيَةِ الرَجْمِ، فَإِنَها أيَةٌ نزلَتْ في كتابِ اللهِ و قَرَأْناها، و لَكِنَّها ذَهَبَتْ في قُرْآنٍ كَثِيْرٍ ذهَبَ معَ محَمَّدٍ.

“Hai sekalian manusia! Jangan ada orang yang sedih atas ayat Rajam. Sesungguhnya ia adalah ayat yang diturunkan dalam Kitab Allah, kami semua membacanya, akan tetapi ia hilang bersama banyak ayat Al Qur’an yang hilang bersama (kematian) Muhammad.” [3]

Jadi menurut Umar bin al Khtahthab bahwa banyak ayat Al Qur’an yang hilang bersama kematian Muhammad dan tidak seorang pun dari pengikutnya yang sempat menhafalnya!

Maka jika demikian kenyataannya, maka mungkinkah pengikut Muhammad sekarang ini bisa menemukan Al Qur’an yang lengkap?

Jawabnya kita serahkan kepada putra Umar bin al Khtahthab yang bernama Abdulllah, yang juga sahabat terdekat Muhammad. Ia telah jujur mengakui bahwa tidaklah mungkin menemukan naskah lengkap Al Qur’an. Ia mengakui bahwa telah banyak sekali bagian-bagian Al Qur’an yang telah hilang.

Abdullah bin Umar berkata:

لا يَقُوْلَنَّ أَحَدُكُمْ : قَدْ أَخَذْتُ القُرْآنَ كُلَّهُ! و ما يُدْرِيْهِ ما كُلُّهُ؟ قَدْ ذَهَبَ مِنْهُ قُرْآنٌ كثِيْرٌ. و لكن لِيَقُلْ قدَ أخَذْتُ مِنْهُ ما ظَهَرَ.

“Jangan sekali-kali seorang dari kalian mengatakan, ‘Aku telah mengambil (menghafal) seluruh Al Qur’an!’ Tahukah dia apa ‘seluruh’ itu! Telah banyak Al Qur’an yang hilang. Akan tetapi hendaknya ia berkata, ‘Aku mengambil (menghafal) yang tampak saja.’”

Kata-kata putra Umar di atas jelas sekali akan adanya banyak bagian Al Qur’an yang telah hilang, karenanya jangan ada yang berkata aku telah menghafal seluruh Al Qur’a

Di antara penyebab hilangnya banyak bagian Al Qur’an itu adlah gugurnya para sahabat terdekat Muhammad yang telah menghafal banyak bagian Al Qur’an, sehingga tidak lagi ditemukan bagian-bagian tersebut!

Kenyataan ini telah diakui-walau dengan berat hati- oleh umat Muslim sejak zaman dahulu, tetapi sepertinya mereka tidak mampu memberikan solusi kecuali dengan menyelamatkan sisa-sisa bagian Al Qur’an yang masih bisa diselamatkan.

Dalam riwayat-riwayat yang menerangkan prakarsa awal pengumpulan Al Qur’an di masa kekhalifahan Abu Bakar, ditegaskan bahwa yang mendorong para sahabat terdekat Muhammaad untuk menuliskan dan mengumpulkan sisa-sisa Al Qur’an adalah telah hilangnya banyak ayat Al Qur’an disebabkan gugurnya para prajurit yang berjuang menumpas paraa pemberontakan yang dipimpin Musailamah-yang mengaku sebagai nabi- yang digelari dengan al kadzdzab/si pembohong. Kematian para prajurit yang menghafal Al Qur’an itu telah menyebabkan hilangnya ayat-ayat Al Qur’an yang tidak dihafal oleh sahabat lain. Demikianlah yang diriwayatkan oleh Abu Bakar ibn Abi Daud dalam kitab al Mashahif-nya dengan sanad yang shahih bersambung kepada az Zuhri bahwa ia berkata, “Telah sampai berita kepada kami bahwa sesungguhnya terdapat banyak ayat Al Qur’an, lalu para penghafalnya gugur di hari peperangan Yamamah, maka tidak diketahui lagi setelah kematian mereka. Dan ketika Abu Bakar, Umar dan Utsman mengumpulkan Al Qur’an, ayat-ayat tersebut tidak ditemukan setalah itu… .” [4]

Hafidz Ibnu Abdil Barr seorang ulama besar Islam menulis dalam kitab at Tamhîd-nya, “Abu Nu’aim meriwayatkan dengan sanad bersambung kepada Muhajid, ia berkata, ‘Dahulu surah Al Ahzâb itu panjangnya seperti surah Al Baqarah atau lebih panjang, dan sesungguhnya telah hilang banyak ayat Al Qur’an pada hari (peperangan) Yamamah, dan tidak hilang darinya tentang halal dan haram.” [5]

Hafidz Abdurrazzâq ash Shan’ani berkata dalam kitab Mushannaf-nya: “Sufyân ats Tsauri berkata, ‘Telah sampai berita kepada kami bahwa banyak sahabat Nabi yang telah menghafal Al Qur’an gugur dalam peperangan Yamamah ketika memerangi Musailamah, maka hilanglah banyak ayat Al Qur’an.’” [6]

Para Ulama Ahlusunnah Mengakui Hilanganya Banyak Bagian Al Qur’an

Malik bin Anas –seorang ulama senior, pendiri sekte Malikiyah, yang diagungkan umat Muslim- juga tidak dapat menolak adanya kepunahan banyak bagian Al Qur’an. Ia terpaksa mengakui menyataan bahwa telah hilang banyak bagian penting Al Qur’an.

Demikian dilaporkan para ulama dan pakar Ahli Al Qur’an seperti Burhanuddin az Zarkasyi dalam al Burhân nya dan Jalaluddin as Suyuthi dalam al Itqân nya.

Imam Malik berkata tentang sebab gugurnya basmalah pada pembukaan surah Barâ’ah, “Sesungguhnya ketika bagian awalnya gugur/hilang maka gugurlah pulalah basmalahnya. Dan telah tetap bahwa ia sebenarnya menandingi surah al Baqarah (dalam panjangnya)” [7]

Selain Imam Malik, Ibnu ‘Ajlân juga meyakininya demikian.

Dan seperti telah dimaklumi bersama bahwa ayat-ayat surah Barâ’ah sekarang hanya berjumlah129 ayat sementara ayat-ayat surah al Baqarah berjumlah 286, jadi yang hilang sekitar 157 ayat.

Aisyah -Istri Nabi Muhammad saw.- ra. Menuduh Utsman Telah Merusak Al Qur’an

Ternyata hilanganya banyak bagian Al Qur’an itu juga disebabkan oleh keterlibatan Utsman bin Afffan –menantu dan juga penerus agama Muhammad-. Aisyah (putri Abu Bakr, penerus agama setalah kematian Muhammad), dan juga istri Muhammad- telah membongkar keterlibatan Utsman dan menuduhnya bertanggung jawab atas kerusakan Al Qur’an suaminya.

Urwah-keponakan Aisyah, istri Muhammad- meriwayatkan dari Aisyah, ia berkata:

كانَتْ سورَةُ الأحزابِ تُقْرَاُ في زمَنِ النبيِّ (ص) مِئَتَيْ آيَة، فَلَمَّا كتَبَ عثْمانُ المصاحِفَ لَمْ نَقْدِرْ مِنْها إلاَّ ما هُوَ الآنَ.

“Dahulu surah Al Ahzâb itu dibaca di sama hidup Nabi sebanyak dua ratus ayat. Lalu setelah Utsman menulis mush-haf-mush-haf kita tidak bisa membacanya kecuali yang sekarang ada ini.” [8]

Jumlah ayat surah Al ahzâb (surah dengan urutan 33 dalam Al Qur’an) yang ada dalam mushaf umat Muslim sekarang hanya 73 ayat. Itu artinya ada 127 ayat hilang.

Dan selain apa yang telah kami sebutkan di sini masih banyak data lainnya.

Catatan Akhir:
Sekali lagi kami tegaskan di sini, bahwa kita umat Islam (baik Syi’ah maupun Ahlusunnah), tetap meyakini kesucian Al Qur’an dari adanya perubahan. Dan apa yang kami sajikan tidak bermaksud mengatakan telah terjadi perubahan, akan tetapi agar diketahui bahwa dalam kitab-kitab Ahlusunnah sebagiamana juga dalam kitab-kitab Syi’ah terdapat riwayat-riwayat yang menunjukkan adanya tahrif. Jika keberadaan riwayat-riwayat seperti dalam kitab-kitab Syi’ah dianggap sebagai bukti bahwa Syi’ah meyakini adanya tahrîf, maka semestinya keberadaannya dalam kitab-kitab standar Ahlusunnah dapat dijadikan sebagai bukti yang sama. Tetapi amanat ilmiah dan ketaqwaan seorangf penulis yang akan menentukan sikapnya.

Jika ia seorang yang gemer menebur kekacauan dalam tubuh Umat Islam maka ia akan mengangkat riwayat-riwayat seperti itu sebagai bahan pemecah belah umat. Dan kaum Wahabi-lah yang sekarang ini getol melakukannya.

(bersambung)

________________________
Referensi:
[1] Ad Durrul Mantsur,6/422.
[2] Al Burhân Fî ‘Ulûmil Qur’ân,1/314-315. cet. Dâr al Kotob al Ilmiah. Lebanon. Thn.1988.
[3] Mushannaf; ash Shan’âni,7/345, hadis no.13329
[4] Al Mashâhif: 31 dan Muntakhab Kanz al Ummal (dicetak dipinggir Musnad Ahmad).
[5] At Tamhîd Fi Syarhi al Muwaththa’,4/275 ketika menerangkan hadis no.21. Adapun anggapannya bahwa dan tidak hilang darinya tentang halal dan haram adalah sekedar rekaan tanpa dasar, sebab bagaimana ia dapat memastikan bahwa yang hilnag itu tidak mencakup ayat-ayat yang berbicara tentang hukum halal dan haram? Bukankah ia sudah hilang?
[6] Mushannaf,7/330 pada hadis no.13363.
[7] Al Itqân,1/86, baca juga al Burân,1/263.
[8] Al Itqân,2/25.

(Jakfari/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: