Bupati Batang Yoyok dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat menerima Bung Hatta Award 2015 (Foto: Detikom)
Berbagai pencapaian dan prestasi Kabupaten Batang menjadi kado dalam perayaan ulang tahun emas atau usia 50 tahun, Jumat 8 April 2016. Salah satunya, kabupaten ini berhasil keluar dari 15 kabupaten termiskin di Jateng. Kini, Batang semakin dikenal di kancah nasional.
Kabupaten Batang di bawah kepemimpinan Yoyok Riyo Sudibyo bisa dikatakan telah berevolusi. Dari salah satu kabupaten termiskin di Jawa Tengah,Batang pun kini jadi pusat belajar tata kelola anggaran di Indonesia. Padahal, tahun 2012 silam, kabupaten ini masuk daftar 15 kabupaten termiskin di Jawa Tengah.
Kabupaten Batang di bawah kepemimpinan Yoyok Riyo Sudibyo bisa dikatakan telah berevolusi. Ia mengatakan, kini hampir setiap hari Batang kedatangan tamu dari pemerintah daerah lain, baik tingkat kabupaten/kota ataupun provinsi.
‘’Batang baru dua tahun ini keluar dari 15 kabupaten termiskin di Jawa Tengah. Pencapaian ini tidak mudah, tapi berhasil dilakukan. Optimisme harus terus disuarakan agar Batang terus bisa mengatasi angka kemiskinan,’’ ujar Yoyok.
Yoyok menuturkan transformasi di Batang dimulai saat dirinya memutuskan keterbukaan sebagai kata kunci di pemerintahannya yang dimulai tahun 2012 lalu. Anggaran Batang terbilang kecil, namun, jika bisa dirasakan rakyat secara maksimal, maka akan lebih baik.
“Saya tak punya anggaran untuk membangun taman yang gemerlap dengan atraksi air mancur menari. Tapi saya ingin warga menikmati hasil dari setiap sen uang anggaran yang digunakan untuk pembangunan Batang. Ini bisa terjadi jika tidak ada yang berani mencuri anggaran karena warga mengawasi,” ulas Yoyok.
Mantan intelijen BIN ini memulai keterbukaan di wilayahnya dengan membuka pagar rumah dinas 24 jam, agar warga bisa mengadu kapan saja. Lalu, dia membuka Unit Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik (UPKP2) yang sigap menerima keluhan warga. Dan yang bisa dibilang jadi program mercusuar adalah memamerkan anggaran dan penggunaannya ke publik lewat “Festival Anggaran” yang digelar setiap tahun.
Jurus ini terbukti berhasil. Perlahan-lahan pola pikir dan cara warga Batang berhubungan dengan birokrasi berubah. Dalam hal partisipasi pengawasan anggaran, warga Batang kini melangkah lebih maju dari kabupaten dan kota besar lainnya di Indonesia. Tak hanya itu, jurus keterbukaan ala Yoyok bahkan memicu peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) hingga 300 persen.
“Ketika dilantik saya bilang ke warga, ayo awasi saya! Sekarang warga mengawasi dengan ketat penggunaan APBD dan kebijakan Pemkab. Aparatur Pemkab juga sadar, uang rakyat harus digunakan dengan hati-hati. Kini semua menikmati buah dari keterbukaan,” kata Yoyok.
Yoyok mengatakan, selama memimpin, dirinya fokus agar dana APBD yang ada bisa benar-benar efektif untuk melaksanakan program pembangunan. Ini karena APBD Batang jika dibanding dengan kota-kota besar sangat jauh jumlahnya.
Karena itu dirinya berorientasi agar dana APBD tersebut bisa dikelola dengan baik karena itu yang menjadi kekuatan utama untuk menjalankan pembangunan.
‘’Bisa dikatakan, pembangunan di Batang tidak dapat untuk membangun air mancur yang menari-nari atau taman-taman megah. Kita hanya ingin, dana APBD tidak permainkan.Dana tersebut harus betul-betul sampai untuk pembangunan yang jika dikerucutkan ada dua yakni meningkatkan kesejahteraan dan memberi pelayanan sebaik-baiknya pada masyarakat,’’ tegasnya.
Peringatan ulang tahun emas Kabupaten Batang berlangsung meriah. Selain penabuhan seribu rebana, warga juga menikmati seribu porsi nasi megono, makanan khas daerah tersebut.
Pemkab Batang juga berhasil meraih berbagai penghargaan dan pengakuan internasional. Yoyok bahkan dianugerahi Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) 2015 bersama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
(Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email