Nama lengkapnya adalah Abul Hasan Ali bin Husein bin Musa bin Babawaeh. Ia adalah seorang faqih dan pemimpin penduduk Qom yang pendapatnya selalu diperhitungkan dan dihormati orang. Ia adalah ayah Syeikh Muhammad bin Ali bin Babawaeh yang lebih dikenal dengan julukan Syeikh Shaduq. Di kalangan ulama dan fuqaha`, ayah dan putra ini biasa disebut dengan Shaduqain. Para ulama selalu memperhitungkan pendapatnya. Oleh karena itu, jika mereka tidak mendapatkan ayat Al Quran atau hadis berkenaan dengan hukum sebuah masalah dan yang ada hanya fatwa Ali bin Babawaeh, mereka akan menentukan hukum masalah tersebut berdasarkan fatwanya. Hal ini dikarenakan kedekatan masa hidupnya dengan masa ma’shumin a.s. yang menjadi faktor penguat bahwa segala yang ditentukannya pasti berlandaskan kepada sebuah hadis yang tidak diketahui oleh mereka.
Terdapat sebuah cerita menarik berkenaan dengan kelahiran putranya. Ali bin Babawaeh tidak bisa mempunyai anak. Sebelumnya ia pernah datang ke Irak untuk menanyakan hukum beberapa masalah kepada Husein bin Ruh An-Naubakhti, salah seorang wakil Imam Mahdi a.s. pada periode Ghaibah Kubra. Setelah pulang dari Irak, ia masih meneruskan hubungan dengannya via surat yang disampaikan oleh Ali bin Ja’far bin Aswad. Di antara salah satu surat tersebut, ia meminta kepada Husein bin Ruh untuk menyampaikan sebuah surat kepada Imam Mahdi a.s. yang isinya adalah ia memohon darinya supaya berdoa semoga Allah menganugerahi anak kepadanya. Imam Mahdi a.s. menjawab surat Ali bin Babawaeh yang isinya: “Kami telah memohon kepada Allah supaya menganugerahkan anak kepadamu, dan tidak lama lagi engkau akan memiliki dua anak laki-laki”. Dan tidak lama setelah jawaban itu sampai, rumah Ali bin Babawaeh bersinar dengan cahaya dua anak laki-laki masing-masing bernama Abu Ja’far dan Abu Abdillah.
Wafatnya
Ali bin Babawaeh meninggal dunia pada tahun 329 H. di mana Tsiqatul Islam Muhammad bin Ya’kub Al-Kulaini meninggal dunia pada tahun itu juga. Ia dikuburkan di Qom dekat Haram Sayidah Fathimah Al-Ma’shumah a.s. Kuburannya hingga sekarang masih diziarahi oleh mereka yang ingin mendapatkan berkah dari alim besar Syi’ah ini.
Karya-karyanya
Ibnu Nadim dalam Al-Fehrestnya mencatat sekitar 200 jilid buku hasil karya Ali bin Babawaeh. Berikut ini sebagian hasil karyanya yang sempat dinukil oleh para ahli sejarah dan ulama Rijal:
1. Asy-Syarâ`i’. Buku ini adalah buku pertama dalam ilmu fiqih yang mewakili pendapat pribadi pengarangnya meskipun buku tersebut berisi kumpulan hadis yang telah dibuang sanad-sanadnya supaya tampak lebih simpel.
2. Risâlatul Ikhwân
3. Qurbul Isnâd
4. Tafsîrul Qurânil Karîm
5. Kitâbun Nikâh
6. An-Nawâdir
7. Kitâbut Tauhîd
8. Ash-Shalâh
9. Manâsikul Haj
10. At-Taslîm
11. Ath-Thib
12. Al-Mawârîts
13. Al-Mi’râj
14. Dan lain-lain.
Bibiliografi :
1. Riyâdhul ‘Ulamâ.
2. Al-Fehrest, karya Ibnu Nadim.
3. Raihânatul Adab.
4. Ar-Rijâl, karya Najasyi.
5. Mu’jam Rijâlil Hadits, karya Aytullah Al-Uzhma Khu`i, jilid 12 hal. 369.
(Al-Hassanain/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email