Pesan Rahbar

Home » » Amerika Malu Punya Presiden Seperti Trump

Amerika Malu Punya Presiden Seperti Trump

Written By Unknown on Saturday, 23 September 2017 | 03:52:00


Wali Faqih Zaman Ayatullah Uzma Imam Sayid Ali Khamenei, Kamis (21/9/17), dalam pertemuan dengan ketua dan anggota Majelis Ahli Kepemimpinan Revolusi Islam, mengisyaratkan pada posisi istimewa majelis ini dalam Sistem Republik Islam seraya mengingatkan tugasnya yang sangat penting. Beliau mengatakan, “Majelis Ahli ini seyogianya membentuk sebuah dewan pemikir yang mempunyai perspektif makro, strategis, dan mendalam. Dewan inilah yang kemudian meneliti bagaimana gerakan Revolusi Islam selama 38 tahun lalu menuju cita-cita utamanya. Begitu pula tentang kemajuan, kemandekan, dan terkadang juga kemunduran dalam perjalanan ini. Lalu, berdasarkan hasil penelitian itu, mereka mengajukan tuntutan ke badan-badan penanggungjawab yang terkait.”

Pemimpin Revolusi Islam juga mengisyaratkan kepada kata-kata konyol, kotor, bodoh, sembarangan, dan penuh kebohongan Presiden AS di Majelis Umum PBB seraya mengatakan, “Kata-kata ini bukan muncul dari kekuasaan. Melainkan muncul dari kemarahan, ketidakberdayaan, dan pola otak tertentu. AS betul-betul kecewa dan marah karena selama bertahun-tahun rencana mereka di kawasan Barat Asia gagal akibat peran efektif Republik Islam Iran.”

Imam Khamenei menyebut Majelis Ahli sebagai majelis yang luar biasa dan istimewa dari sisi susunan, fungsi, dan tugas-tugasnya. Beliau mengatakan, “Majelis ini, di samping tugas-tugas yang ada sekarang, perlu mempunyai sebuah perspektif dan evaluasi makro serta strategis terhadap perjalanan dan gerakan Revolusi Islam.”

Ayatullah Uzma Khamenei menjelaskan tugas ini sekaligus mekanisme pelaksanaannya. Beliau mengatakan, “Tiga badan negara bertugas mengelola negara. Mereka harus mengelola negara secara revolusioner. Sedangkan Majelis Ahli, perlu membentuk dewan pemikir yang mengevaluasi tingkat kemajuan dan kemunduran selama perjalanan menuju cita-cita Revolusi Islam, lalu berdasarkan hasil itu mereka menyampaikan tuntutan-tuntutan kepada berbagai badan penanggungjawab yang terkait.”

Beliau kemudian menyebutkan berapa contoh dan mengatakan, “Salah satu tema revolusi kita adalah “Tidak Timur Tidak Barat”. Sekarang, meskipun kutub Timur sudah tidak ada lagi, tapi Barat; yakni AS dan negara-negara Eropa masih eksis dan berkuasa.”

Imam Khamenei menambahkan, “Tidak Barat” artinya di dalam politik hendaknya kita tidak terpikat, tergabung, tertunduk, dan terpengaruh oleh Barat. Jangan sampai kita jatuh ke jalur keinginan mereka. Seyogianya kita bersihkan negara dan budayanya dari campuran budaya bejat Barat. Dalam hal ini, Majelis Ahli mesti melakukan evaluasi dan mengajukan tuntutan.”

Beliau menyebut kekuatan ekonomi sebagai salah satu tonggak kekuatan negara. Lalu beliau berkata, “Unsur utama kekuatan ekonomi, antara lain adalah kekuatan mata uang nasional dan daya beli rakyat. Karena itu, jika karena ketidakpedulian atau kebijakan yang salah nilai mata uang semakin hari semakin menurun, dan terus menerus kita mundur serta terbelakang dalam hal ini, maka Majelis Ahli mesti menuntut pemerintah, parlemen, dan badan-badan penanggunjawab yang terkait.”

Hal ketiga yang disampaikan oleh Pemimpin Revolusi Islam sebagai persoalan-persoalan utama Revolusi Islam dan masalah yang membutuhkan evaluasi dan tuntutan dari pihak Majelis Ahli adalah “keadilan, pemberantasan kemiskinan, dan pembagian kekayaan secara benar”. Beliau mengatakan, “Keadilan dan distribusi kekayaan negara secara benar merupakan hal yang ditekankan oleh Islam. Beda jauh dengan ungkapan Marxistik yang keliru. Negara harus dikelola sekiranya jarak antara orang miskin dan kaya, atau yang sekarang lebih dikenal dengan istilah keofisien gini, harus berkurang.”

Imam Khamenei menyebutkan pemeliharaan mental dan semangat revolusioner sebagai syarat kelestarian Revolusi Islam. Beliau mengatakan, “Tanpa mental revolusioner, maka kerja keras, pengorbanan dan darah rakyat dalam menghidupkan Islam akan sia-sia. Kalau pun ada pemerintahan, maka pemerintahan itu tidak akan berupa Republik Islam. Karena itu, Majelis Ahli mesti punya evaluasi tentang tingkat motivasi revolusioner di tengah masyarakat. Begitu pula faktor-faktor yang menentangnya. Lalu berdasarkan evaluasi itu, Majelis Ahli mengajukan tuntutan.”

Imam Khamenei menjelaskan bahwa penegasan beliau yang berulang-ulang mengenai bantuan dan dukungan terhadap tenaga-tenaga revolusioner serta hizbullahi adalah semacam tuntutan berdasarkan perspektif terhadap gerakan revolusioner negara. Beliau mengatakan, “Tentunya, jelas sekali bahwa dalam hal ini, negara tetap maju dan tidak mundur.”

Beliau mengingatkan pentingnya masalah keberagamaan masyarakat dan menyinggung kata-kata yang berulangkali diucapkan oleh sebagian orang bahwa “Kami tidak ingin membawa masyarakat ke surga secara paksa.”. Beliau mengatakan, “Ungkapan ini keliru dan falasi. Sebab, tidak ada seorang pun yang ingin membawa masyarakat ke surga secara paksa. Tapi, kita berkewajiban untuk membuka jalan surga bagi masyarakat dengan cara yang benar dan memotivasi mereka untuk bergerak ke arah sana.”

Beliau menambahkan, “Filosofi pengutusan para nabi adalah memberi petunjuk kepada masyarakat untuk ke surga dan menjauhkan mereka dari neraka. Ucapan bahwa di dalam Islam sama sekali tidak ada pemaksaan juga tidak benar. Dalam beberapa kasus, ada had-had syariat yang harus diberlakukan.”

Pada bagian pertama dari pidatonya ini, Ayatullah Uzma Khamenei menyimpulkan bahwa, “Dewan pemikir Majelis Ahli harus mengevaluasi hal-hal tersebut dan hal-hal serupa lainnya. Lalu, berdasarkan kemajuan atau kemunduran di setiap bidang, mereka mengajukan tuntutan kepada badan-badan penanggungjawab yang terkait. Di samping itu, mengubah tema-tema penting ini sebagai wacana dan tuntutan publik masyarakat. Karena memang yang pantas mengurusi masalah-masalah ini adalah Majelis Ahli.”

Setelah itu, Imam Khamenei mengisyaratkan kepada sejumlah persoalan. Antara lain persoalan ekonomi. Beliau mengatakan, “Masing-masing orang dari rakyat, begitu pula para pejabat negara, perlu tahu bahwa penanggulangan masalah, baik itu masalah ekonomi maupun kebudayaan, hanya bisa dilakukan oleh rakyat dan bersandar kepada kemampuan serta kapasitas-kapasitas dalam negeri. Bukan bersandar kepada pihak asing.”

Beliau menuturkan, “Topik ini harus diulang-ulang di tengah masyarakat sehingga menjadi sebuah wacana yang populer dan pasti. Sebab, negara punya anak-anak muda yang semangat, dan orang-orang yang handal, beride serta kreatirf di berbagai bidang produksi, keilmuan, dan pendidikan. Mereka harus digunakan.”

Pemimpin Revolusi Islam menekankan bahwa pihak asing tidak bisa menanggulangi kendala-kendala negara. Beliau menambahkan, “Saya tidak mengatakan bahwa kita harus memutus hubungan dari dunia. Dari awal revolusi sampai sekarang juga saya selalu menekankan hubungan luas dengan dunia. Tapi, saya katakan bahwa, “Jangan sampai kita menukar kaki kuat kita dengan tongkat asing!”.

Masih berkenaan dengan topik bersandar kepada pihak asing, Imam Khamenei menyinggung masalah negosiasi nuklir. Beliau mengatakan, “Masalah yang dulu dan sekarang berulang kali kami sampaikan dalam berbagai pertemuan dengan para pejabat pemerintah mengenai negosiasi nuklir adalah, tidak apa-apa negosiasi. Tapi, dalam negosiasi ini harus betul-betul teliti dan hati-hati. Jangan sampai hasil negosiasinya adalah hal galat apa pun yang dilakukan pihak lawan tidak akan terhitung sebagai pelanggaran terhadap JCPOA (Program Aksi Komprehensif Bersama), sementara langkah apa pun yang diambil Iran akan terhitung sebagai pelanggaran terhadapnya.”

Beliau mengatakan, “Kita harus bekerja dengan dunia. Dan kita menerima konsekuensi-konsekuensinya. Tapi, jangan sampai kita terpikat kepada pihak asing.”

Ayatullah Uzma Khamenei menekankan adanya front musuh di hadapan Republik Islam. Beliau mengatakan, “Berkat karunia Ilahi, Sistem Islam sampai sekarang berhasil menghantam front musuh dan memaksanya mundur ke belakang. Di masa depan pun juga akan demikian. Tapi, kita harus sadar bahwa di hadapan kita bukan hanya ada satu titik musuh, tapi kita sedang berhadapan dengan satu front musuh.”

Beliau menjelaskan salah satu faktor utama kemarahan musuh-musuh Bangsa Iran adalah kemajuan terus menerus Sistem Islam di berbagai persoalan regional dan global. Seraya menyinggung ujaran Presiden AS di Majelis Umum PBB, Imam Khamenei mengatakan, “Faktor pidato bodoh, sangat kotor dan konyol, dengan menggunakan bahasa gangster dan koboi, penuh dusta yang nyata, dan sembarangan Presiden AS adalah kemarahan, ketidakberdayaan, dan pola otak tertentu mereka.”

Beliau menekankan, “Pidato Presiden AS bukan hal yang membanggakan bagi Bangsa AS. Sudah semestinya para elit AS merasa malu karena pidato itu dan karena punya presiden seperti itu. Sedikit banyak mereka juga telah mengungkapkan rasa malu itu.”

Mengenai kemarahan para pejabat AS, Pemimpin Revolusi Islam menjelaskan, “AS sejak berapa tahun yang lalu punya rencana khusus untuk kawasan Barat Asia. Mereka beri nama Timur Tengah Baru atau Timur Tengah Besar. Rencana itu punya tiga poros; Irak, Suriah, dan Libanon. Tapi, di tiga-tiganya mereka kalah.”

Beliau menekankan bahwa, “Berdasarkan agenda itu, rencananya Irak dengan masa lalu sejarah dan peradabannya yang kuno, Suriah sebagai pusat Muqawama, dan Libanon dengan posisinya yang istimewa akan berada di bawah hegemoni dan intervensi AS serta rezim zionis.”

Pemimpin Revolusi Islam mengatakan, “Tapi faktanya sekarang, kawasan tidak seperti yang mereka impikan. Di Libanon, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Di Irak, yang terjadi malah sebalik apa yang mereka inginkan. Di Suriah, meskipun kejahatan yang dilakukan AS beserta sekutunya di sana sudah tidak terhitung lagi jumlahnya, pembantaian massal penduduk yang mereka lakukan, dan dukungan luas yang mereka berikan kepada kelompok-kelompok teroris takfiri, tapi sekarang ISIS sudah berakhir, dan kelompok-kelompok takfiri seperti Front An Nusra terisolir.”

Beliau menambahkan, “Kehadiran dan pengaruh Republik Islam Iran adalah penyebab kegagalan rencana dan cita-cita AS serta rezim zionis di kawasan. Karena itu mereka marah.”

Pemimpin Revolusi Islam mengingatkan, “Sebagian orang jangan sampai keliru dalam menganalisis. Sikap-sikap AS bukan karena kekuatan dan kedigdayaannya terhadap Iran. Bahkan sepenuhnya karena kelemahan, kekalahan, dan kemarahannya.”

Seraya mengisyaratkan kepada kesuksesan dan kehormatan Republik Islam dalam persoalan-persoalan regional dan global, Imam Khamenei menekankan, “Kehormatan ini harus dipelihara dengan akal, tadbir, dan pikiran yang benar. Begitu pula dengan tidak salah dalam pola berhubungan, pengambilan keputusan, dan penentuan sikap.”

Beliau menekankan bahwa kehormatan ini diperoleh melalui perjuangan rakyat dan anak-anak muda serta darah Syuhada. Beliau mengatakan, “Syahid yang mulia Muhsin Hujaji adalah sebuah contoh. Kita punya banyak contoh seperti ini di antara anak-anak muda. Karena alasan-alasan tertentu, Allah Swt membesarkan contoh ini di hadapan semua orang. Agar mereka semua pasrah di hadapan hakikat yang mulia ini; bahwa berkat karunia Ilahi, motivasi revolusioner semakin hari semakin bertambah di antara anak-anak muda.”

Beliau mengisyaratkan kepada permohonan izin yang tidak terhitung jumlahnya dari anak-anak muda untuk hadir di front pembela Haram dan berjuang melawan musuh. Ada yang melalui surat, ada pula yang melalui pesan. Beliau mengatakan, “Inilah yang dimaksud dengan motivasi revolusioner yang terus bertambah di kalangan anak-anak muda. Di saat banyak sekali faktor-faktor penghalang dan pembisik seperti cyberspace, motivasi-motivasi seperti ini menunjukkan mukjizat dan karunia Ilahi.”

Setelah itu, Wali Faqih Zaman menyebut Bulan Muharram sebagai Bulan Imam Husain as, dan bulan semua nilai yang mengkristal pada diri suci beliau; seperti jihad, kesyahidan, keikhlasan, kesetiaan, pengampunan, kepedulian terhadap penjagaan agama Allah Swt, dan Muqawama di hadapan kekuatan-kekuatan penentang agama.”

Beliau menekankan, “Peristiwa ini sepanjanng sejarah semakin hidup. Peringatan terhadap gelora agung ini semakin tahun semakin penuh gairah dan luas. Hal ini sendiri mengandung pesan dan makna tersendiri. Dan dengan karunia Ilahi, arus ini akan terus maju di dunia dengan dipimpin oleh Imam Husain as.”

(Wali-Faqih/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: