Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label ABNS KISAH. Show all posts
Showing posts with label ABNS KISAH. Show all posts

Ja’far bin Abu Thalib, Si Burung Surga

ilustrasi

Ja’far bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim masuk Islam sejak awal dan sempat mengikuti hijrah ke Habasyah. Ia malah sempat mendakwahkan Islam di daerah itu.

Dalam Perang Muktah, ia diserahi tugas menjadi pemegang bendera Islam. Setelah tangan kanannya terpotong dia memegang bendera dengan tangan kiri. Namun tangan kirinya juga terpotong, sehingga dia memegang bendera itu dengan dadanya. Akhirnya, ia mati syahid dengan tubuh penuh luka dan sayatan pedang.

Di kalangan Bani Abdi Manaf ada lima orang yang sangat mirip dengan Rasulullah SAW, sehingga seringkali orang salah menerka. Mereka itu adalah Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Muthallib, sepupu sekaligus saudara sesusuan beliau. Qutsam Ibnul Abbas bin Abdul Muthallib, sepupu Nabi. Saib bin Ubaid bin Abdi Yazin bin Hasyim. Ja’far bin Abu Thalib, saudara Ali bin Abu Thalib. Dan Hasan bin Ali bin Abu Thalib, cucu Rasulullah SAW. Dan Ja’far bin Abu Thalib adalah orang yang paling mirip dengan Nabi SAW di antara mereka berlima.

Ja’far dan istrinya, Asma’ bin Umais, bergabung dalam barisan kaum Muslimin sejak dari awal. Keduanya menyatakan Islam di hadapan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebelum Rasulullah SAW masuk ke rumah Al-Arqam.

Pasangan suami istri Bani Hasyim yang muda belia ini tidak luput pula dari penyiksaan kaum kafir Quraisy, sebagaimana yang diderita kaum Muslimin yang pertama-tama masuk Islam. Namun mereka bersabar menerima segala cobaan yang menimpa.

Namun yang merisaukan mereka berdua adalah kaum Quraisy membatasi geraknya untuk menegakkan syiar Islam dan melarangnya untuk merasakan kelezatan ibadah. Maka Ja’far bin Abu Thalib beserta istrinya memohon izin kepada Rasulullah untuk hijrah ke Habasyah bersama-sama dengan para sahabat lainnya. Rasulullah SAW pun mengizinkan.

Ja’far pun menjadi pemimpin kaum Muslimin yang berangkat ke Habasyah. Mereka merasa lega, bahwa Raja Habasyah (Najasyi) adalah orang yang adil dan saleh. Di Habasyah, kaum Muslimin dapat menikmati kemanisan agama yang mereka anut, bebas dari rasa cemas dan ketakutan yang mengganggu dan yang menyebabkan mereka hijrah.

Ja’far bin Abu Thalib beserta istri tinggal dengan aman dan tenang dalam perlindungan Najasyi yang ramah tamah itu selama sepuluh tahun.

Pada tahun ke-7 Hijriyah, kedua suami istri itu meninggalkan Habasyah dan hijrah ke Yatsrib (Madinah). Kebetulan Rasulullah SAW baru saja pulang dari Khaibar. Beliau sangat gembira bertemu dengan Ja’far sehingga karena kegembiraannya beliau berkata, “Aku tidak tahu mana yang menyebabkan aku gembira, apakah karena kemenangan di Khaibar atau karena kedatangan Ja’far?”

Begitu pula kaum Muslimin umumnya, terlebih fakir miskin, mereka juga bergembira dengan kedatangan Ja’far. Ia adalah sosok yang sangat penyantun dan banyak membela golongan dhuafa, sehingga digelari Abil Masakin (bapak orang-orang miskin).

Abu Hurairah bercerita tentang Ja’far, “Orang yang paling baik kepada kami (golongan orang-orang miskin) ialah Ja’far bin Abu Thalib. Dia sering mengajak kami makan di rumahnya, lalu kami makan apa yang ada. Bila makanannya sudah habis, diberikannya kepada kami pancinya, lalu kami habiskan sampai dengan kerak-keraknya.”

Belum begitu lama Ja’far tinggal di Madinah, pada awal tahun ke-8 Hijriyah, Rasululalh SAW menyiapkan pasukan tentara untuk memerangi tentara Romawi di Muktah. Beliau mengangkat Zaid bin Haritsah menjadi komandan pasukan.

Rasulullah berpesan, “Jika Zaid tewas atau cidera, komandan digantikan Ja’far bin Abi Thalib. Seandainya Ja’far tewas atau cidera pula, dia digantikan Abdullah bin Rawahah. Dan apabila Abdullah bin Rawahah cidera atau gugur pula, hendaklah kaum muslmin memilih pemimpin/komandan di antara mereka.”

Setelah pasukan sampai di Muktah, yaitu sebuah kota dekat Syam dalam wilayah Yordania, mereka mendapati tentara Romawi telah siap menyambut dengan kekuatan 100.000 pasukan inti yang terlatih, berpengalaman, dan membawa persenjataan lengkap. Pasukan mereka juga terdiri dari 100.000 milisi Nasrani Arab dari kabilah-kabilah Lakham, Judzam, Qudha’ah, dan lain-lain. Sementara, tentara kaum Muslimin yang dipimpin Zaid bin Haritsah hanya berkekuatan 3.000 tentara.

Begitu kedua pasukan yang tidak seimbang itu berhadap-hadapanan, pertempuran segera berkobar dengan hebatnya. Zaid bin Haritsah gugur sebagai syahid ketika dia dan tentaranya sedang maju menyerbu ke tengah-tengah musuh.

Melihat Zaid jatuh, Ja’far segera melompat dari punggung kudanya, kemudian secepat kilat disambarnya bendera komando Rasulullah dari tangan Zaid, lalu diacungkan tinggi-tinggi sebagai tanda pimpinan kini beralih kepadanya. Dia maju ke tengah-tengah barisan musuh sambil mengibaskan pedang kiri dan kanan memukul rubuh setiap musuh yang mendekat kepadanya. Akhirnya musuh dapat mengepung dan mengeroyoknya.

Ja’far berputar-putar mengayunkan pedang di tengah-tengah musuh yang mengepungnya. Dia mengamuk menyerang musuh ke kanan dan kiri dengan hebat. Suatu ketika tangan kanannya terkena sabetan musuh sehingga buntung. Maka dipegangnya bendera komando dengan tangan kirinya.

Tangan kirinya putus pula terkena sabetan pedang musuh. Dia tidak gentar dan putus asa. Dipeluknya bendera komando ke dadanya dengan kedua lengan yang masih utuh. Namun tidak berapa lama kemudian, kedua lengannya tinggal sepertiga saja dibuntung musuh. Ja’far pun syahid menyusul Zaid.

Secepat kilat Abdullah bin Rawahah merebut bendera komando dari komando Ja’far bin Abu Thalib. Pimpinan kini berada di tangan Abdullah bin Rawahah, sehingga akhirnya dia gugur pula sebagai syahid, menyusul kedua sahabatnya yang telah syahid lebih dahulu.

Rasulullah SAW sangat sedih mendapat berita ketiga panglimanya gugur di medan tempur. Beliau pergi ke rumah Ja’far, didapatinya Asma’, istri Ja’far, sedang bersiap-siap menunggu kedatangan suaminya. Dia mengaduk adonan roti, merawat anak-anak, memandikan dan memakaikan baju mereka yang bersih.

Asma’ bercerita, “Ketika Rasulullah mengunjungi kami, terlihat wajah beliau diselubungi kabut sedih. Hatiku cemas, tetapi aku tidak berani menanyakan apa yang terjadi, karena aku takut mendengar berita buruk. Beliau memberi salam dan menanyakan anak-anak kami. Beliau menanyakan mana anak-anak Ja’far, suruh mereka ke sini.”

Asma’ kemudian memanggil mereka semua dan disuruhnya menemui Rasulullah SAW. Anak-anak Ja’far berlompatan kegirangan mengetahui kedatangan beliau. Mereka berebutan untuk bersalaman kepada Rasulullah. Beliau menengkurapkan mukanya kepada anak-anak sambil menciumi mereka penuh haru. Air mata beliau mengalir membasahi pipi mereka.

Asma’ bertanya, “Ya Rasulullah, demi Allah, mengapa anda menangis? Apa yang terjadi dengan Ja’far dan kedua sahabatnya?”

Beliau menjawab, “Ya, mereka telah syahid hari ini.”

Mendengar jawaban beliau, maka reduplah senyum kegirangan di wajah anak-anak, apalagi setelah mendengar ibu mereka menangis tersedu-sedu. Mereka diam terpaku di tempat masing-masing, seolah-olah seekor burung sedang bertengger di kepala mereka.

Rasulullah berdoa sambil menyeka air matanya, “Ya Allah, gantilah Ja’far bagi anak-anaknya… Ya Allah, gantilah Ja’far bagi istrinya.”

Kemudian beliau bersabda, “Aku melihat, sungguh Ja’far berada di surga. Dia mempunyai dua sayap berlumuran darah dan bertanda di kakinya.”

(Shuwar-Min-Hayaatis-Shahabah/Ahlul-Hadist/Republika/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Bagaimana Al-Quran Memuliakan Sosok Bunda Maria, Ibu Yesus? Simak Kisahnya!


Selama bulan Ramadhan, Al Arabiya English menerbitkan serangkaian profil tokoh-tokoh terkemuka dalam sejarah Islam.

Maryam – semoga damai menyertainya – adalah satu-satunya wanita yang menjadi nama surat di dalam Alquran. Dalam kepercayaan Islam, umat Islam percaya bahwa Tuhan telah menyucikan Maryam, dan memilihnya di atas semua wanita di dunia, untuk memberikan kabar baik tentang seorang anak yang suci, Nabi Isa.

” Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’. (Ali Imron: 42-43)

Al-Quran menghormati Maryam dalam seluruh ayat yang terkandung didalamnya (Surat Maryam). Kitab suci tersebut juga menceritakan tentang kelahirannya dan garis keturunannya yang mulia, asuhannya di bawah Nabi Zakaria, dalam sebuah surat yang juga menjelaskan tentang nama keluarganya (Surat Ali Imran).

Kisah kelahirannya unik. Ibunya, istri Imran, telah mandul sepanjang hidupnya dan telah mencapai usia tua saat dia mengandung Maryam.

Sang ibu membuat janji yang tulus kepada Allah, bahwa jika dia diberi anak, dia akan mempersembahkan anak itu kepada pelayanan-Nya yang hakiki.

Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk”.. “[Ali Imran:36]

Kemudian Alquran menceritakan bahwa Allah telah “menerimanya dengan baik dan menyebabkan dia tumbuh dengan baik dan menempatkannya dalam perawatan Zakaria” (Ali Imran 3:37) dan menganugerahi Maryam dengan nikmat dan berkat-Nya.

Surat Ali Imran terus menceritakan bahwa setiap kali Nabi Zakaria memasuki “Mihrab” atau area doa dimana Maryam mengasingkan diri untuk beribadah, dia akan menemukan buah yang tidak sesuai musim di sisinya (Maryam). Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” [Quran 3:37]


Kelahiran Yesus

(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), Ali imran :45].

Iman dan ketaatannya kepada Allah diuji saat seorang malaikat datang kepadanya untuk memberinya kabar gembira tentang seorang anak. “Dia berkata, ‘Bagaimana saya bisa memiliki anak laki-laki sementara tidak ada orang yang menyentuh saya dan saya belum merasa tidak pantas?'”

Jibril berkata: “Demikianlah”. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan”. (Maryam:21]

Dikenal karena kesalehan dan kesuciannya di antara kaumnya, sulit bagi Maryam untuk menghadapi masyarakatnya dengan anak di luar nikah.

Dia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur Bethlehem, menjauhkan diri sepenuhnya dari masyarakat. Sendiri dalam keadaan hamil, dia melahirkan Yesus. Rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seseorang yang tidak berarti, lagi dilupakan”. (Maryam: 23)

Permohonannya kepada Allah telah memberi teladan bagi seluruh umat manusia, dan memberinya status khusus di antara semua wanita dunia.

Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Ada 4 wanita terbaik di dunia, mereka adalah: Maryam binti ‘Imran, Aasiyah, istri Firaun, Khadijah bin Khuwailid, dan Fatimah binti Muhammad Rasulullah.”

(Al-Arabiya/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kisah Tangisan Utsman Ibn Affan


Oleh: Abdul Moqsith Ghazali

Dari sepuluh orang yang dijamin masuk sorga, Sayyidina Utsman ibn Affan adalah salah satunya. Tentu ia gembira dengan kabar bahagia itu. Di sorga, Sayyidina Utsman bukan hanya akan tinggal bersama sang mertua, Rasulullah. Di sana juga ia akan melihat Allah seperti mata menyaksikan bulan purnama.

Namun, satu waktu Ustman menangis. Pulang dari ziarah ke Pekuburan Baqi’, air matanya tumpah. Ia sedih. Istri dan sahabat-sahabatnya bertanya, “wahai Utsman, kenapakah engkau menangis? Bukankah engkau termasuk salah seorang dari sepuluh orang yang masuk sorga?”.

Lirih Utsman menjawab, “Nabi SAW hanya menjamin saya masuk sorga, tapi beliau tak menggaransi saya bebas dari siksa alam barzakh”. Suasana mendadak hening. Semua terdiam. Masing-masing introspeksi diri.

Kita bukan Sayyidin Utsman. Tak ada juga yang menjamin kita akan masuk sorga. Tapi entah kenapa, kita sering mengancam orang lain sebagai penghuni neraka. Lalu lupa bahwa kita belum pantas masuk surga.

Ilahi lastu lil firdausi ahla. Wala aqwa ‘ala naril jahimi.

Rabu, 9 Agustus 2017

(suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ketika Sayyidina Ali Melakukan Jual-Beli Dengan Dua Malaikat


Kisah ini diriwayatkan oleh cucu Rasulullah, Sayyid Ja’far bin Muhammad, yang memiliki sanad dari ayahnya, lalu dari kakeknya. Suatu ketika, cerita kakek Ja’far, Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramaLlahu wajhah mengunjungi rumahnya selepas silaturahim kepada Rasulullah.

Di rumah itu Ali menjumpai istrinya, Sayyidah Fathimah, sedang duduk memintal, sementara Salman al-Farisi berada di hadapannya tengah menggelar wol.

“Wahai wanita mulia, adakah makanan yang bisa kau berikan kepada suamimu ini?” tanya Ali kepada istrinya.

“Demi Allah, aku tidak mempunyai apapun. Hanya enam dirham ini, ongkos dari Salman karena aku telah memintal wol,” jawabnya. “Uang ini ingin aku belikan makanan untuk (anak kita) Hasan dan Husain.”

“Bawa kemari uang itu.” Fathimah segera memberikannya dan Ali pun keluar membeli makanan.

Tiba-tiba ia bertemu seorang laki-laki yang berdiri sambil berujar, “Siapa yang ingin memberikan hutang (karena) Allah yang maha menguasai dan mencukupi?” Sayyidina Ali mendekat dan langsung memberikan enam dirham di tangannya kepada lelaki tersebut.

Fatimah menangis saat mengetahui suaminya pulang dengan tangan kosong. Sayyidina Ali hanya bisa menjelaskan peristiwa secara apa adanya.

“Baiklah,” kata Fathimah, tanda bahwa ia menerima keputusan dan tindakan suaminya.

Sekali lagi, Sayyidina Ali bergegas keluar. Kali ini bukan untuk mencari makanan melainkan mengunjungi Rasulullah. Di tengah jalan seorang Badui yang sedang menuntun unta menyapanya. “Hai Ali, belilah unta ini dariku.”

”Aku sudah tak punya uang sepeser pun.”

“Ah, kau bisa bayar nanti.”

“Berapa?”

“Seratus dirham.”

Sayyidina Ali sepakat membeli unta itu meskipun dengan cara hutang. Sesaat kemudian, tanpa disangka, sepupu Nabi ini berjumpa dengan orang Badui lainnya.

“Apakah unta ini kau jual?”

“Benar,” jawab Ali.

“Berapa?”

“Tiga ratus dirham.”

Si Badui membayarnya kontan, dan unta pun sah menjadi tunggangan barunya. Ali segara pulang kepada istrinya. Wajah Fatimah kali ini tampak berseri menunggu penjelasan Sayyidina Ali atas kejadian yang baru saja dialami.

“Baiklah,” kata Fatimah selepas mendengarkan cerita suaminya.

Ali bertekad menghadap Rasulullah. Saat kaki memasuki pintu masjid, sambutan hangat langsung datang dari Rasulullah. Nabi melempar senyum dan salam, lalu bertanya, “Hai Ali, kau yang akan memberiku kabar, atau aku yang akan memberimu kabar?”

“Sebaiknya Engkau, ya Rasulullah, yang memberi kabar kepadaku.”

“Tahukah kamu, siapa orang Badui yang menjual unta kepadamu dan orang Badui yang membeli unta darimu?”

“Allah dan Rasul-Nya tentu lebih tahu,” sahut Ali memasrahkan jawaban.

“Sangat beruntung kau, wahai Ali. Kau telah memberi pinjaman karena Allah sebesar enam dirham, dan Allah pun telah memberimu tiga ratus dirham, 50 kali lipat dari tiap dirham. Badui yang pertama adalah malaikat Jibril, sedangkan Badui yang kedua adalah malaikat Israfil (dalam riwayat lain, malaikat Mikail).”

Kisah yang bisa kita baca dari kitab al-Aqthaf ad-Daniyah ini menggambarkan betapa ketulusan Ali dalam menolong sesama telah membuahkan balasan berlipat, bahkan dengan cara dan hasil di luar dugaannya.

Keluasan hati istrinya, Fathimah, untuk menerima keterbatasan juga melengkapi kisah kebersahajaan hidup keluarga ini. Dukungan penuh dari Fathimah telah menguatkan sang suami untuk tetap bermanfaat bagi orang lain, meski untuk sementara waktu mengabaikan kepentingannya sendiri: makan.

***

Dari kisah di atas, semoga Allah mengaruniakan kemampuan kepada kita dalam meneladani perilaku mulia, kedermawanan dan kesahajaan keluarga Nabi ini dalam menjalani hidup, sehingga mereka beroleh keistimewaan dan balasan terbaik dari Allah SWT.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Saudagar Kaya dan Waliyullah Berbaju Kumal


Menyamar, seorang waliyullah berpakaian kumal sebelum datang memohon sumbangan ke rumah seorang saudagar kaya. Saudagar kaya itu merasa sebal dengan penampilan si wali dan mengusirnya pergi dengan kata-kata kasar.

Beberapa hari kemudian si wali datang dengan jubah keagamaan yang mewah dan berkilauan, memohon sedekah ke saudagar kaya tersebut. Si saudagar kaya yang tak mengenali penyamaran itu segera menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan makanan mewah untuk sang tamu. Lalu ia mengajak si wali menikmati makanannya. Si wali pun menanggalkan jubah keagamaannya yang mewah, melipatnya dengan rapi dan meletakkannya di atas kursi di dekat meja makan.

Katanya, “Kemarin aku datang dengan pakaian usang dan Anda mengusirku. Hari ini aku datang dengan pakaian mewah dan Anda menjamuku. Tentunya makanan ini bukan untukku tapi untuk jubah ini.”

Setelah berkata demikian wali tersebut berlalu, meninggalkan si saudagar yang kaget bukan kepalang. Lantas si wali pun menyimpulkan, “Kalau ternyata bukan diriku, melainkan pakaianku yang dihormati, mengapa aku mesti senang?”

“Dan kalau ternyata bukan diriku, melainkan apa yang kupakai yang dihina, mengapa aku mesti sedih?”

Demikianlah manusia, lebih sering menghormati apa yang melekat pada diri seseorang, seperti apa yang dipakai (pakaian dan asesorisnya), juga kekayaan yang dimiliki dan jabatan yang disandang dan bukan melihat pribadi atau keberadaan apa adanya seseorang itu sendiri.

***

Apa hikmah yang dapat kita petik dari kisah di atas?

Jika engkau dihormati orang, janganlah bangga diri. Dan kalau pun engkau tidak dihormati, jangan kecewa dan bersedih hati, sebab engkau tetap berharga.

Siapapun yang merendahkanmu saat ini, jangan sampai membuatmu runtuh, bangkitlah dan tetaplah teguh.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Darah Mina Tunggakan Saudi

Atas nama takdir, pemerintah Arab Saudi gengsi mengaku bersalah, apalagi meminta maaf.

Tragedi Mina menewaskan ribuan jamaah haji saat prosesi pelemparan jumrah, Kamis, 24 September 2015. (Foto: Otoritas Pertahanan Sipil Arab Saudi)

Kamis pagi, 24 September 2015. Jalan 407 merupakan jalur menuju lokasi pelemparan jumrah sudah dipenuhi jamaah haji sejak pagi-pagi sekali. Jumlah mereka ribuan. Bahkan, menurut informasi, dalam sejam ada 300 ribu jamaah melintas.

Sumber Albalad.co waktu itu tengah berada di dekat Jumratul Ula. Sekitar pukul delapan pagi, sehabis salat duha, dia menuju apartemen tempat menginap para jenderal tengah berhaji.

"Saya melihat ada hiruk pikuk dan teriakan bersahutan...dan saat saya lari ke Jalan 407 massa sudah saling dorong berlawanan arah, didominasi orang Arab, Pakistan, dan Bangladesh," katanya kepada Albalad.co awal bulan ini. "Saya hanya melihat beberapa orang Indonesia sempat saya tarik keluar."

Sejak saat itu, dia mengaku bekerja siang malam selama hari 20 hari mencari jenazah warga Indonesia di rumah-rumah sakit dan kamar mayat di Kota Mina.

"Kami kerja pagi, siang, dan malam mengidentifikasi mayat asal Indonesia satu demi satu di antara ribuan mayat sudah bau dan berair," ujarnya. "Hampir tiga minggu saya kerja seperti itu, sudah nggak takut lagi sama setan."

Sumber Albalad.co lainnya membenarkan tabrakan aru jamaah haji di jalan menuju lokasi pelemparan jumrah itu dipicu oleh 300 jamaah haji Iran berbalik arah karena ada jalan yang ditutup. Namun tidak ada penjelasan apa penyebab mereka melawan arus sehingga terjadi tabrakan dengan jamaah lainnya.

Surat kabar terbitan Libanon, Ad-Diyar, memunculkan laporan kehadiran rombongan Wakil Putera Mahkota Muhammad bin Salman, juga anak dari Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz, sebagai penyebab tragedi Mina. Konvoi dikawal 200 tentara dan 150 polisi ini telah menutup jalan sehingga memaksa jamaah berbalik arah.

Bahkan, tulis Ad-Diyar dan kantor berita Fars, sehari setelah kejadian Saudi diam-diam memancung 28 petugas haji dinyatakan bersalah atas musibah itu. Lagi-lagi Saudi membantah informasi ini.

Sumber Albalad.co tersebut membenarkan pemerintah Arab Saudi berusaha keras menutupi penyebab dan bagaimana tragedi paling memilukan sepanjang sejarah haji itu bisa terjadi. "Tidak ada wartawan Saudi berani memberitakan. Semua pemberitaan ditutup," tuturnya.

Cerita beredar tabrakan terjadi karena ada rombongan jamaah diminta memutar balik sebab semua jalan ditutup, seperti dilansir the Guardian. "Polisi menutup semua pintu masuk dan keluar ke kamp para jamaah, cuma menyisakan satu jalan," tutur Ahmad Abu Bakar, 45 tahun, jamaah haji asal Libya bareng ibunya selamat dari tragedi.

Kala itu, cuma Iran negara muslim berani menuntut Saudi untuk bertanggung jawab. Mereka bahkan berencana menggugat sejumlah pejabat Saudi berwenang dalam penyelenggaraan ibadah haji ke pengadilan internasional.

"Masalah ini tidak akan dilupakan dan negara-negara Islam akan serius mempertanyakan hal itu," kata pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei lewat situs resminya leader.ir. "Bukan menuding ini dan itu, Arab Saudi harusnya menerima tanggung jawab dan meminta maaf kepada kaum muslim dan keluarga korban."

Iran memang pantas murka. Korban meninggal paling banyak adalah jamaah haji mereka, yakni 400-an orang. "Kematian lebih dari seribu orang bukan persoalan kecil. Negara-negara muslim harus memusatkan perhatian pada hal ini," kata Khamenei.

Raja Salman langsung memerintahkan pembentukan komite investigasi. Meski korban meninggal dan luka dari beragam negara, Arab Saudi menolak mengajak perwakilan dari negara-negara yang jamaah hajinya menjadi korban masuk dalam tim penyelidikan.

Dalam hitungan hari, komite ini merilis jumlah korban tewas 734 orang dan yang cedera 900-an. Namun sejak itu tidak pernah ada perkembangan penyelidikan diumumkan.

Padahal, hasil investigasi kantor berita Assciated Press dan Reuters menyebutkan korban tewas dalam Tragedi Mina itu berjumlah lebih dari 2.4400 orang. Itu pun baru data resmi dari 30 negara. Padahal ada 180 negara mengirim jamaah haji.

Atas nama takdir, pemerintah Arab Saudi gengsi mengaku bersalah, apalagi meminta maaf. Padahal Petaka Mina ini muncul dua pekan setelah sebuah derek raksasa jatuh di Masjid Al-Haram, Kota Makkah, Insiden ini menewaskan 111 jamaah haji dan melukai 200-an lainnya.

Seperti kata Mufti Agung Arab Saudi Syekh Abdul Aziz asy-Syekh, para pejabat negara Kabah itu tidak pantas disalahkan atas tragedi Mina. "Kalian tidak bersalah atas apa yang telah terjadi. Ketika segalanya tidak bisa dikontrol oleh manusia, kalian tidak boleh dituding,” kata Syekh Abdul Aziz dalam pidatonya disiarkan lewat televisi. “Takdir tidak mungkin dihindari."

Sayangnya, kini tidak ada lagi satu negara muslim pun berani menuntut Arab Saudi bertanggung jawab. Ketika Raja Salman melawat ke Indonesia Maret lalu, Presiden Joko Widodo juga tidak bernyali menagih. Padahal darah Mina adalah tunggakan mereka.

(Fars-News/AP/Ad-Diyar/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Lari Dari Raqqah, Pemudi Suriah Membawa Kenangan Menakutkan


Mendengar kisah pemudi-pemudi Suriah yang berhasil melarikan diri dari pusat kekhalifahan ISIS, Raqqah, membongkar kenangan menakutkan yang pernah dialami oleh mereka selama berada dalam kepungan kelompok teroris ini.

Dari sejak operasi pembebasan kota Raqqah berlangsung, anak-anak dan pemuda pemudi yang berhasil melarikan diri ini senantiasa mengingat kebiadaban ISIS di jalanan yang terjelma kepala-kepala yang telah disembelih dan jasad-jasad bergelimpangan yang sedang membusuk.

Seluruh keluarga yang berdomisili di kota yang sedang dilanda perang ini hanya memiliki satu pilihan mengerikan: tetap diam di rumah dan menyaksikan kebiadaban ISIS dan bombardir pasukan-pasukan koalisi, atau melarikan diri dan lantas ditangkap kembali atau terjebak ranjau yang telah ditebarkan.

Rasyidah adalah seorang pemudi berusia 13 tahun yang berhasil melarikan diri dari kota Raqqah. Ia bercerita kepada regu penolong, “ISIS dengan leluasa memotong kepala warga dan membiarkan jasad mereka bergelimpangan di jalanan. Kami menyaksikan semua adegan ini. Akan tetapi, kami tidak mampu berbuat apa-apa. Ketika hendak beranjak tidur, saya selalu mengingat adegan ini dan akhirnya tidak bisa memejamkan mata.”

Menurut pengakuan pemudi Suriah yang masih belia ini, ISIS sengaja memamerkan asad-jasad tanpa kepala itu di hadapan anak-anak Suriah.

Rasyidah pun tidak mau sekolah, karena ISIS memang sengaja ingin mencuci otak seluruh siswa.

(Daily-Mail/Al-Alam/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kisah Baju Rasulullah Yang Disedekahkan dan ‘Pulang’ Kembali


Suatu hari ada seorang pengemis mengetuk pintu rumah Rasulullah Saw. Pengemis itu berkata, “Saya pengemis ingin meminta sedekah dari Rasulullah.”

Mendengar hal itu, Rasulullah berkata kepada istri beliau, “Wahai istriku berikan baju ini kepada pengemis itu.”

Dengan hati yang sangat gembira, pengemis itu menerima pemberian beliau, dan langsung pergi ke pasar serta berseru di keramaian orang di pasar, “Siapa yang mau membeli baju Rasulullah?” Maka dengan cepat berkumpullah orang-orang, dan semua ingin membelinya.

Ada seorang yang buta mendengar seruan tersebut, lalu menyuruh budaknya agar membelinya dengan harga berapapun yang diminta, dan ia berkata kepada budaknya, “Jika kamu berhasil mendapatkannya, maka kamu merdeka.”

Akhirnya budak itupun berhasil mendapatkannya. Kemudian diserahkanlah baju itu kepada tuannya yang buta tadi.

Alangkah gembiranya si buta tersebut, dengan memegang baju Rasulullah yang didapat, dia kemudian berdoa dan berkata, “Yaa Rabb dengan hak Rasulullah dan berkat baju yang suci ini maka kembalikanlah pandanganku.”

Dan… dengan izin Allah, spontan orang tersebut dapat melihat kembali.

Keesokan harinya, iapun pergi menghadap Rasulullah dengan penuh gembira dan berkata, “Wahai Rasulullah… pandanganku sudah kembali dan aku kembalikan baju Anda sebagai hadiah dariku.”

Sebelumnya orang itu menceritakan kejadiannya sehingga Rasulullah pun tersenyum kepadanya.

Kemudian Rasulullah berkata kepada istri beliau, “Perhatikanlah baju itu wahai istriku, dengan berkah-Nya, ia telah mengayakan orang yang miskin, menyembuhkan orang yang buta, memerdekakan budak dan kembali lagi kepada kita.”

Mencerap hikmah dari kisah di atas, semoga Allah SWT memudahkan kita untuk bermurah hati, gemar bersedekah dengan ikhlas tanpa rasa khawatir bakal kekurangan harta.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Wanita Yang Menyusul Nabi Ibrahim Masuk ke Kobaran Api


Keputusan Raja Namrud sudah bulat. Disaksikan khalayak ramai, para prajurit dan seisi penghuni istana, tubuh Nabi Ibrahim as akhirnya dilempar dengan ketapel raksasa ke dalam kobaran api. Setiap pasang mata yang menyaksikan terperanjat. Yang terjadi ternyata di luar dugaan. Tubuh utusan Allah itu tidak sedikitpun terbakar. Dari atas sebuah gundukan, putri Raja Namrud yang bernama Ra’dah bahkan menyaksikan di sekeliling kobaran api terhampar taman yang indah.

“Wahai Ibrahim, apa yang membuat api ini tidak membakarmu?” tanya Ra’dah mencoba mendekati Ibrahim yang masih di tengah kobaran api.

“Siapa saja yang membaca ‘Bismillahirrahmanirrahim’ dan dalam hatinya terdapat makrifatullah, niscaya api tak akan membakarnya,” jawab manusia yang dikenal sebagai ‘Khalilullah’ (kekasih Allah) itu.

“Saya ingin bersamamu,” pinta putri Namrud.

“Katakanlah, ‘laa ilaaha illallah Ibrahim khalilullah,’ lalu masuklah ke dalam api!”

Ra’dah melakukan apa yang disampaikan Bapak Tauhid itu, lalu melangkahkan kakinya tanpa ragu menembus kobaran api. Tubuh putri penguasa itu tak sedikitpun terjilat api. Masih dalam kobaran api yang menyala-nyala, perempuan itu secara tulus menyatakan keimanannya.

Melihat putrinya mengikuti ajaran tauhid itu, Namrud merasa sangat terhina apalagi disaksikan khalayak ramai. Setelah keluar dari kobaran api dengan selamat, Ra’dah dibawa ke hadapan ayahnya. Namrud meminta putrinya keluar dari ajaran Ibrahim itu. Tapi, Namrud tidak berhasil. Sang raja marah besar dan menyuruh prajuritnya untuk menyalib anaknya yang telah ‘durhaka’ itu. Di bawah terik panas matahari, tangan perempuan beriman itu disalib dengan empat paku.

“Bantulah hamba-Ku,” perintah Allah pada Malaikat Jibril.

Ra’dah akhirnya diselamatkan oleh Jibril dan dibawanya ke Ibrahim. Bersama nabi yang termasuk ulul ‘azmi itu, Ra’dah melalui hidup dengan segala derita dan cobaan yang begitu berat. Hingga suatu ketika Ibrahim menikahkan putranya dengan Ra’dah dan Allah menganugerahi banyak keturunan yang sebagian besar dari mereka pun menjadi nabi. []

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Rahasia Panjang Umur Kura-Kura


Seekor ikan bertanya kepada kura-kura, ”Mengapa setiap kali kamu mengalami masalah selalu bersembunyi, masuk ke dalam cangkangmu? ”

Kura-kura balik bertanya, “Apa penting pertanyaan itu aku jawab?”

Ikan berkata, “Semua makhluk di perairan ini mempertanyakan sifatmu yang selalu bersembunyi jika ada masalah.”

Kura kura berkata, ”Komentar orang lain apakah penting? Aku tidak menghindar, aku tidak lari dari kenyataan. Tapi aku hanya mencari suasana yang lebih damai di dalam cangkangku.”

Ikan bertanya lagi, “Tetapi apakah kamu tidak peduli meski selalu jadi bahan pembicaraan yang lain?”

Kura-kura menjawab, “Inilah alasan mengapa aku lebih panjang umur daripada kalian. Kalian terlalu sibuk mengurusi kehidupanku sampai kalian lupa siapa diri kalian. Kalian terlalu sibuk memperhatikan diriku sampai kalian lupa siapa diri kalian.”

***

Apa hikmah yang dapat kita petik dari sepenggal kisah singkat di atas?

Dalam hidup ini, kita sendiri yang menentukan pilihan, misalnya tentang apa yang mesti kita kerjakan.
Maka berbuatlah yang terbaik dan biarkanlah orang lain mau berkomentar apapun.

Seperti kata si bijak, “Orang yang menyukaimu tetap akan membenarkanmu sekalipun kamu keliru.
Sebaliknya orang yang membencimu selalu akan menyalahkanmu sekalipun kamu benar.”

Jadi cobalah renungkan sejenak, sudah berapa banyak waktu kita terbuang hanya untuk mengurusi kehidupan orang lain sehingga kita lupa pada diri sendiri, bahkan kapan harus makan dan istirahat?

Mulai saat ini, sayangi dirimu dengan lebih peduli pada urusanmu sendiri. Sebab engkau akan menjadi orang yang selalu kekurangan saat dirimu selalu ingin tahu dan ikut campur urusan orang lain.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Tantang Rezim Lenyap Tiga Pangeran

Dalam dua tahun terakhir, tiga pangeran asal Arab Saudi hilang diculik dan hingga kini tidak diketahui nasibnya, karena getol mengkritik rezim Bani Saud.

Pangeran Sultan bin Turki, diculik pada 1 Februari 2016 karena getol mengkritik pemerintah Arab Saudi. (Foto: Hugh Miles)

Subuh pada 12 Juni 2003, seorang pangeran diantar ke sebuah istana di pinggiran Kota Jenewa, Swiss. Namanya Sultan bin Turki bin Abdul Aziz, sedangkan istana dituju kepunyaan Raja Arab Saudi Fahad bin Abdul Aziz.

Pangeran Abdul Aziz bin Fahad, putra kesayangan Raja Fahad, mengundang Pangeran Sultan bin Turki untuk sarapan bareng. Dia meminta Pangeran Sultan kembali ke Arab Saudi. Dia bilang konflik meletup akibat kritik Pangeran Sultan terhadap kepemimpinan Raja Fahad akan diselesaikan.

Pangeran Sultan menolak. Pangeran Abdul Aziz kemudian menelepon seseorang. Menteri Urusan Islam Arab Saudi Syekh Saleh asy-Syekh - juga hadir dalam ruangan sama - segera pergi. Tidak lama berselang, sekelompok lelaki bertopeng menerobos masuk. Mereka memukuli pangeran Sultan dan mengikat kedua tangannya, lalu menusukkan sebuah jarum ke lehernya.

Dalam keadaan pingsan, Pangeran Sultan, 49 tahun, diangkut ke bandar udara di Jenewa. Dia lalu dibawa masuk ke dalam sebuah pesawat Medevac sudah siap terbang.

Hanya itu yang diingat Pangeran Sultan. Dia menceritakan penculikan dirinya tersebut beberapa tahun kemudian di sebuah pengadilan Swiss.

Di antara anak buah Pangeran Sultan, menunggu sang majikan kembali ke hotel tempat menginap di Jenewa sepulang sarapan, adalah Eddie Ferreira, staf komunikasinya. "Kami tidak bisa menghubungi tim keamanan. Itulah kecurigaan pertama," kata Ferreira mengenang kejadian itu, seperti disiarkan dalam film dokumenter BBC Arabic kemarin malam. "Kami berusaha menelepon pangeran, tidak ada respon, tak ada jawaban."

Kemudian sorenya, datang dua tamu tidak disangka.

"Duta besar Saudi untuk Swiss tiba bersama manajer hotel dan meminta kami semua beres-beras dan segera keluar dari hotel," ujar Ferreira. "Dia bilang Pangeran (Sultan bin Turki) telah berada di Riyadh, layanan kami tidak diperlukan lagi dan kami dapat pergi."

Setahun sebelum penculikan itu, Pangeran Sultan bin Turki tiba Eropa untuk menjalani perawatan medis. Di sana dia mulai memberikan wawancara-wawancara mengkritik pemerintah Saudi. Dia mengecam pelanggaran hak asasi manusia, mengeluhkan korupsi dilakukan pangeran dan pejabat, serta menyerukan serangkan perubahan.

Bahkan sejak 1932, ketika Raja Abdul Aziz bin Saud merupakan pendiri Arab Saudi berkuasa, negara Kabah itu diperintah secara absolut dan tidak menolerir penentang penguasa.

Setelah diculik dari Jenewa, Pangeran Sultan bin Turki bolak balik dipenjara dan menjalani status tahanan rumah di Ibu Kota Riyadh, Arab Saudi. Karena kesehatannya terus memburuk, keluarga kerajaan pada 2010 mengizinkan dia berobat ke Kota Boston, Massachusetts, Amerika Serikat.

Tapi apa yang dilakukan di negara adikuasa itu malah makin membikin keluarga kerajaan berang. Dia mengajukan gugatan ke pengadilan di Swiss, menuding Pangeran Abdul Aziz bin Fahad dan Syekh saleh asy-Syekh bertanggung jawab atas penculikannya pada 2003.

Pengacaranya asal Amerika Clyde Bergstresser berhasil emmperoleh catatan medis dari Rumah Sakit Khusus Raja Faisal di Riyadh, di mana Pangeran Sultan bin Turki dirawat di sana pada 13 Juni 2003. Catatan itu menyebutkan sebuah tabung telah ditempatkan ke dalam mulutnya untuk membantu dia bernapas ketika sedang dibius. Satu sisi diafragmanya rusak, kemungkinan akibat dipukuli saat diculik.

Untuk pertama kalinya seorang pangeran senior Saudi mengajukan gugatan pidana terhadap anggota keluarga kerajaan di sebuah pengadilan di negara Barat.

Namun Bergstresser bilang aparat berwenang Swiss kurang bergairan menangani kasus tersebut.

"Tidak ada yang dilakukan untuk mencari tahu apa yang terjadi di bandar udara (pada 12 Juni 2003)," tutur Bergstresse. "Siapa pilotnya? Rute penerbangan mereka setelah pesawat itu tiba dari Arab Saudi? Penculikan ini terjadi di wilayah Swiss dan orang akan berpikir ada sesuatu yang menarik bagaimana itu terjadi."

Pada Januari 2016, Pangeran Sultan bin Turki tengah menginap di sebuah hotel eksklusif di Ibu Kota paris, Prancis, ketika Pangeran Saud bin Saif an-Nasr juga diculik.

Pangeran Sultan bin Turki berencana mengunjungi ayahnya, juga pengkritik pemerintah Saudi, tinggal di Ibu Kota Kairo, Mesir. Meski pernah diculik pada 2003, dia menerima tawaran dari Konsulat Saudi untuk menggunakan sebuah jet pribadi.

Pangeran Sultan bin Turki pada 1 Februari 2016 akhirnya terbang dari Paris bersama sekitar 18 orang anggota rombongannya, termasuk satu dokter pribadi, perawat, dan para pengawal dari Amerika dan Eropa.

Dua anggota rombongan bercerita bagaimana Pangeran Sultan bin Turki kembali diculik.

"Kami dibawa ke landasan dan di sana sudah terparkir sebuah pesawat raksasa...ada tulisan Arab Saudi di bodinya," kata seorang anggota rombongan Pangeran Sultan bin Turki.

"Hanya saja yang aneh adalah ada banyak kru dalam pesawat dan semuanya lelaki," ujar satunya lagi.

Pesawat Boeing 747 itu kemudian lepas landas dan layar monitor di kursi pesawat menunjukkan pesawat ini terbang menuju Kairo. Namun setelah perjalanan berlangsung sekitar 2,5 jam, layar monitor itu mati.

Pangeran Sultan bin Turki sedang tidur dalam ruangan di pesawat pribadi itu, tapi dia bangun sejam sebelum mendarat. Dia melihat melalui jendela dan kelihatan cemas.

Setelah mengetahui pesawat bakal mendarat di Arab Saudi, Pangeran Sultan mulai memukuli pintu kokpit dan menangis minta tolong. Seorang anggota kru pesawat meminta dia rombongan pangeran tetap di kursi masing-masing.

Sehabis mendarat di Riyadh, lusinan mobil dan kendaraan militer, tentara dan polisi bersenjata berat segera mengepung. Pangeran Sultan bin Turki kemudian ditarik keluar pesawat seraya menendang dan berteriak histeris menuju sebuah mobil.

Dia kemudian berteriak kepada rombongannya, memberitahu mereka semua sudah diculik dan mereka harus memberitahu kedutaan besar masing-masing. Sejak saat itu, Pangeran Sultan bin Turki tidak pernah lagi terlihat di depan publik.

Semua anggota rombongannya, termasuk beberapa gadis Barat, ditahan tiga hari di Arab Saudi.

Pertama-tama, semua peralatan elektronik dan paspor mereka disita. Mereka kemudian dibawa ke sebuah hotel di Riyadh oleh tentara Saudi bersenjatakan senapan mesin.

Selalu dalam penjagaan petugas bersenjata dan tanpa paspor membuat 18 anggota rombongan Pangeran Sultan bin Turki tdak bisa meninggalkan hotel. Semua telepon seluler dan peralatan elektronik mereka lalu dikembalikan setelah menghapus gambar dan bukti-bukti penculikan, kecuali satu fto terlewat.

Di hari ketiga, seluruh anggota rombongan Pangeran Sultan bin Turki itu digiring ke dalam sebuah kamar di hotel itu. Di sana seorang pejabat militer Saudi meminta maaf atas ketidaknyaman tersebut dan meminta mereka semua menandatangani dokumen-dokuemn dalam bahasa Arab tidak mereka pahami isinya.

Para penculik itu lantas menanyakan ke mana mereka ingin pergi. Mereka lalu dibawa ke bandar udara di Riyadh. Setelah melewati pemeriksaan keamanan, mereka diangkut ke dalam sebuah pesawat beberapa menit sebelum lepas landas dan paspor mereka dikembalikan.

Pangeran Sultan bin Turki adalah satu dari tiga pangeran Saudi diculik kembali ke negara asalnya dalam dua tahun terakhir. Ketiganya getol mengkritik rezim Bani Saud berkuasa di negara Kabah itu.

Dalam waktu hampir bersamaan dengan hilangnya Pangeran Sultan bin Turki, Pangeran Saud bin Saif an-Nasr bin Saud bin Abdul Aziz bernasib serupa. Dia gemar berjudi di kasino dan bermalam di hotel-hotel mahal di Eropa.

Pada Maret 2014, dia mulai mengkritik Kerajaan Saudi di akun Twitternya. Dia menyerukan para pejabat Saudi terlibat dalam penggulingan Presiden Mesir Muhammad Mursi setahun sebelumnya diadili. Dia menuduh miliaran dolar Amerika bantuan Saudi kepada mesir telah dicuri di tahun-tahun terakhir kepemimpinan Raja Abdullah bin Abdul Aziz.

Dia secara terbuka menyerukan pencopotan Pangeran Muhammad bin Salman, sejak 21 Juni lalu ditunjuk sebagai Putera Mahkota Arab Saudi Pada 5 September 2015, ketika seorang pangeran Saudi menerbitkan sebuah surat berisi seruan buat mengkudeta Raja Salman bin Abdul Aziz, Pangeran Saud satu-satunya anggota keluarga kerajaan mengumumkan dukungan atas seruan itu.

Namun empat hari kemudian Twitternya bungkam dan Pangeran Saud bin Saif hilang.

Menurut Pangeran Khalid bin Farhan, juga pembelot, Pangeran Saud dijebak dalam penerbangan menggunakan sebuah jet pribadi dari Milan ke Roma untuk membahas sebuah kesepakatan bisnis dengan satu perusahaan Rusia-Italia, ingin membuka cabang di kawasan Arab Teluk.

"Intelijen Saudi telah mengatur keseluruhan operasi penculikan itu," kata Pangeran Khalid. "Sekarang nasib Pangeran Saud mirip Pangeran Turki (bin Bandar), dalam penjara bawah tanah."

Pangeran Turki bin Bandar bin Muhammad bin Abdurrahman tadinya seorang polisi berpangkat mayor, bertugas mengawasi keluarga kerajaan. Namun karena sengkta tanah warisan, dia kahirnya dipenjara.

Setelah dibebaskan, dia mengasingkan diri ke Paris dan meminta suaka politik. Pada 2009, Pangeran Turki mulai menyerukan reformasi di Arab Saudi daan pada Maret 2011 dia muncul di media Iran.

Pada 2012, Pangeran Turki mulai mengunggah rekaman-rekaman video ke YouTube, meminta reformasi di Arab Saudi. Dia melakoni hal ini selama tiga tahun dan akhirnya hilang pada 2015.

Setelah mencoba mencari tahu keberadaan Pangeran Turki, rekannya, Wail al-Khalaf - narablog sekaligus aktivis - menemukan sebuah artikel dalam sebuah surat kabar terbitan Maroko Di sana ditulis Pangeran Turki tadinya mau kembali ke Prancis setelah mengunjungi Maroko ketika dia ditangkap dan dipenjara. Kemudian ada permintaan deportasi dari pemerintah saudi, kemudian dikabulkan pengadilan di Maroko.

Sebelum diculik ke Saudi, Pangeran Turki sempat memberikan buku tulisannya kepada Wail. Di sana dia menyatakan dirinya sadar bisa diculik atau bahkan dibunuh karena getol mengkritik pemerintah Saudi. "Saya tahu saya bakal diculik atau mereka akan membunuh saya. Saya juga tahu bagaimana mereka melanggar hak-hak saya dan rakyat Saudi."

Masih tersisa satu pembelot lagi dari keluarga Kerajaan Saudi, yakni Pangeran Khalid bin Farhan. Dia kabur ke Jerman pada 2013. Dia bilang kini tinggal dirinya tersisa dari pangeran Saudi pembelot tinggal di Eropa.

"Saya sudah yakin sejak lama. Jika mereka bisa melakukan itu (menculik saya), mereka telah melakukan saat ini," kata Pangeran Khalid. "Saya sangat hati-hati tapi itulah harga dari kebebasan saya."

(BBC/The-Guardian/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Sufi Yang Tertolak Bumi


Suatu ketika, salah seorang murid Yusuf, Ibrahim al Khawwas dalam mimpinya, mendengar suara tak dikenal, “Pergilah, dan katakan pada Yusuf, ‘Engkau adalah orang yang tertolak.’”

Bagi seorang murid, kata-kata ini terdengar begitu menyakitkan di telinga. Bukan hanya karena Yusuf merupkan guru dalam pengembaraan spiritualnya, tapi juga karena sosok Yusuf yang amat sangat dihormati hampir seluruh masyarakat di zamannya.

Karenanya, bagi Ibrahim, akan lebih mudah untuk menahan himpitan gunung yang jatuh di atas kepalanya daripada harus mengatakan apa yang ada dalam mimpinya.

Belum juga hilang gelisah dalam batinnya, Ibrahim kembali memimpikan hal yang sama di malam berikutnya. Sebuah suara yang tak dikenalnya kembali menggaung di telinga. “Katakan padanya, “Engkau adalah orang yang tertolak!”

Ia pun terbelalak seraya bergegas menuju masjid. Membersihkan diri, dan kemudian duduk dzikir, untuk meminimalisir ketakutannya.

Namun, untuk ke sekian kalinya, mimpi itu kembali hadir. Bahkan, kali ini tampak lebih keras dan bernada mengancam, “Katakan padanya, ‘Engkaulah yang tertolak’. Jika pesan ini tidak kau sampaikan, maka engkau tidak akan sanggup bangkit dari tempat tidurmu ini!”

Ibrahim segera terbangun dengan kesedihan yang dalam. Hal yang serupa ia lakukan juga, pergi ke masjid dan dzikir.

Kali ini, ia melihat sang guru rupanya sedang duduk dzikir. Ibrahim yang sedari beberapa waktu digelisahkan mimpi, akhirnya memilih duduk agak jauh dari Yusuf.

Sayangnya, sang guru yang kala itu sedang dzikir justru menghampirinya, sembari berkata, “Muridku, apakah engkau hafal satu saja ayat Al Qur’an?” tanyanya.

“Ya,” jawab Ibrahim singkat. Lalu, ia pun membacakannya satu ayat yang mampu ia ingat.

Mendengar lantunan Ibrahim, Yusuf tampak sangat bahagia. Ia pun kemudian bangkit dan mematung sejenak. Berusaha menutupi air matanya yang mengalir begitu deras dari hadapan muridnya.

“Sejak dini hari sampai saat ini,” kata Yusuf, “Aku mendengarkan berbagai bacaan ayat Al Qur’an dari para muridku. Namun, tak satu pun bacaan mereka mampu mengalirkan satu tetes air mata pun. Kini, melalui satu ayat, suatu keadaan telah mewujud—air mata telah mengalir deras dari kedua mataku. Manusia benar, bahwa aku adalah orang yang tertolak bumi. Seseorang yang dapat begitu terhanyut dalam sebuah syair puisi lagu, sementara Al Qur’an tidak berpengaruh padanya—ia sungguh orang yang tertolak.”

Mendengar penjelasan sang guru, Ibrahim semakin bingung dan mulai ragu dengan gurunya itu. Apakah ia sudah tepat berguru kepada Yusuf? Kalau sudah tepat, mengapa Yusuf termasuk orang yang tertolak, bahkan ditolak oleh bumi?

Sembari berjalan menyusuri padang pasir yang luas, Ibrahim bertemu dengan Khidir as. Khidir berkata, “Yusuf telah mendapat hadiah dari Allah. Ia tertolak bumi, karena tempatnya memang bukan di bumi, tapi di surga. Di kala semua orang di sekelilingnya sanggup merintih, sedih, terhanyut, bahkan menangis karena syair puisi, namun Yusuf menangis karena ayat Tuhannya. Bukankah itu lebih baik daripada terhanyut karena syair manusia?

——

Fariduddin Aththar berkisah tentang Abu Ya’qub Yusuf ibn al Husain ar Radardhi. Ia merupakan salah seorang sufi berasal dari Rayy.

Yusuf berkelana ke beberapa wilayah Timur Tengah untuk menuntut ilmu, dan sempat bertemu Dzun Nun Al Misri di Mesir, dan kemudian belajar di bawah bimbingannya.

Ia kembali ke Rayy untuk berkhotbah dan meninggal pada 304 H/ 916 M di sana.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Karomah Syeikh Yasin Menurut Kesaksian Banyak Orang


Sebelumnya sudah diulas tentang sosok Syeik Yasin, seorang ulama Mekkah berdarah Indonesia yang dikagumi dunia karena keluasan ilmunya.

Namun masih ada hal menarik dari sosok Syeikh Yasin, bahwa selain ilmunya yang luas, dia juga memiliki karomah. Yakni kelebihan dan kemuliaan yang bukan rahasia umum lagi. Semua ulama dan murid yang mengenalinya dibuat takjub karena karomah tersebut. Apa saja?

Pernah suatu ketika ada seorang tamu asal Syiria, Zakaria Thalib, mendatangi rumah Syeikh Yasin pada hari Jumat. Ketika azan Jumat dikumandangkan, Syeikh Yasin masih saja di rumah. Akhirnya tamu tersebut keluar dan shalat di masjid terdekat.

Seusai shalat Jumat, ia menemui seorang kawan dan ia pun bercerita pada temannya bahwa Syeikh Yasin tidak shalat Jumat. Namun, hal itu dibantah temannya tersebut seraya berkata: “Kami sama-sama Syeokh Yasin shalat di Nuzhah, yaitu di Masjid Syeikh Hasan al-Masysyath yang jaraknya jauh sekali dari rumah beliau.”

KH M Abrar Dahlan juga pernah bercerita, suatu hari Syeikh Yasin menyuruhnya membuatkan syai (teh) dan shisa Arab. Setelah Abrar menghidangkannya dan Syeikh Yasin mulai meminum teh, dia pun keluar menuju Masjidil Haram.

“Ketika kembali, saya melihat Syeikh Yasin baru pulang mengajar dari Masjidil Haram dengan membawa beberapa kitab. Saya menjadi heran dan merasa aneh, anehnya tadi di rumah menyuruh saya bikin teh, sekarang beliau baru pulang dari masjid,” kata KH Abrar.

Kisah lainnya, pernah salah seorang murid Syeikh Yasin, KH Abdul Hamid dari Jakarta, menghadapi kesulitan dalam mengajar ilmu fiqih “bab diyat”, sehingga pengajian terhenti karenanya. Malam hari itu juga, dia mendapati sepucuk surat dari Syeikh Yasin.

Begitu membuka isi surat tersebut ternyata isinya adalah jawaban dari kesulitan yang sedang dihadapinya. Ia pun merasa heran, dari mana Syeikh Yasin tahu, sedangkan ia sendiri tidak pernah menanyakan kepada siapapun tentang kesulitan ini.

Syeikh Mukhtaruddin asal Palembang juga bercerita: “Ketika Presiden Soeharto sedang sakit mata, beliau mengirim satu pesawat khusus untuk menjemput Syeikh Yasin. Akhirnya Pak Soeharto pun sembuh berkat doa beliau.”

Syeikh Yasin berpulang ke hadhirat-Nya pada Jumat shubuh 27 Dzul Hijjah tahun 1410 H bertepatan tanggal 20 Juli 1990 dalam usia 75 tahun.

Dalam waktu singkat berita kewafatannya menyebar luas. Orang-orang pun berdatangan berduyun-duyun untuk bertakziyah. Wajah beliau ketika wafat tampak berseri-seri dan tersenyum.

Setelah disalati usai shalat Jum’at, jasad Syeikh Yasin dimakamkan di pemakaman Ma’la. Kebesaran Allah tampak dalam prosesi penguburan jenazah ulama besar tersebut.

Begitu jenazah dimasukkan ke liang lahat, bukan liang yang sempit dan lembab yang tampak. Tapi liang tersebut berubah menjadi lapangan yang luas membentang disertai semerbak aroma yang harum mewangi dan menyegarkan.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

1970, Rumah Nabi dan Sahabat Masih Kokoh Berdiri di Makkah


Mohammed Rashid, seorang warga Emirat adalah satu dari 4.500 jamaah haji dari UAE pada 1975. Saat itu cuaca dingin selama haji dengan jumlah jamaah satu juta setengah orang. Setiap tahun Arab Saudi menghabiskan jutaan uang untuk ekspansi dengan jumlah jamaah yang meningkat.

Hotel bintang lima di sekitar Masjidil Haram, toko-toko dan komersialisasi Makkah telah mengubah kota yang begitu sederhana kini menjadi kota modern yang ramai dan mahal. "Dulu, Anda biasa melihat keledai, kuda, dan Anda bisa berjalan ke situs-situs bersejarah Islam seperti rumah-rumah sahabat dan istri Nabi Muhammad, dan bahkan rumahnya sendiri, dan kemudian Anda bisa berkeliaran di sepanjang pegunungan," kata Rashid.

Menurutnya, tempat itu begitu sederhana dan jamaah benar-benar bisa bertemu dan tinggal bersama keluarga lokal di Makkah. Selama bertahun-tahun, pemerintah Saudi telah menghancurkan banyak situs Islam dan bersejarah, termasuk rumah Nabi dan rekan-rekannya serta istrinya.

Menurut kepercayaan mereka, mempertahankan monumen atau benda bersejarah itu dapat menimbulkan syirik-politeisme. Selama beberapa dasawarsa telah terjadi perubahan penting untuk membantu peziarah, seperti menyediakan air bersih. Sebelumnya, truk air akan didistribusikan.

Dulu tidak ada tenaga medis. Sekarang setiap negara harus mengirimkan juga delegasi medis sendiri. Meski Saudi tetap menyediakan fasilitas ini seperti dokter dan perawat. Penyakit tetap menjadi perhatian utama.

Pada masa lalu demam kuning dan malaria sering terjadi, sementara Flu Babi dan Mers Coronavirus baru sekarang mengambil alih 'panggung'. Sejak saat itu, pemeritah Saudi sudah menetapkan vaksin wajib seperti vaksin Meningococcal (Quadruple) terhadap meningitis, vaksin influenza musiman dan vaksin pneumokokus.

(Republika/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Mualaf Amerika dan Agama Selaras Dengan Logika/ Saya Temukan Kedamaian Dalam Islam


April Fuller menghadapi banyak respon beragam setelah mengumumkan keislamannya.

Menurut laporan IQNA, menurut pengumuman Dewan Hubungan Islam – Amerika (CAIR), sekitar 7 juta muslim tinggal di Amerika dan menurut laporan kelompok politik luar negeri, Islam adalah agama terbesar kedua dan sedang berkembang pesat di dunia.

Himpunan dokumentasi informasi agama Amerika juga mengabarkan kehadiran sekitar 4 ribu muslim di propinsi Mississippi.

Salah satu muslim Mississippi adalah April Fuller; seorang remaja putri dan setelah memeluk Islam, ia melihat kedamaian khusus dalam agama ini.

Ia mendapat bombardir pelbagai pesan setelah mengumumkan kemualafan dirinya dalam laman Facebooknya.

Pendeta gereja yang memiliki deduksi keliru tentang Islam menulis untuknya, sekarang menurut keyakinan agama kalian, saya adalah seorang kafir dan musuh anda. Sangat memalukan anda berpaling dari Tuhan yang sangat sayang (Masih) dan komitmen dengan seorang nabi pendusta!

Namun sahabat karib kecilnya menulis, saya tahu orang lain akan menyakitimu; namun ini adalah keputusanmu dan semoga baik buatmu.

Paman April juga seorang pendeta gereja Baptist di kota Raleigh, Mississippi, yang memiliki 1500 penduduk dan banyak simpatisan.

Fuller memeluk Islam sementara keluarganya adalah penganut Kristen yang taat, karena untuk pertama kali bagi dirinya melihat sebuah agama dengan logika yang tepat.

April adalah seorang pelajar kesusastraan Inggris dan seorang yang berkeyakinan. Ia mengerti akan adanya Tuhan, namun keyakinan Kristen tentang Baptis tidak selaras dengan logikanya.

Ia kenal dengan seorang remaja muslim saat duduk di bangku kuliah dan ini yang menyebabkan ia mengenal Islam.

Ia mengatakan, saya berbicara tentang Islam dengan sahabatku, semakin banyak ia menjelaskan Islam kepada saya semakin banyak pula saya menemukan arti Islam tersebut.

April menambahkan, Islam memiliki logika. Dalam Kristen harus menerima keyakinan secara membabi buta. Sudah sangat lama saya terdiam saat memiliki pertanyaan; namun dalam Islam keraguan dan kebimbangan adalah hal yang diterima dan diupayakan untuk menjawabnya.


Fuller mengatakan, saya tahu kemusliman dirinya akan mendapat banyak respon; namun ia tidak menyangka akan mendapat respon separah ini di Facebook, sementara mayoritas kawan-kawannya sangat gampang menerima perubahan ini, namun generasi sebelumnya kebanyakan tidak bisa menerima masalah ini.

Salah seorang anggota gereja dimana Fuller sebelum muslim sempat pergi kesana, tidak menerima akan kemusliman dirinya, di laman Facebooknya ia menulis, hati saya sangat sakit untuk seorang remaja putri, yang datang ke gereja dan bermunajat.

Seseorang yang menjadi panutan bagi para remaja lainnya sehingga mereka komitmen dengan keyakinan-keyakinannya serta tidak malu dengan ke-kristenannya.

Kakek April Fuller juga tidak setuju dengan keputusan cucunya dan setelah mendapatkan informasi tentang kemusliman cucunya, langsung ia mengkontak dan menanyakan apakah engkau ingin meledakkan seluruh gedung secepatnya (isyarat serangan teroris yang dilakukan dengan mengatasnamakan Islam).

Meski keluarga dari pihak ayah April belum bisa mengenyampingkan keputusan tersebut, namun keluarga pihak ibu menyambutnya dengan baik.


Ibuku yang Mensuport Agar Mendengarkan Seruan Hatiku

April mengatakan, ibuku senantiasa mensuportku agar mendengarkan seruan hatiku dan ia juga sedang menelaah tentang Islam sehingga ia tahu bagaimana dapat membantuku.


Meski ia juga kehilangan sejumlah kawan dikarenakan keputusannya; namun ia juga menemukan teman-teman baru dan pada masa kuliah, ia menemukan rumah baru dengan bergabung ke himpunan para mahasiswa muslim.

April setelah memeluk Islam pada masa kuliah, maka ia tidak memiliki perilaku-perilaku non Islam dan hijabnya menyebabkan baju-bajunya lebih tertutup.

Tidak ada masjid di kota Oxford, tempat universitas Mississippi, dimana April belajar di situ dan ia bersama teman muslimnya pergi ke kota Memphis setiap hari Minggu guna beribadah, meski salat sehari-harinya dilakukan dengan sendiri.


April mengatakan, akhirnya kutemukan kedamaian yang tidak aku temukan dalam Kristen, sekarang aku tahu apa yang aku yakini, siapakah aku dan hendak aku apakan hidupku. Untuk pertama kalinya aku merasa tahu apa yang aku perbuat. Sungguh menarik aku mendapatkan ketenangan dalam agama dimana negaraku mengkaitkannya dengan kebencian.

(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kisah Lucu Gus Dur, Romo Magnis dan Sopir Bus Jakarta


Presiden keempat RI yang juga seorang kiai, Abdurrahman Wahid, juga dikenal sebagai sosok yang lekat dengan humor.

Melalui humor, Gus Dur—sebutan beken sang presiden—mampu membuat santri, warga, pejabat, hingga pemimpin negara-negara lain terpingkal-pingkal.

Namun, humor yang dilontarkan Gus Dur bukanlah kisah-kisah lucu yang kosong atau tak bermakna. Ia justru mengembalikan humor ke khitahnya: kritik sosial.

Salah satu humor berisi kritik sosial yang pernah dilontarkan mendiang Gus Dur, diceritakan kembali oleh Franz Magnis-Suseno, pastor Jesuit dan juga sahabat almarhum.

Kisah itu ia ceritakan saat memimpin sejumlah pastor Serikat Jesuit yang berasal dari beberapa negara berkunjung ke Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (9/8/2017).

“Kisah lucu itu terkait tiga orang sedang antre di depan pintu surga. Satu orang pendeta, satu orang kiai dan satu orang yang berpakaian compang-camping,” Romo Magnis memulai ceritanya, seperti dilansir Antara, Kamis (10/8/2017).

“Saat pendeta dan kiai sedang khusyuk dan tawaduk menunggu antrean masuk surga, datang lelaki berpakaian compang-camping yang tiba-tiba memotong antrean dan langsung dipersilakan oleh malaikat untuk memasuki pintu surga,” tuturnya.

“Melihat itu, sang kiai dan pendeta bertanya kepada malaikat, ‘siapa dia?, kenapa orang seperti itu bisa seenaknya masuk surga dan mendahului kami’,” lanjur Romo Magnis dalam bahasa Inggris.

“Mendapat pertanyaan itu, malaikat menjawab, ‘dia itu sopir bus jurusan Jakarta. Dia berhak masuk surga lebih dulu, karena saat dia duduk di balik kemudi, semua penumpang terjaga dan berdoa dengan khusyuk (karena sopir ngebut). Sementara kalian, saat kalian berkhotbah di mimbar, umat kalian justru mengantuk dan tertidur lelap,” pungkas Romo Magniz, yang langsung disambut tawa para pastor.

Untuk diketahui, Romo Magnis dan para pastor berkunjung ke Ponpes Tebuireng untuk belajar tentang agama Islam serta keberagaman, dan toleransi antaragama.

Sebelum meninggalkan Pesantren Tebuireng, para pastor sempat berkeliling di kawasan makam, ziarah makam, dan memasuki salah satu kamar santri. Mereka juga berdialog langsung dengan salah satu pembina santri.

Selain Romo Magnis, rombongan itu juga diikuti Romo Gregorius Sutomo SJ—seorang pastor yang berhasil menyelesaikan S3 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta—Wakil Rektor II Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Muhsin Kasmin, dan sejumlah murid di lingkungan Pesantren Tebuireng.

(suara/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Mengabdi Pada Ibu


“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua.”—Al-Hadis.

Suatu hari, Abu Yazid sedang berada dalam majelis ilmu. Pada saat itu, gurunya menjelaskan makna salah satu surat Luqman, “Bersyukurlah kepada-Ku (Allah) dan kepada kedua orang tuamu.”

Mendengar bunyi ayat tersebut, hati Abu Yazid tergetar dan segera bergegas izin pamit meninggalkan majelis untuk menemui ibunya.

“Guru, izinkanlah saya pulang untuk mengatakan sesuatu pada ibuku,” katanya seraya meletakkan buku catatan.

Gurunya mengizinkan, dan Abu Yazid pun bergegas pulang.

“Ada apa anakku? Mengapa engkau pulang?” tanya sang ibu.

“Pelajaranku telah sampai pada ayat yang menjelaskan tentang kewajibanku mengabdi pada-Nya dan pada ibu. Aku tidak akan sanggup mengisi rongga dadaku untuk dua hal sekaligus. Aku tidak akan mampu melaksanakan perintah keduanya secara bersamaan. Maka, berikan aku keputusan, Ibu memintaku sepenuhnya dari Allah, atau Ibu menyerahkanku sepenuhnya untuk Allah.”

“Anakku, aku serahkan engkau sepenuhnya kepada Allah dan membebaskanmu dari kewajibanmu padaku. Pegilah, Nak! Jadilah milik Allah sepenuhnya!” Ujar sang ibu berkaca-kaca.

Namun, suatu malam, saat Abu Yazid sedang melakukan shalat tahajud, sang ibu memintanya untuk mengambilkan air minum.

Ia yang tengah shalat, sadar bahwa ibunya memanggil. Belum usai merampungkan jumlah rakaat shalat sunnah, Abu Yazid bergegas memenuhi perintah ibunya. Ia segera mengambil air minum untuknya. Namun, tak ada air di teko. Ia pun mengambil kendi, namun tak jua dapat meneteskan air.

Tanpa pikir panjang dan menunggu waktu lagi, ia pun segera menuju sungai dan mengisi kendinya dengan air. Namun, saat kembali ke rumah, sang ibu sudah tertidur.

Malam itu udara begitu dingin. Tapi, Abu Yazid memilih duduk di samping ibunya sembari memegang teko tersebut. Tak lama kemudian sang ibu terbangun. Melihat putranya berada di sampingnya kedinginan akibat teko berisi air itu, sang ibu segera mencium kening anaknya, sembari melantunkan beragam doa.

“Mengapa kau tak letakkan saja teko itu, Nak?” tanya sang ibu haru.

“Aku takut tatkala ibu bangun, aku tidak ada di sisi Ibu,” jawab Abu Yazid penuh sesal karena membuat ibunya lama menunggu untuk sekadar mendapatkan air minum.
*****

Fariduddin Aththar berkisah tentang Abu Yazid Al Bisthami, atau yang memiliki nama lengkap Abu Yazid Thaifur ibnu Isa ibnu Surusyan al Bisthami.

Ia dikenal sebagai seorang sufi yang lahir di Bishtam, timur laut Persia dan wafat di tempat yang sama pula pada 264/877 M, dan hingga kini makamnya masih ada.

Konon, ia merupakan pioner aliran ekstatik dalam sufisme dan mempengaruhi imajinasi mereka, terutama tentang penggambarannya dalam perjalanan menuju surga sebagai imitasi dari mikrajnya Rasulallah.

Selain itu, Abu Yazid juga dikenal sebagai sosok laki-laki yang begitu mencintai ibunya. Ia yang terlahir dari kalangan orang terpandang di kota Bishtam, dulu sempat mengira bahwa tugas mengabdi pada orangtua merupakan tugas terbelakang dari semua tugasnya sebagai manusia.

Namun kemudian, dengan bergulirnya waktu, terutama setelah ia mempelajari banyak disiplin ilmu, termasuk tasawwuf, ia mengakui bahwa tugas mengabdi kepada orangtua terbukti sebagai tugas terdepan di antara tugas lainnya.

“Dalam menyenangkan ibuku, aku bisa meraih semua yang aku cari, baik dalam hal pendisiplinan diri terhadap hal duniawi, hingga ibadah pada Tuhanku,” kenang Abu Yazid pada suatu waktu.

“Bukankah satu tugas besar manusia untuk mengabdi pada Allah? Dan, bukankah mengabdi pada ibu merupakan bentuk pengabdian terbesar kita pada-Nya?” lanjut Abu Yazid, di saat para sahabatnya bertanya, ‘mengapa begitu rela menggugurkan shalat sunnahnya dan segera bergegas menuju panggilan sang ibu?’

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Memetik Kisah Kehidupan Dari Imam Ja’far Shadiq As: Berkah Ladang Kurma


Imam Ja’far Sadiq As dalam hidupnya senantiasa berupaya membantu orang-orang Madinah sebanyak yang ia mampu. Ia membantu mereka untuk memberikan pemahaman Islam yang lebih baik, dan juga membantu mereka dengan cara-cara yang lain. Imam Sadiq As memiliki sebuah ladang kurma dan setiap tahun pohon-pohon kurma di ladang itu menghasilkan ribuan tandan kurma yang manis. Nilai kurma ini sangat tinggi.

Akan tetapi pada masa menuai, Imam Sadiq As melakukan sesuatu yang tidak biasa!

Tatkala seluruh kurma siap untuk dimakan, Imam Sadiq As akan membuka gerbang ladang dan setiap orang datang dipersilahkan untuk datang dan menyantap kurma.

Salah seorang sahabat Imam As tidak mengerti mengapa Imam berlaku seperti itu.

Ia bertanya kepada Imam Sadiq As, “Apabila Tuan menjual kurma-kurma ini, tentunya akan banyak menghasilkan uang.”

Imam Sadiq As tersenyum dan berkata, “Aku tidak memerlukan uang. Syukur kepada Tuhan, Aku mampu memberi makan kepada keluargaku dari uang yang aku dapatkan dari merajut kesetan.

Sang Imam cukup memiliki uang untuk memenuhi keperluannya sehingga ia dapat membagi sebagian hartanya kepada orang fakir dan miskin kota Madinah.

(Allamah Majlisi, Biharul Anwar, bag. Keutamaan Imam Sadiq As)

(ICC/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Hari Mubahalah; Peran Politik Sayyidah Fathimah az-Zahra as


Oleh: Emi Nur Hayati Ma’sum Sa’id

Mubahalah dalam definisinya adalah dua orang yang saling melaknat dan mengutuk. Berdasarkan ayat 61 surat Ali Imran mubahalah dilakukan bila terjadi perselisihan pendapat antara dua orang atau lebih dan masing-masing tidak mempercayai argumentasi lainnya,kemudian mereka sepakat untuk berkumpul di sebuah tempat memohon kepada Allah untuk mempermalukan orang-orang yang berdusta di antara mereka. Nah,dalam sejarah kehidupan Rasulullah Saw, di awal kerasulannya, beliau senantiasa mengajak para pemimpin negara-negara di dunia untuk memeluk agama Islam melalui surat-surat yang dikirimnya. Salah satunya adalah surat yang dikirim untuk uskup Najran dalam rangka mengajak orang-orang Kristen untuk memeluk agama Islam. Najran adalah sebuah daerah yang terletak di perbatasan Hijaz (Arab Saudi) dan Yaman. Di masa permulaan Islam daerah ini adalah tempat tinggal orang-orang Kristen.


Pertemuan Para Pemuka Kristen Najran bersama Rasulullah Saw

Pada tahun 10 Hq sebuah rombongan terdiri dari 60 orang Kristen Najran datang menemui Rasulullah Saw bersama 3 orang pembesar bernama ‘Aqib, Sayyid dan seorang uskup Abu Haritsah. Dalam pertemuan itu mereka melakukan dialog dengan Rasulullah Saw tentang Allah, Nabi Isa dan Maryam as. Mereka meyakini akan ketuhanan Nabi Isa as dan tidak mempercayai kelahiran Nabi Isa as yang tanpa ayah. Uskup bertanya: “Hai Muhammad, bagaimana pendapatmu tentang Nabi Isa as?” Rasulullah Saw menjawab: “Sesungguhnya penciptaan Isa di sisi Allah sama seperti penciptaan Adam, Allah menciptakan Adam dari tanah kemudian Allah berfirman “Jadilah” (seorang manusia) maka jadilah dia.”(Ali Imran ayat 59)

Meski Rasulullah Saw telah menjawabnya dengan jelas, mereka tetap ngotot dan tidak mau menerima apa yang disampaikan Rasulullah Saw sampai akhirnya Allah menurunkan ayat mubahalah (surat al-Maidah ayat 61) yang berbunyi, “Maka barang siapa yang membantahmu tentang kisah Isa setelah datang ilmu yang meyakinkan kamu, maka katakan, “Mari kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kalian, istri-istri kami dan istri-istri kalian, diri kami dan diri kalian, kemudian marilah kita bermubahalah (saling melaknat dan mengutuk) dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang berdusta.”


Bersama Siapa Rasulullah Saw Bermubahalah?

Berdasarkan perintah Allah Swt, Rasulullah Saw mengajak orang-orang Kristen Najran untuk bermubahalah. Mereka menerima ajakan Rasulullah Saw untuk bermubahalah namun meminta agar waktunya ditunda sampai besok.

Orang-orang Kristen Najran mengadakan musyawarah dengan mereka sendiri. Abu Haritsah berkata, “Kita tunggu saja sampai besok, sampai kita tahu Muhammad akan datang bermubahalah bersama siapa? Kalau ia datang bersama keluarganya, berarti dia yakin dengan ucapannya, karena dia telah membawa orang-orang tercintanya dalam bahaya. Dengan demikian, kita jangan datang untuk bermubahalah. Kalau ia datang bersama sahabat-sahabatnya, berarti ia ragu dengan ucapannya dan kita harus datang untuk bermubahalah dengannya.”

Keesokan harinya Rasulullah Saw datang di tempat yang sudah ditentukan sebelumnya. Rasulullah Saw datang bersama Ali bin Abi Thalib, Fathimah, Hasan san Husein as. Melihat pemandangan ini orang-orang Kristen Najran mengurungkan niatnya untuk bermubahalah dengan Rasulullah Saw karena kalau sampai terjadi mubahalah, maka tidak satu orang pun dari orang-orang Kristen akan hidup. Akhirnya mereka menyerah dan berdamai dengan Rasulullah Saw dan siap membayar pajak setiap tahun. (Ibrahim Amini, Banu-e Namuneh Islam Fathimah az-Zahra)


Keagungan Sayidah Fathimah az-Zahra as

Sayidah Fathimah adalah salah satu anggota dari lima orang keluarga Rasulullah Saw yang hadir dalam peristiwa mubahalah dengan orang-orang Kristen Najran.

Di zaman jahiliyah, perempuan tidak memiliki peran sama sekali di tengah-tengah masyarakat. Perempuan hanya sekedar budak dan alat pemuas laki-laki. Perempuan tidak berhak ikut campur dalam urusan politik, sosial dan ekonomi. Di saat perempuan tidak dianggap sebagai bagian dari anggota masyarakat, di saat anak perempuan dikubur hidup-hidup, di saat perempuan hanya dianggap sebagai alat pemuas laki-laki dan tidak dihargai sama sekali sebagai manusia, Sayyidah Fathimah az-Zahra muncul ditengah-tengah masyarakat.

Sayidah Fathimah mendapatkan penghormatan khusus dari ayah, suami dan anak-anaknya. Karena keagungan dan ketinggian kepribadian dan posisi spiritualnya serta kedekatannya kepada Allah, beliau ikut serta untuk bermubahalah bersama Rasulullah Saw. Mubahalah bukan perkara biasa dan sederhana sehingga yang ikut harus sosok pribadi yang benar-benar memiliki kedudukan dan posisi di hadapan Allah, karena laknat dan kutukannya pasti dikabulkan oleh Allah.

Abu Haritsah sendiri di hadapan rombongannya mengakui, “Demi Allah, dengan keyakinan dan keberaniannya Muhammad seperti para nabi duduk dan siap bermubahalah. Aku menyaksikan wajah-wajah yang bila memohon kepada Allah, gunung pun akan lepas dari tempatnya. Aku takut bila mereka melaknat dan mengutuk kami, pasti orang-orang Kristen di muka bumi akan binasa.”

(IRIB/Walon/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Nabi Saww Menangisi Imam Ali as


Hijrah ke Madinah

Tepat pada saat orang-orang kafir Qureiys selesai mempersiapkan komplotan terror untuk membunuh Rasul Allah SAWW Madinah telah siap menerima kedatangan beliau. Nabi Muhammad SAWW meninggalkan kota Makkah secara diam-diam di tengah kegelapan malam. Beliau bersama Abu Bakar meninggalkan kampung halaman, keluarga tercinta dan sanak famili. Beliau berhijrah, seperti dahulu pernah juga dilakukan Nabi Ibrahim AS. dan Musa AS.

Di antara orang-orang yang ditinggalkan Nabi Muhammad s.a.w. termasuk puteri kesayangan beliau, Syd.Fatimah (AS) dan putera paman beliau yang diasuh dengan kasih sayang sejak kecil, yaitu Imam Ali (AS) yang selama ini menjadi yg paling terpercaya bg beliau SAWW.

Imam Ali (AS) sengaja ditinggalkan oleh Nabi Muhammad untuk melaksanakan tugas khusus:

berbaring di tempat tidur beliau, guna mengelabui mata komplotan Qureiys yang siap hendak membunuh beliau. Sebelum Imam Ali (AS) melaksanakan tugas tersebut, ia dipesan oleh Nabi Muhammad SAWW agar barang-barang amanat yang ada pada beliau dikembalikan kepada pemiliknya masing-masing. Setelah itu bersama semua anggota keluarga Rasul Allah SAWW untuk segera menyusul berhijrah.

Malam ketika Ali AS tidur menggantikan Nabi SAWW adalah malam yang diabadika Al Qur’an ,dimana Allah SWT membanggakan pengorbanan Ali (AS) kepada para malaikatNYA, bahkan Jibril dan Mikali turun menjaga Imam Ali (AS) serta mengucap selamat bagi beliau (AS)

setelah menunaikan semua amanat Nabi SAWW Imam Ali AS membeli seekor unta untuk kendaraan bagi wanita yang akan berangkat hijrah bersama-sama. Rombongan hijrah yang menyusul perjalanan Rasul Allah SAWW terdiri dari keluarga Bani Hasyim dan dipimpin sendiri oleh Imam Ali AS. Di dalam rombongan ini termasuk Sitti Fatimah (AS) Fatimah binti Asad bin Hasyim (ibu Imam Ali AS.), Fatimah binti Zubair bin Abdul Mutthalib dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutthalib. Aiman dan Abu Waqid Al Laitsiy, ikut bergabung dalam rombongan.

Rombongan Hijrah ini berangkat dalam keadaan terburu-buru tanpa persiapan yang memadai , dan Perjalanan ini tidak dilakukan secara diam-diam.

Dalam perjalanan Abu Waqid berjalan cepat-cepat menuntun unta yang dikendarai para wanita, agar jangan terkejar oleh orang-orang kafir Qureiys. Mengetahui hal itu, Imam Ali (AS). segera memperingatkan Abu Waqid, supaya berjalan perlahan-lahan, karena semua penumpangnya wanita. Rombongan berjalan melewati padang pasir di bawah sengatan terik matahari.

Imam Ali (AS), sebagai pemimpin rombongan, berangkat dengan semangat yang tinggi. Beliau siap menghadapi segala kemungkinan yang bakal dilakukan orang-orang kafir Qureiys terhadap rombongan. Ia bertekad hendak mematahkan moril dan kecongkakan mereka. Untuk itu Imam Ali (AS) SANGAT SIAP Melakukan perlawanan tiap saat.

Mendengar rombongan Imam Ali AS berangkat, orang-orang Qureiys sangat penasaran. Lebih-lebih karena rombongan Imam Ali AS BERANI meninggalkan Makkah secara TERANG-TERANGAN di siang hari. Orang-orang Qureiys menganggap bahwa keberanian Imam Ali AS yang semacam itu sebagai tantangan terhadap mereka.

Orang-orang Qureiys cepat-cepat mengirim delapan orang anggota pasukan berkuda untuk mengejar Imam Ali AS dan rombongan. Pasukan itu ditugaskan menangkapnya hidup-hidup atau mati.

Delapan orang Qureiys itu, di sebuah tempat bernama Dhajnan berhasil mendekati rombongan Imam Ali AS.

Setelah Imam Ali AS mengetahui datangnya pasukan berkuda Qureiys, ia segera memerintahkan dua orang lelaki anggota rombongan agar menjauhkan unta dan menambatnya. Ia sendiri kemudian menghampiri para wanita guna membantu menurunkan mereka dari punggung unta.

Seterusnya ia MAJU seorang diri menghadapi gerombolan Qureisy dengan pedang terhunus. Rupanya Imam Ali AS hendak berbicara dengan bahasa yang dimengerti oleh mereka. Ia tahu benar bagaimana cara menundukkan mereka.

Melihat Imam Ali AS mendekati mereka, gerombolan Qureiys itu berteriak-teriak menusuk perasaan:

“Hai penipu, apakah kaukira akan dapat menyelamatkan perempuan-perempuan itu? Ayo, kembali! Engkau sudah tidak berayah lagi.”

Imam Ali AS dengan tenang menanggapi teriakan-teriakan gerombolan Qureiys itu. Ia bertanya:

“Kalau aku tidak mau berbuat itu…?”

“Mau tidak mau engkau harus kembali,” sahut gerombolan Qureiys dengan cepat.

Mereka lalu berusaha mendekati unta dan rombongan wanita. Imam Ali AS menghalangi usaha mereka.

Jenah, seorang hamba sahaya milik Harb bin Umayyah, mencoba hendak memukul Imam Ali AS dari atas kuda. Akan tetapi belum sempat ayunan pedangnya sampai, hantaman pedang Imam Ali AS telah mendahului tiba di atas bahunya. Tubuhnya TERBELAH menjadi dua, sehingga pedang Imam Ali AS sampai menancap pada punggung kuda.

Serangan-balas secepat kilat itu sangat menggetarkan teman-teman Jenah. Sambil menggeretakkan gigi, Imam Ali AS berkata:
“Lepaskan orang-orang yang hendak berangkat berjuang! Aku tidak akan kembali dan aku tidak akan menyembah selain Allah Yang Maha Kuasa!”

Gerombolan Qureiys mundur. Mereka meminta kepada Imam Ali AS untuk menyarungkan kembali pedangnya. Imam Ali AS dengan tegas menjawab:

“AKU HENDAK BERANGKAT MENYUSUL SAUDARAKU..PUTRA PAMANKU ,RASULULLAH..SIAPA YANG INGIN KUROBEK DAGINGNYA DAN KUTUMPAHKAN DARAHNYA COBALAH ..MAJU DAN DEKATI AKU “

Tanpa memberi jawaban lagi gerombolan Qureiys itu segera meninggalkan tempat. Kejadian ini mencerminkan watak konfrontasi bersenjata yang bakal datang antara kaum muslimin melawan agresi kafir Qureiys.

Di Dhajnan, rombongan Imam Ali AS beristirahat semalam. Ketika itu tiba pula Ummu Aiman (ibu Aiman). Ia menyusul anaknya yang telah berangkat lebih dahulu bersama Imam Ali AS Bersama Ummu Aiman turut pula sejumlah orang muslimin yang berangkat hijrah.

Keesokan harinya rombongan Imam Ali AS beserta rombongan Ummu Aiman melanjutkan perjalanan. Imam Ali AS sudah rindu sekali ingin segera bertemu dengan Rasul Allah SAWW.

Waktu itu Rasul Allah SAWW bersama Abu Bakar sudah tiba dekat kota Madinah. Untuk beberapa waktu, beliau tinggal di Quba. Beliau menantikan kedatangan rombongan Imam Ali AS Kepada Abu Bakar , Rasul Allah SAWW memberitahu, bahwa beliau tidak akan memasuki kota Madinah, sebelum putera pamannya dan puterinya sendiri datang.

Selama dalam perjalanan itu Imam Ali AS. tidak berkendaraan sama sekali.

Ia berjalan dengan KAKI TELANJANG menempuh jarak Ratusan km sehingga kakinya PECAH PECAH dan MEMBENGKAK.

Akhirnya tibalah semua anggota rombongan dengan selamat di Quba. Betapa gembiranya Rasul Allah SAWW menyambut kedatangan orang-orang yang disayanginya itu….

Namun..Ketika Nabi Muhammad SAWW melihat Imam Ali AS. tidak sanggup berjalan lagi karena kakinya membengkak…pecah berurai Airmata Nabi SAWW…

Beliau merangkul dan memeluknya seraya menangis karena sangat terharu…

Beliau kemudian meludah di atas telapak tangan, lalu diusapkan pada kaki Imam Ali AS ..

Konon sejak saat itu sampai wafatnya, Imam Ali AS tidak pernah mengeluh karena sakit kaki.

Peristiwa yang sangat mengharukan itu berkesan sekali dalam hati Rasul Allah SAWW dan tak terlupakan selama-lamanya.

Berhubung dengan peristiwa hijrah Imam Ali dan pengorbanan beliau (AS), turunlah wahyu Ilahi yang memberi penilaian tinggi kepada kaum Muhajirin, seperti terdapat dalam Surah Ali ‘Imran:195.

ISLAM ITU CINTA,TUNDUK TANPA “TAPI”…
*****


Kita diperintah untuk mengenal Allah SWT dalam menyembahNYA,mencintaiNYA,

maka adalah hal yg Mutlaq harus ada bagi setiap muslim dalam beribadah adalah selalu berusaha mengenal Rasulullah SAWW,mengenal kebesaran beliau SAAW,mencintai beliau SAWW,sebagaimana FirmanNYA :
“Katakanlah (wahai Muhammad)..Jika kalian mencintai Allah,maka CINTAI lah aku niscaya Allah menCINTAI kalian “

{QS.Ali Imran (3):31}

FirmanNYA :
“Katakanlah sesungguhnya aku tidak meminta sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada keluarga (al-Qurba) (ku)” ..Dan sesiapa yang mengerjakan kebaikan (al-Hasanat) akan kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri” (al-Syu‘ara‘ 42:23)

Nabi Muhammad SAWW bersabda bahwa:
“Tidaklah BERIMAN seorang hamba hingga aku lebih dicintainya dibanding dirinya,keluargaku lebih dicintainya dibanding keluarganya,dengan begitu mereka lebih mencintai keluargaku dibanding keluarganya dengannya mereka mencintaiku lebih dari diri diri mereka “ (Biharul Anwar,XXVII hal 13 dan Kanzul Ummal hal 93).

Rasulullah SAWW :
“Siapa yang ingin hidup seperti hidupku dan wafat seperti wafatku serta masuk ke surga yang telah dijanjikan kepadaku oleh Tuhanku yaitu Jannatul Khuld, maka hendaklah ia berwilayah (berpemimpin) kepada Ali dan keturunan sesudahnya, karena sesungguhnya mereka tidak akan mengeluarkan kamu dari pintu petunjuk dan tidak akan memasukkan kamu ke pintu kesesatan.“ (Shahih Bukhari, jld 5, hl. 65, cetkn. Darul Fikr).

Ali tidak akan dicintai melainkan oleh Mukmin dan tidak akan dimarahi melainkan oleh orang kafir. Beliau adalah rabb-al ardh (tuan bumi) selepasku dan penghuninya. (Al-Bukhari, Sahih, iii, hlm. 54. Muslim, Sahih, ii, hlm. 236-7).

(Di dalam naskhah yang lain beliau adalah zarr al-Ardh dan penghuninya).

dia adalah Kalimah Allah al-Taqwa, ‘Urwat Allah al-Wuthqa (ikatan Allah yang kuat).

Firman-Nya dalam Surah al-Taubah (9): 32,
‘‘Adakah kalian hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut kalian dan sesungguhnya Allah adalah penyempurna cahaya-Nya, sekalipun dibenci oleh Musyrikun”

Nabi SAWW bersabda :
Dan musuh-musuh Allah hendak memadamkan cahaya saudaraku Ali. Tetapi Allah menyempurnakan cahaya-Nya.”

Wahai manusia! Hendaklah orang yang datang menyampaikan sabdaku ini kepada orang yang tidak datang (ghaiba-kum). Wahai Tuhanku persaksikanlah! Wahai manusia! Sesungguhnya Allah telah merenung kali ketiga, maka Dia memilih daripada mereka selepasku dua belas wasi daripada Ahl Baitku, mereka itu adalah sebaik-baik umatku. Daripada mereka sebelas imam selepas saudaraku (akhi) seorang demi seorang. (Al-Kanji al-Syafi‘i, Kifayah al-Talib, hlm. 479).
*****

ABU DZAR AL GHIFFARI ra

Majlis bai’ah Abubakar Abu Dzar lantang berseru menyampaikan yang HAQ..dia berseru kepada seluruh yang hadir :

“Wahai umat yang bingung selepas Nabinya dikhianati..! !

Sesungguhnya Allah berfirman dalam Surah Ali al-Imran (3): 33-34.

‘‘Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran ke atas sekalian alam. (Mereka itu) satu keturunan, sesetengahnya akan sesetengah yang lain dan Allah Maha Mendengar dan Maha mengetahui” Maka Keluarga Muhammad adalah daripada keturunan Nuh, Ibrahim dan Isma‘il..‘Itrah (keturunan) Nabi Muhammad SAWW adalah Ahl Bait al-Nubuwwah, tempat turunnya perutusan dan tempat berkunjungnya para Malaikat.

Mereka seperti langit yang diangkat, gunung yang tersergam, Ka‘bah yang tersembunyi, mata yang bersih, bintang petunjuk dan pokok yang diberkati yang telah memancarkan cahayanya serta diberkati minyaknya oleh Muhammad, penutup segala nabi dan penghulu anak Adam.

Sementara Ali adalah wasi kepada segala wasi dan IMAM bagi orang yang BERTAQWA. Beliau adalah al-Siddiq al-Akbar, al-Faruq al-A‘zam, wasi Muhammad, pewaris ilmunya dan orang yang paling aula dengan al-Mukminin daripada diri mereka sendiri sebagaimana firman Allah dalam Surah al-Ahzab (33): 6 ‘‘Nabi adalah aula (dekat) dengan Mukminin daripada diri mereka sendiri, manakala isteri-isterinya adalah ibu mereka dan kerabat pertalian darah sebahagian mereka lebih aula daripada yang lain di dalam Kitab Allah”.

Lantaran itu dahulukanlah mereka yang telah didahulukan oleh Allah dan kemudiankanlah mereka yang telah dikemudiankan oleh Allah. Jadikanlah wilayah, dan wirathah bagi orang yang dipilih oleh Allah SWT. (Al-Syarif al-Radhi, Nahj al-Balaghah, hlm.162-3.Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi‘ al-Mawaddah, hlm. 124-5).

(Walon/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Terkait Berita: