Oleh Hertasning Ichlas
Setelah jenuh bergolak
di Suriah, kini Irak menjadi sasaran pergolakan. Pemerintahan Nouri
Maliki di Irak kini diuji gerakan pemberontak bersenjata bernama DAIS di
daerahnya.
Usai AS hengkang dari
Irak, perang tak serta-merta lenyap. Irak kini digoyang perang saudara
dimotori kelompok pemberontak bernama Daulah Islamiyyah Fi Al Iraq wa
Sham (Pemerintahan Islam Irak dan Suriah) yang disponsori Arab Saudi,
Qatar dan Yordan untuk menggoyang pemerintahan Nouri Al Maliki
sebagaimana mereka menggoyang pemerintahan Bashar Assad di Suriah.
Usai berperang hebat
dengan tentara Irak di kota Samarra sekitar sepekan lalu, kini DAIS
merangsek masuk berusaha menguasai kota-kota di Irak yang berbatasan
dengan Suriah, Arab Saudi dan Yordania.
DAIS yang defakto
sudah menguasai Provinsi Ambar dan ibukotanya bernama Ramadi dan
menguasai kota Fallujah yang berbatasan langsung dengan Suriah sekitar 3
bulan lalu, kini menduduki Provinsi Nainawa dengan ibukotanya bernama
Mosul sejak 8 Juni 2014. Nainawa dengan
ibukotanya Mosul yang barusan diduduki DAIS adalah kota kedua terbesar
di Irak setelah Baghdad. Penduduknya umumnya Sunni. Warga Irak sangat
terhenyak kaget kota itu diduduki DAIS.
Kota-kota di Irak yang
diduduki DAIS disebut Abu Bakar Al Baghdady, Amirul Mukminin dan
Khalifah DAIS sebagai bagian dari teater perang yang mereka rencanakan
untuk ditonton warga Arab dan dunia.
DAIS punya mimpi politik membangun imarah: negara-negara
bagian Islam dengan cara melakukan “strategi dua lengan” yang dalam
pengertian DAIS berarti menguasai wilayah Arab di sisi kanan yakni
Yaman, sisi tengah Arab Saudi sebagai pusat pemerintahan global DAIS
kelak, dan sisi kiri yakni Suriah.
Jika imarah-imarah
sudah terebut di seluruh Arab maka Daulah Islamiyyah akan berubah
menjadi Khilafah Islamiyyah yang pada gilirannya berlanjut ke seluruh
dunia.
DAIS sebagai gerakan
transnasional merupakan kelanjutan ekstrim dari paham Khawarij dalam
sejarah Islam. Paham yang biasa dikenal dengan Wahabi atau Salafisme
Jihadis yang dicirikan dengan pandangan hitam putih yang ekstrim dan
kecenderungan kuat mengkafirkan dan melakukan kekerasan bersenjata di
negara-negara Islam yang menurut pandangan mereka tak cukup “Islami”.
Media di Irak dan Arab umumnya menjuluki mereka dengan istilah kelompok
takfiri. Media Barat menyebut mereka ISIS (Islamic State of Iraq and
Sham)
Kelompok DAIS inilah
yang menghidupi pemberontakan bersenjata di Suriah dan telah menelan
korban 150 ribu warga Suriah. Kelompok ini didukung persekutuan dana dan
senjata dari Arab Saudi, Qatar dan Yordania. Dan kemudian dibenarkan
Barat atas nama demokrasi.
Kini setelah DAIS
mengalami kondisi macet di Suriah, mereka mulai berpindah ke Irak,
negeri yang sebenarnya berwarga sangat ramah dan baik hati namun sekian
lama dipekati racun perang saudara atas nama sentimen mazhab oleh para
negara tetangganya terutama Arab Saudi.
Situasi terakhir di Irak kian memburuk. Daulah Islam Irak dan Syam (DAIS) diduga akan sampai ke Baghdad dan menguasainya. Hal ini disebabkan kelemahan Nouri Maliki, elit tentaranya banyak yang desersi.
Kasus pendudukan Mosul oleh DAIS terjadi karena 3 panglima yang bertepatan ada di Mosul malah kabur ke Kurdistan.
Tentara dan polisi banyak yang lari keluar dari Mosul melepas seragam mereka saat 800an pemberontak bersenjata DAIS masuk ke Mosul.
Nouri memiliki 1 juta tentara tapi secara moral tidak siap melawan perang ala insurgensi.
Marjaiyyah (kepimpinan faqih) di Irak akhirnya memberi dukungan moral kepada Nouri, padahal sebelum kasus DAIS, posisi hauzah dan ulama punya ganjalan politik dengan Nouri Maliki. Marja Sistani contohnya, memberi seruan agar warga yang sehat menjadi sukarelawan perang ke Mosul. Seruan ini disambut berbondong-bondong rakyat di Najaf, Karbala dan Baghdad serta kota-kota lain untuk menjadi sukarelawan rakyat ke Mosul.
Eskalasi global yang kemungkinan akan terjadi jika DAIS masuk sampai ke Baghdad sebagai berikut:
AS mendapat alasan kembali masuk ke Irak karena mendapat undangan dari pemerintah Irak untuk mengirim drone-drone mereka menggebuk DAIS. Sebagian pengamat mengatakan DAIS adalah skenario Saudi dan AS untuk masuk kembali ke Irak.
Iran dan Suriah akan terpaksa turun jika DAIS masuk ke Baghdad. Alasannya untuk menghentikan pengaruh DAIS lebih luas di Irak. Iran juga punya kepentingan melindungi situs haram Imam Musa Kazhim dan Imam Muhammad Jawad di Kazimiyyah di Baghdad, sebagaimana Hizbullah harus turun tangan menghalau DAIS dari Qusyar di selatan Suriah yang makin dekat dengan haram Sayyidah Zainab yang sangat dihormati Muslim Syiah dunia.
Alasan Iran turun tangan dianggap perlu dilakukan karena jika DAIS berhasil menguasai Baghdad maka perang akan berkepanjangan seperti di Suriah. Alasan lain jika DAIS masuk Baghdad, kemungkinan besar mereka akan menghancurkan situs haram Imam Syiah dan itu akan mengundang kemarahan rakyat dan membuat situasi tidak terkontrol.
Kenyataan agak memalukan terjadi, terutama karena 30 ribu tentara di Mosul lari meninggalkan helikopter, mobil dan peralatan lain dari Mosul saat DAIS masuk Mosul. Tentara yang umumnya didikan AS dianggap setengah hati membela negara mereka.
Situasi di Irak sangat emosional. Pasca Marja Sistani memberi seruan agar warga yang sehat menjadi sukarelawan di Mosul melawan DAIS. Seruan ini disambut rakyat di mana-mana. Selepas shalat Jumat di Haram Imam Ali di Najaf, warga terus berteriak Labbayka Ya Ali dan siap menjadi sukarelawan perang.
Di Haram Imam Husain di Karbala, gelora yang sama juga terjadi. Warga mengangkat tangan berteriak Labayka Ya Husain dan berbondong-bondong menjadi sukarelawan perang ke Mosul dengan menggunakan bis. (Tasning/Yudhi)
Sumber: http://ahlulbaitindonesia.org
Post a Comment
mohon gunakan email