Seorang ulama senior Iran mengatakan kesepakatan
nuklir baru-baru ini antara negaranya dengan enam kekuatan dunia tidak
akan mengubah kebijakan Republik Islam terhadap Amerika Serikat.
“Kami harus berhati-hati terhadap Rencana Aksi Bersama Menyeluruh (JCPOA) karena tidak akan mengubah kebijakan luar negeri [kami]. Iran menganggap AS sebagai musuh utama karena kejahatan yang dilakukannya tidak terhitung,” Ayatollah Mohammad Yazdi, ketua Ahli Majelis Iran Selasa (1/9/15).
Di bawah JCPOA yang ditandatangani di Wina pada bulan Juli, kegiatan nuklir Iran dibatasi dengan imbalan, antara lain, penghapusan semua sanksi ekonomi dan keuangan terhadap Republik Islam.
“Kita harus memberitahu AS bahwa mereka tidak akan bisa mengambil pasar konsumen yang mereka impian di Iran,” kata Ayatollah Yazdi.
Dia mengatakan kunjungan delegasi bisnis asing baru-baru ini ke Teheran tidak akan menghasilkan pemulihan hubungan. “Negosiasi tidak ada hubungannya dengan hubungan bilateral atau trilateral, dan hubungan tidak dapat dibangun melalui seringnya mkunjungan perusahaan dari waktu ke waktu.”
Yazdi juga menyinggung krisis yang sedang berlangsung di Timur Tengah, mengatakan mereka berakar dari kebijakan Amerika Serikat menyusul “hegemoni Israel” di wilayah tersebut.
“Hubungan antara AS dan Israel sampai mereka (Amerika) siap untuk menyerang [seluruh] Timur Tengah untuk melindungi Israel,” katanya.
Badan Tinggi Majelis Ahli memilih dan mengawasi kegiatan Pemimpin Revolusi Islam. Anggota majelis dipilih langsung oleh rakyat untuk jangka delapan tahun. Lembaga ini melaksanakan pertemuan dua tahunan untuk menunjuk ketua baru.
(Mahdi-News/ABNS)
“Kami harus berhati-hati terhadap Rencana Aksi Bersama Menyeluruh (JCPOA) karena tidak akan mengubah kebijakan luar negeri [kami]. Iran menganggap AS sebagai musuh utama karena kejahatan yang dilakukannya tidak terhitung,” Ayatollah Mohammad Yazdi, ketua Ahli Majelis Iran Selasa (1/9/15).
Di bawah JCPOA yang ditandatangani di Wina pada bulan Juli, kegiatan nuklir Iran dibatasi dengan imbalan, antara lain, penghapusan semua sanksi ekonomi dan keuangan terhadap Republik Islam.
“Kita harus memberitahu AS bahwa mereka tidak akan bisa mengambil pasar konsumen yang mereka impian di Iran,” kata Ayatollah Yazdi.
Dia mengatakan kunjungan delegasi bisnis asing baru-baru ini ke Teheran tidak akan menghasilkan pemulihan hubungan. “Negosiasi tidak ada hubungannya dengan hubungan bilateral atau trilateral, dan hubungan tidak dapat dibangun melalui seringnya mkunjungan perusahaan dari waktu ke waktu.”
Yazdi juga menyinggung krisis yang sedang berlangsung di Timur Tengah, mengatakan mereka berakar dari kebijakan Amerika Serikat menyusul “hegemoni Israel” di wilayah tersebut.
“Hubungan antara AS dan Israel sampai mereka (Amerika) siap untuk menyerang [seluruh] Timur Tengah untuk melindungi Israel,” katanya.
Badan Tinggi Majelis Ahli memilih dan mengawasi kegiatan Pemimpin Revolusi Islam. Anggota majelis dipilih langsung oleh rakyat untuk jangka delapan tahun. Lembaga ini melaksanakan pertemuan dua tahunan untuk menunjuk ketua baru.
(Mahdi-News/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email