Pertemuan tahunan ke-21 para rohaniawan, para imam jamaah, para mubalig dan para ketua markas Islam diselenggarakan di markas Islam Inggris, di London, bertepatan dengan bulan suci Muharram.
Menurut laporan IQNA, seperti dikutip dari ic-el.com, pertemuan nasional ke-21 para rohaniawan, para imam jamaah, para mubalig dan para pemimpin markas Islam Inggris diselenggarakan Sabtu (10/10), dengan topik “Menarik Maksimum dan Menolak Minimum; Kewajiban Kerohaniawanan dan Konsekuensi Lalai terhadapnya” dan menjelang kedatangan bulan suci Muhamrram al-Haram, di tempat markas Islam Inggris.
Hujjatul Islam wal Muslimin Ali Alimi, Ketua Lembaga Global Islam London dengan menyampaikan belasungkawanya atas insiden Mina dan atas tibanya bulan Muharram, mengatakan, dalam Al-Quran dan riwayat dituturkan bahwa tablig ada dalam beberapa bentuk, pertama dengan lafaz “Tablig” atau “Iblagh”, dimana dalam sebagian hal dikategorikan sebagai hal yang sifatnya wajib aini, sebagaimana yang kita baca dalam surat Al-Ahzab ayat 39, Alladzina Yuballighuna Risalatallahi wa Yakhsyaunahu wa la Yakhsyauna Ahadan Illa Allah wa Kafa Billahi Syahida, “(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan”.
Terkadang menggunakan kalimat dakwah dalam referensi Islam dan Al-Quran, adapun contohnya adalah surat Al-Nahl ayat 125, dimana Allah berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik..,” lanjutnya.
Ketua Lembaga Global Islam London dengan mengisyaratkan urgensitas tablig mengatakan, menurut riwayat, barang siapa yang mengetahui dua hadis, baik itu mengajarkan kepada selainnya maupun menggunakannnya dalam kehidupannya, maka pahalanya lebih banyak dari ibadah selama 70 tahun.
“Dalam Islam, sama sekali tidak ada yang namanya menolak dan menjauhkan dirinya dan adapun yang disebut sebagai tabarii atau bara’ah adalah menolak jalan dan metode orang-orang kafir dan kaum musyrikin, dan bukan mengusir dan mengeluarkan mereka dari pembahasan dakwah,” ungkapnya.
Hujjatul Islam Alimi dengan menegaskan bahwa dalam masalah dakwah dan tablig juga harus mengikuti metode Ahlulbait (As) mengatakan, para Imam memiliki semua ilmu dan pengetahuan. Rasulullah (Saw) memiliki kelembutan hati dan akhlakul karimah, dimana selain mengemban kesukaran dakwah masyarakat, beliau juga memaafkan mereka dan memintakan ampunan untuk mereka. Bahkan beliau bermusyawarah dan mengikutsertakan mereka dalam pengambilan sebuah keputusan.
Dia menjelaskan bahwa kaum muslimin Syiah sangat mencintai Ahlulbait (As) dan begitupula sebaliknya, Ahlulbait (As) dan para Imam juga sangat mencitai Syiahnya. “Para mubalig di mimbar tidak boleh keluar dari kebijakan Ahlulbait (As),” tegasnya.
Demikian juga, dalam acara ini, Hujjatul Islam wal Muslimin Muhammad Ali Shumali, wakil Rahbar dan ketua markas Islam Inggris mengatakan, setiap dari kita para rohaniawan berkewajiban untuk mengajak masyarakat menuju cahaya dan ini bukan berarti meng-Islamkan para non-muslim, namun kita harus dapat mendekatkan mereka sedekat mungkin menuju cahaya petunjuk.
Dia mengisyarakat kurang lebih 150 rohaniawan Syiah tinggal di Inggris. “Jika jumlah ini tidak memiliki peran dalam menarik masyarakat menuju Islam, atau peran mereka pudar, maka sangatlah mengkhawatirkan,” imbuhnya.
Ketua Markas Islam Inggris mendeskripsikan kecintaan, kerinduan, kasih sayang dan akhlak adalah merupakan metode dan cara tablig para pemimpin agama dan mengatakan, menurut ungkapan salah satu Imam Maksum (As) harus seorang mubalig harus menjadi daun dengan tanpa duri bagi masyarakat.
“Sebagian orang memiliki komunikasi yang lebih baik dengan orang yang sejawat dan tidak seagama dengannya dan sayangnya jenis sikap ini juga ada di kalangan Syiah dalam menghadapi Ahlusunnah dan atau menyalahinya dalam komunikasi Ahlusunnah dengan Syiah,” imbuhnya.
Hujjatul Islam Shumali mengatakan, Syiah harus saling bersatu dan para anggotanya laksana saudara satu sama lainnya, saling berdekatan satu sama lain. Kita harus berhati-hati supaya tidak ada jarak dan perpecahan di kalangan Syiah sendiri, dan yang lebih penting lagi adalah tidak memalingkan orang lain dari agama hanya karena permusuhan individu.
(IQNA/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email