Walau para sopir taksi melakukan demo besar-besaran menentang angkutan transportasi pelat hitam berbasis aplikasi online seperti Grab Car dan Uber, namun ternyata banyak juga para sopir taksi yang justru putar haluan dan malah bergabung menjadi sopir taksi online, salah satunya Sunaryadi.
Sunaryadi baru sekitar 6 bulan menjadi driver Grab Car setelah ia bekerja sebagai driver di Blue Bird selama 2 tahun. Sunaryadi mengaku motivasi dirinya "membelot" adalah karena tergiur dengan potensi pendapatan yang lebih besar yang ditawarkan oleh taksi aplikasi online.
Ia mengaku selama menjadi sopir taksi konvensional, pendapatannya kecil.
"Dahulu waktu masih jadi sopir Blue Bird pendapatan saya kecil. Sehari paling rata-rata dapat komisisi Rp30 ribu. Jadi sebulan pendapatan saya paling sekitar Rp3 jutaan. Banyak kok temen-temen yang juga pindah kaya saya," kata Sunaryadi. Hal tersebut ternyata berkebalikan setelah dirinya menjadi sopir Grab Car.
Setelah dirinya menjadi driver Grab Car, ia mengaku dalam sebulan bisa mengantongi omzet hingga Rp 12 juta. Kok bisa? Bagaimana sistem pendapatan di Grab Car?
Hal ini dikarenakan Grab Car menerapkan sistem komisi per minggunya jika driver bisa menembus perolehan tarif sebesar Rp 3 juta.
"Jadi kita ditargetkan seminggu dapat Rp 3 juta, nanti dapat bonus dari Grab Rp 1 juta kalau lebih bisa sampai Rp 2 juta. Itu di luar dari pendapatan per bulannya. Biasanya kalau ramai saya bisa dapat Rp 8 juta," imbuhnya.
Namun pendapatannya tersebut masih harus dikurangi dengan biaya sewa mobil sebesar Rp 4 juta per bulan karena mobil yang dia gunakan adalah mobil sewaan dari rental mobil.
"Ya dikurangi sewa mobil, pulsa, bensin sama makan sehari-hari mungkin bisa dapat Rp 6 juta bersih setiap bulan," pungkasnya.
(Oke-Zone/Memobee/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email