Presiden Iran Hassan Rouhani memberikan pidato di makam Imam Khomeini di ibukota Teheran pada 2 Juni, 2016, menjelang peringatan wafatnya pendiri Republik Islam. (Foto: President.ir)
Presiden Iran Hassan Rouhani memperingati wafatnya Imam Khomeini pendiri Republik Islam.
“Imam yang murah hati bangkit dan menerjang semua kekuatan arogan dunia dalam sejarah kegelapan dan penindasan di Iran,” kepala eksekutif Iran mengatakan pada Kamis (2/6/16), didepan ribuan orang di makam Imam Khomeini di ibukota Iran Teheran.
Imam Khomeini bangkit melawan penguasa yang, “tidak menghargai ayat-ayat Al-Qur’an dan prinsip-prinsip serta budaya Islam atau mendengar akan tuntutan rakyat ,” tambah Rouhani.
Ayatollah Rouhollah Mousavi Khomeini lahir di kota Khomein Iran Tengah pada 24 September 1902 dari sebuah keluarga ulama.
Beliau memimpin Revolusi Islam Iran 1979, dengan puncaknya tergulingannya monarki yang didukung AS Mohammad Reza Pahlavi. Beliau menghabiskan lebih dari 14 tahun di pengasingan, terutama di kota suci Irak Najaf dan juga di Turki serta di Perancis, sebelum kembali ke Iran dalam memimpin untuk kemenangan Revolusi Islam.
Imam Khomeini wafat pada 3 Juni 1989 di usia 87 tahun.
Imam menghilangkan keyakinan “rakyat” yang salah bahwa pemerintahan monarki tetap abadi dan bahwa dunia didominasi oleh salah satu blok Timur atau Barat, Rouhani menambahkan.
“Sekarang, kita harus mencegah kekuatan Zionis dan arogan yang menyajikan gambar palsu yang merusak terhadap bangsa Iran, Revolusi Islam, dan Republik Islam kepada orang lain.”
Presiden juga memuji prestasi bangsa Iran selama beberapa tahun terakhir di bawah bimbingan Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei, pengganti Imam Khomeini.
“Kami berhasil mempertahankan hak bangsa di lembaga-lembaga internasional dan melawan sanksi menindas,” kata Rouhani.
Rouhani merujuk perjanjian nuklir, ditandatangani di Wina pada 14 Juli 2015 antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB – Amerika Serikat, Prancis, Inggris, China dan Rusia – plus Jerman, menyusul dua setengah tahun pembicaraan intensif.
Setelah kedua belah pihak mulai melaksanakan kesepakatan pada 16 Januari, semua sanksi terkait nuklir yang dikenakan pada Iran oleh Uni Eropa, Dewan Keamanan PBB dan AS dicabut. Namun sebagai gantinyabeberapa kegiatan nuklir dibatasi. []
(Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email