Sebuah think tank Amerika menguraikan alasan-alasan yang menyebabkan siasat defensif Arab Saudi atas Tehran tidak akan membuahkan hasil.
Menurut pandangan para ahli, siasat permusuhan Arab Saudi terhadap Republik Islam Iran mulai muncul dari sejak Revolusi Islam Iran menggapai kemenangan. Sekalipun demikian, aksi-aksi permusuhan negara hingga saat ini masih dilakukan secara rahasia dan tersembunyi. Akan tetapi, dalam beberapa waktu terakhir ini, Riyadh sudah mulai melakukan aksi-aksi permusuhan secara terbuka dan terang-terangan.
Analisa terbaru sehubungan dengan siasat defensif Amerika atas Iran disebarkan oleh Think Tank Atlantic.
Think Tank Atlantic mengingatkan, permusuhan Riyadh atas Tehran mencapai puncak setelah Arab Saudi memberikan bantuan milyaran dolar kepada Saddam Husain, diktator Iraq yang telah dieksekusi mati beberapa tahun lalu, dalam fenomena Perang Iran-Iraq yang berlangsung selama 8 tahun.
Pertikaian Suriah yang mulai muncul dari sejak permulaan musim semi 2011 lalu juga telah membentangkan lahan untuk perang proxy antara Iran dan Arab Saudi. Ketika Muhammad Jawad Zarif mengucapkan selamat kepada Adil Al-Jubair lantaran terpilih sebagai Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Al-Jubair menjawabnya dengan nada sinis.
Setelah Salman dinobatkan sebagai raja Arab Saudi, siasat dan kebijakan Riyadh untuk Republik Islam Iran bertambah semaki radikal. Padahal selama ini, para penguasa Saudi terlihat sebagai pemain yang senantiasa melangkah sangat berhati-hati. Setelah Raja Abdullah meninggal pada Januari 2015 lalu, kebijakan luar Negeri Riyadh berputar nampak sangat drastis. Siasat Arab Saudi atas Iran sekarang ini lebih bersifat defensif. Sikap ini diambil Riyadh karena pengaruh Irang berarti kebangkitan Syiah dan kemusnahan diri mereka.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email