Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label ABNS BUDAYA. Show all posts
Showing posts with label ABNS BUDAYA. Show all posts

Pameran “Lelaku” Dua Perupa: Menggugah Spiritualitas, Memantik Imajinasi dan Mengembalikan Kegembiraan


Mengawali tahun 2017 dua perupa melakukan pameran secara bersama di Taman Budaya Yogyakarta. Pameran yang dikuratori oleh Suwarno Wisetrotomo dan Kuss Indarto dibuka secara resmi oleh GBPH Prabukusumo, hari Sabtu (14/1/2017) malam lalu.

Dua perupa Supriyadi atau S.Priadi dan Anwar Musadad dari jalur otodidak (self taught, bukan jalur akademis) menggelar pameran dengan tajuk “Lelaku”. S.Priyadi memamerkan delapan karya rupa sementara Anwar menampilkan 12 karya. Keseluruhan karya yang berukuran relatif besar merupakan karya dua tahun terakhir.

Suwarno Wisetrotomo yang mengkuratori karya Anwar Musadad menjelaskan bahwa lukisan-lukisan Anwar, sekilas mengingatkan pada karya perupa senior Heri Dono dengan figur-figur ganjil dan sejenisnya. Meski begitu karya Anwar memberikan kegembiraan sekaligus dapat memantik imajinasi pengunjung.


“Seni atau khususnya seni rupa semestinya memiliki peran mengembalikan kegembiraan dan imajinasi tersebut, tanpa kehilangan sikap kritis dan empati,” jelas Suwarno Wisetrotomo.

Hingga usia 15 tahun, Anwar tinggal bersama kedua orang tuanya dan sekolah di wilayah Sleman. Setelah menamatkan sekolah SMP 15 Gamping (kini SMP 3 Gamping), ia berencana melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogyakarta (Sekolah Menengah Kejuruan/SMK 3 Kasihan, Bantul). Ternyata ayah Anwar tidak merestui, dan menghendaki Anwar ‘mondhok’ atau ‘nyantri’, sebuah istilah untuk menyebut seseorang yang menjadi siswa di pondok pesantren.

Selama bertualang di berbagai pondok, Anwar sudah terbiasa membaca karya-karya sastra, yang diambil dari perpustakaan kakaknya (Haitamy El Jahid) yang kebetulan bekerja di sebuah penerbitan buku-buku kebudayaan, antara lain buku-buku sastra. Dari berbagai bacaan itu menyadarkan dirinya bahwa dalam bercakap atau berdebat, diperlukan kosakata untuk kepentingan beretorika yang baik dan indah.

Perkenalan dan belajar melukis dari perupa Nasirun, Anwar mulai mengikuti pameran pada 2002. Sempat vakum saat menjadi pengurus pondok pesantren di Beji Sidoarum, Anwar mulai aktif melukis lagi pada tahun 2008. Hingga tahun 2015 tidak kurang sudah 18 pameran bersama diikutinya.

Sebagaimana Anwar, “Lelaku” menjadi duo pameran tunggal pertama perupa kelahiran Lumajang, S.Priyadi setelah sebelumnya sejak tahun 2005 terlibat dalam beberapa pameran bersama baik di Yogyakarta maupun di kota lain.

Kuss Indarto yang mengkuratori karya S.Priyadi menjelaskan bahwa S.Priadi mengetengahkan visualitas yang beragam yang jika dicermati dengan seksama, sebenarnya, bertumpu pada satu titik persoalan yang ingin diperbincangkan, yakni spiritualitas.

Tahun 2001 menjadi tahun penting bagi S.Priyadi saat memutuskan untuk pergi ke Yogyakarta dan bekerja pada seseorang yang mempekerjakannya sebagai penggarap kerajinan figura cermin.

Pameran seni rupa “Lelaku” akan berlangsung hingga 24 Januari 2017.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Pesan Luhur dalam Tembang dan Tradisi Babarit


Babarit merupakan acara ritual tahunan adat Suku Sunda. Sebagai tradisi leluhur, Babarit sering digelar pada bulan Dzulkaidah atau bulan Hapit (dan di daerah tertentu digelar di bulan Muharam), karena bulan-bulan tersebut mereka anggap sebagai bulan pailit, bulan yang serba sulit dan penuh bencana.

Meski demikian, selain dilakukan dengan maksud agar masyarakat terbebas dari segala jenis bencana seperti gempa bumi, wabah penyakit, banjir, angin topan dan bencana lain yang dapat mendatangkan penderitaan bagi manusia, Babarit juga dianggap sebagai bentuk syukur atas kesejahteraan dan kecukupan hidup yang telah dikaruniakan Tuhan. Intinya, Babarit adalah wujud syukuran sekaligus hiburan tahunan masyarakat. Syukuran atas berbagai rejeki dan kenikmatan hidup yang telah diperoleh, disertai pemanjatan doa kepada Allah untuk mendapatkan berbagai kebaikan, keselamatan dan terhindar dari bencana pada masa-masa yang akan datang.

Salah satu daerah yang tetap rutin melakukan pergelaran tradisi Babarit adalah Dusun Dayeuhkolot, Desa Cageur, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Hingga saat ini Babaritan masih lestari dan tak pernah pudar tergeser era modernisasi di daerah tersebut.

Tradisi Babarit seperti itu konon biasa digelar juga masyarakat di beberapa desa sekitar, termasuk juga di lingkungan masyarakat blok Desa Cageur.

Konon pada masa lalu acara Babarit seperti itu, biasa digelar pada saat-saat matahari terbenam. Namun karena saat-saat terbenam matahari berbenturan dengan waktu shalat Maghrib, akhirnya sejak tahun 1981 sampai sekarang prosesi Babarit di Dusun Dayeuhkolot pelaksanaannya diubah mulai sekitar pukul 15.30 atau 16.00 WIB, berupa penampilan kesenian sunda tayuban yang digelar apik penuh khidmat.

Meski sepintas hanya berupa pergelaran seni tayuban Sunda, tetapi di dalamnya banyak mengandung pesan luhur dari para sesepuh yang harus dipertahankan serta dijunjung tinggi masyarakat setempat secara turun-temurun. Itulah sebabnya, Babarit di dusun itu, sejak zaman dulu sudah rutin dan tak pernah absen digelar setiap setahun sekali. Sementara dari sisi prosesi acara, termasuk lagu-lagu dan irama musik tayuban Sunda khas Babarit di dusun itu pun, sejak dulu hingga saat ini nyaris tidak mengalami perubahan.

Prosesi Babarit di dusun itu biasanya digelar mulai sekitar pukul 16.00 di alun-alun depan masjid dan kantor balai dusun. Beberapa menit sebelum prosesi Babarit dimulai, ratusan masyarakat setempat berdatangan untuk menyaksikan acara tersebut. Sebagian duduk mengisi barisan kursi di depan panggung acara, selebihnya duduk-duduk dan berdiri tertib di seputar alun-alun tersebut. Ada pula yang menyantap aneka makanan yang dibawa dari rumah masing-masing untuk saling ditukar dan dicicipi bersama dalam suasana keakraban dan kekeluargaan yang kental.


Seperti biasa, prosesi acara diawali dengan pemanjatan doa, disusul sambutan-sambutan dari kepala Desa Cageur dan perwakilan tokoh masyarakat Dayeuhkolot. Berikutnya baru menginjak pada acara inti, diawali lantunan irama musik pengantar tayuban, kolaborasi alat-laat musik tradisional seperti kendang, gong, bonang, saron, dan gambang.

Para penabuh alat musik tradisional serta pesinden atau pelantun lagu-lagu khas Babarit itu, semuanya warga Dusun Dayeuhkolot. Setiap lantunan lagu diiringi irama musik tayuban dalam acara tradisi itu diikuti tarian oleh dua sampai empat orang laki-laki disertai para pesindennya.

Meski hanya berlangsung selama lebih kurang satu jam, para pesinden menyuguhkan tujuh lagu inti khas Babarit Dayeuhkolot, disaksikan masyarakat dalam suasana khidmat. Ketujuh lagu khas Babarit tersebut dilantunkan secara berurutan diawali lagu berjudul Lahir Batin, Golewang, Titi Pati, Tali Asih, Renggong Buyut, Goyong-goyong, dan Raja Pulang.

Lagu atau tembang-tembang Babarit inilah yang mengandung banyak makna dan nasihat-nasihat luhur bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan mereka. Misalnya lagu berjudul Lahir Batin mengandung nasihat agar selalu berbuat baik kepada sesama manusia dan beribadah kepada Allah. Kemudian lagu Golewang yang mengandung makna, bahwa dalam menjalani kehidupan di dunia, masyarakat harus mengikuti ajaran agama dan aturan hukum yang berlaku di tengah mereka.

Berikutnya, lagu Titi Pati mengandung makna dan nasihat agar selalu teliti dan hati-hati dalam menjalani kehidupan. Sali Asih mengandung makna untuk memelihara kasih sayang terhadap sesama manusia dan lingkungan alam. Renggong Buyut mengandung makna mengajak masyarakat untuk selalu memelihara silaturahmi. Lagu Goyong-goyong berisi ajakan untuk memelihara budaya gotong-royong agar jangan sampai punah. Terakhir, lagu Raja Pulang mengingatkan kepada setiap insan manusia, tanpa memandang status dan kedudukannya di dunia, agar selalu melakukan amal kebaikan untuk bekal hidup di dunia dan di akherat kelak.

Itulah di antara beberapa pesan luhur dari para sesepuh masyarakat Sunda yang senantiasa dilestarikan secara turun-temurun melalui tembang dan tradisi Babarit, agar jalinan kerukunan antar warga masyarakat tetap terjaga. Juga agar mereka tak melupakan nilai moral, hukum dan agama dalam menjalani kehidupannya.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Seminar Strategi Interaksi Haram Suci Razavi Dengan Pegiat Budaya Internasional


Seminar strategi interaksi Haram Suci Imam Ridha as dengan para pegiat budaya internasional digelar atas prakarsa Departemen Penyiaran dan Komunikasi Islam dan Divisi urusan Peziarah Non-Iran, Haram Suci Razavi dengan dihadiri oleh 80 lembaga dan pegiat budaya dari seluruh penjuru dunia.

Astan News melaporkan, acara yang turut dihadiri oleh Sayid Ebrahim Raisi, Perwalian Haram Suci Razavi, Ali Akbar Velayati, Penasihat Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar untuk urusan internasional dan sejumlah pegiat budaya dalam maupun luar negeri, digelar di aula seminar Lembaga Riset Islam, Haram Suci Razavi.

Di awal acara Kepala Departemen Penyiaran dan Komunikasi Islam, Haram Suci Razavi menyampaikan selamat datang kepada para pegiat budaya internasional dan menjelaskan program kerja setiap komisi yang ada di seminar itu.

Ia menuturkan, penyelenggaraan acara ini di Haram Suci Imam Ridha as merupakan sebuah janji setia yang berharga terhadap Imam Ridha as dan acara yang penuh berkah.

Hujatulislam Sayid Jalal Hosseini menerangkan, 160 pegiat budaya, tokoh dan aktivis budaya berprestasi dan berpengaruh di level internasional dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Haram Suci ini untuk mengikat janji dan meraih berkah Imam Ridha as.

Hosseini juga menyinggung serangan musuh terhadap Islam asli dan menuturkan, berkat indikator-indikator yang disampaikan kepada kita oleh Imam Ridha as, kondisi terkini dunia dan Dunia Islam mewajibkan kita untuk lebih bergerak ke arah solidaritas, konvergensi dan keselarasan.

Menurutnya, sejumlah pihak memainkan peran dalam menyebarluaskan ajaran-ajaran Ilahi dan Ahlul Bait as.

“Berkat adanya pemerintahan Republik Islam Iran dan Makam Suci Imam Ridha as, Haram Suci Razavi memiliki kemampuan yang dapat menjadi fondasi dan tiang utama solidaritas ini,” ujarnya.

Kepala Departemen Penyiaran dan Komunikasi Islam, Haram Suci Razavi itu menjelaskan, terinspirasi dari instruksi Pemimpin Besar Revolusi Islam atau Rahbar, Perwalian Haram Suci Razavi menekankan kapasitas luar biasa yang dimiliki tempat suci ini dan di sini kita menyaksikan taufik Ilahi dan pelayanan yang semakin meningkat dari hari ke hari.

Hujatulislam Hosseini menyinggung tema-tema setiap komisi dalam seminar ini dan mengatakan, seminar ini dibagi ke dalam empat komisi yang masing-masing membahas “strategi menciptakan jaringan Husseini-Razavi”, “strategi dialog antaragama dengan sudut pandang diskusi Imam Ridha as”, “strategi mengenal kapasitas Haram Suci Razavi di level internasional” dan “strategi menciptakan dukungan yang tepat bagi orang-orang yang ingin mengenal Islam atau mualaf”, dan kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan setiap komisi akan menjadi arahan kerja Haram Suci Razavi guna menyusun perencanaan di masa depan.

Hosseini mengatakan, kami berharap seminar ini dapat menjadi peluang disusunnya sebuah perencanaan komprehensif untuk melakukan lompatan besar budaya lebih dari sebelumnya.

(Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Iran Peringati Syahadah Imam Ridho as

Jutaan warga Iran menghadiri peringatan syahadah Imam Ali bin Musa al-Reza (as).

Dengan berpakaian serba hitam para pelayat dari berbagai kelas sosial dan kelompok umur berbondong-bondong datang ke masjid-masjid, tempat ibadah dan tempat keagamaan pemerintah untuk memperingati kesyahidan Imam Ali bin Musa, yang merupakan Imam Syiah yang ke 8. Berbagai kisah dan wejangan Imam disampaikan dalam menghormati tokoh Syiah yang dihormati itu selama acara.

Ratusan ribu peziarah dari Iran, Afghanistan, Pakistan, Irak, Azerbaijan dan beberapa negara lain juga berbondong-bondong mendatangi kota suci Mashhad di provinsi timur laut Khorasan Razavi untuk berziarah ke makam Imam Reza.

Suasana di maqam suci Imam Reza, Imam Syiah kedelapan, pada peringatan malam kesyahidan 29 November 2016 (Foto: Tasnim)

Suasana di makam Imam Reza di kota Iran suci Mashhad (Foto oleh IRNA)

Warga Iran berkabung selama acara di maqam suci Imam Reza di Mashhad pada peringatan malam kesyahidan Imam Syiah kedelapan, 29 November 2016. (Foto oleh Tasnim)

Para peziarah Iran berjalan kaki ke kota suci Mashhad pada 29 November, 2016, menjelang peringatan kesyahidan Imam Reza. (Foto: Tasnim)

Seorang anak yang turut berjalan kaki ke kota suci Mashhad pada 29 November 2016. (Foto: Tasnim)

Situasi di maqam suci Imam Reza, di malam kesyahidannya pada 29 November 2016 (Foto: Tasnim)

Presiden Hassan Rouhani juga berada di Masyhad untuk menghadiri peringatan berkabung pada hari Rabu.

Peringatan besar juga dilakukan di kota Qom di Iran tengah, dan di kota Shiraz di barat daya Iran, yang masing-masing merupakan maqam saudara perempuan Imam Reza dan salah seorang saudara laki-laki Imam yang sangat dicintainya.

Rabu 30 November adalah hari libur nasional di Iran dalam rangka memperingati Imam Reza.

Imam Syiah Kedelapan ini syahid setelah diracuni oleh Khalifah Abbasiyah Ma’mun pada tahun 818 Masehi.

(Tasnim/IRNA/Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Makan Bubur Asyura, Polsek Kapuas Ingatkan Bahaya ISIS

Polsek Kapuas dan warga menikmati bubur asyura 10 Muharram (Foto: Banjarmasin Post)

Syahidnya Husain bin Ali dalam peristiwa tragedi Karbala yang diperingati tanggal 10 Muharam tahun 1438 hijriah, warga masyarakat Kecamatan Kapuas Kuala Kalteng, digelar dengan membuat bubur asyura.

Setelah masak, bubur-bubur itu dibagikan kepada masyarakat setempat maupun masyarakat yang melintas di wilayah itu.

Momen tersebut dimanfaatkan Kapolsek Kapuas Kuala, Iptu A Sanip. Kapolsek mengajak makan bubur bersama dengan mengambil tempat di halaman Polsek Kapuas Kuala. Hadir antara lain tokoh masyarakat sekitar maupuin aparat kecamatan.

Sebelum menikmati bubur asyura, kapolsek memberikan imbauan kepada masyarakat tentang bahaya faham radikal ISIS. Kapolsek mengimbau masyarakat untuk selalu waspada tentang faham tersebut.

Dia meminta masyarakat menolak ajaran sesat ISIS dan menjaga Kamtibmas lingkungannya masing-masing.

Bahaya ISIS telah menciptakan teror di beberapa negara, utamanya di tengah-tengah umat Islam sendiri. Di Kabul, Afghanistan, ISIS menembaki Muslim Syiah yang sedang memperingati haul cucu Nabi Muhammad saw di tempat yang mereka sucikan.

Para jamaah berkumpul di tempat suci Karte Shaki untuk memperingati Asyura, namun, tiba-tiba seorang pria menghujani kerumuman itu dengan peluru. Sebanyak 14 orang dilaporkan tewas.

Serangan terjadi pukul 07.50 waktu setempat pada Selasa, 11 Oktober 2016. Di antara mereka yang tewas, ada seorang petugas polisi dan anak-anak.

“Serangan itu menewaskan 14 orang dan melukai 36 jemaah, termasuk 19 perempuan,” kata Sediqqi seperti dilansir CNN, Rabu 12 Oktober 2016.

ISIS mengaku bertanggungjawab atas serangan mematikan itu. Ini adalah serangan kedua yang mematikan di Kabul dalam 2016. Pada 24 Agustus 2016, sekelompok pria bersenjata menyerang Kabul University. Dilaporkan 13 orang tewas. Polisi berhasil menembak mati dua penyerang. Pelaku ke-3 dilumpuhkan kala mencoba meledakkan mobil berisi bahan peledak.

Pada Juli lalu, 80 orang tewas saat berunjuk rasa. ISIS mengklaim sebagai dalangnya. Dikutip dari BBC, serangan terhadap kelompok minoritas Syiah di Afghanistan sebelumnya tidak pernah setinggi ini jika dibandingkan dengan negara tetangganya, Pakistan.

Di Afghanistan, populasi warga Syiah hanya 15 persen. Dan kebanyakan dari mereka berasal dari kelompok etnik Hazara.

(Banjarmasin-Post/Antara-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Memasak Bubur Asyura, Tradisi Banjar Tiap 10 Muharam

Bubur Asyura. (Foto: Banjarmasin Post)

Tiap 10 Muharram, umat Islam di Kalimantan Selatan menggelar tradisi khusus, yaitu Puasa Asyura. Tahun ini, 10 Muharram bertepatan pada Jumat 23 Oktober 2015.

Tak sekadar menggelar puasa sunah tersebut, orang-orang Banjar biasanya juga beramai-ramai memasak kuliner khas hari spesial itu, yaitu Bubur Asyura. Bubur ini berwarna kuning, rasanya gurih dan bahan campurannya banyak, bisa mencapai puluhan jenis.

Sesuai tradisinya, biasanya bahan campurannya mencapai 41 jenis. Biasanya, yang dimasukkan ke adonan bubur berupa sayuran dan kacang-kacangan. Jika kurang, maka harus ditambah lagi dengan bahan lainnya, walaupun berupa batu atau lumut, yang penting jumlahnya pas 41 jenis sesuai tradisi yang berlaku.

Sementara bumbu penyedapnya berupa garam dan bubuk penyedap rasa. Tak ada resep khusus untuk membuat bubur ini. Bahannya bisa apa pun dan apa yang ada saja, sesuai dengan kondisi perekonomian warga yang membuatnya. Yang penting bahannya banyak, mencapai 41 jenis dan cukup untuk dikonsumsi warga sekampung.

Tradisi memasak bersama itu berlangsung tiap tahun. Di Banjarmasin, biasanya warga berkumpul di pagi hari, terutama kaum hawanya untuk memasak bubur itu. Seperti yang dilakukan warga Jalan Pramuka, Gang Manunggal RT 10, Banjarmasin.

Tampak kaum hawa sibuk memotong-motong berbagai sayuran seperti kacang panjang, wortel, kelapa, tempe, hingga bawang merah. Sedangkan kaum lelakinya sibuk menyiapkan kompor dan wajan serta menguliti daging ayam.

Mereka memasak untuk kemudian dibagikan ke para tetangga mereka. Pemandangan serupa juga tampak di tempat lain, yaitu di Jalan Pengambangan, Kelurahan Pengambangan RT 7 RW 1, Kecamatan Banjarmasin Timur, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Para perempuannya, tua dan muda tampak sibuk mengaduk-aduk adonan bubur yang sudah hampir matang. Mereka bekerja secara gotong royong.

Warga berdoa sebelum menyantap bubur Asyura. (Foto: Banjarmasin Post)

Setelah matang, bubur itu didoakan bersama dengan dibacakan doa selamat. “Biasanya baca doanya di musala. Para lelakinya berkumpul, berdoa bersama, setelah itu barulah buburnya dibagikan,” kata warga setempat, Syamsiah.

Bubur itu dimakan bersama di rumah masing-masing. Bagi mereka yang berpuasa Asyura, maka bubur ini akan menjadi hidangan wajib buka puasa mereka.

“Bagi yang tidak berpuasa bisa memakannya langsung, wajib juga memakannya karena sudah didoakan. Pokoknya, kalau bikin Bubur Asyura, orang satu kampung harus dapat jatah semua,” katanya.

Warga lainnya, Muhammad Hanafi, menambahkan tentang kisah di balik tradisi ini. Di masa Nabi Muhammad masih hidup, pernah terjadi perang Badar. Usai perang, jumlah prajurit Islam menjadi lebih banyak.

Kala itu, ada seorang sahabat Nabi Muhammad memasak bubur. Namun dia tak mengira ternyata jumlah makanannya tak sebanding dengan jumlah prajurit yang harus diberi makan.

“Akhirnya, Rasulullah memerintahkan agar para sahabatnya mengumpulkan bahan makanan apa saja yang ada agar dicampurkan ke bubur itu supaya jumlahnya jadi banyak dan cukup untuk memakani para prajurit itu. Rasulullah yang mendistribusikannya ke para prajuritnya,” katanya.

Pada 10 Muharram itu bertepatan pula dengan sebuah peristiwa penting dalam sejarah Islam, yaitu perang di Karbala di mana cucu Nabi Muhammad, Husain, terbunuh secara mengenaskan.

Warga menikmati hidangan bubur Asyura. (Foto: Banjarmasin Post)

Tradisi ini sudah berlangsung lama di Kalimantan Selatan. Tak hanya di Banjarmasin, di daerah lain di provinsi ini juga menggelar tradisi tersebut. Biasanya jamak ditemui di pelosok perkampungan.

Kalau di tengah kota, sangat jarang terlihat, kecuali jika Anda berkunjung ke Alun-alun Ratu Zalecha di Martapura, Kabupaten Banjar. Tiap 10 Muharram, Kesultanan Banjar menggelar tradisi ini dengan membuat ribuan porsi bubur Asyura.

Tahun ini juga digelar acara tersebut, tak sekadar untuk merayakan Hari Asyura, namun juga dalam rangka peringatan Milad Kesultanan Banjar ke 511. Namun jika ingin blusukan ke perkampungan warga juga bisa. Apalagi, bubur Asyura ini adanya di Kalimantan Selatan hanya setahun sekali dan cuma beberapa jam sebelum habis dimakan warga.

(Banjarmasin-Post/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Bubur Asyura di Kalimantan, Kenduri Asyura di Aceh

Warga Jalan Kopi Selatan Sampit saat membuat bubur Asyura secara bergotong royong, Selasa 11 Oktober 2016 (Foto: Radar Sampit)

Cerita syahidnya Husain bin Ali beserta keluarga dan sahabatnya dalam pertempuran tidak seimbang yang lebih tepat disebut pembantaian di Padang Karbala, Irak telah lama diperingati muslim Nusantara. Drama perjuangan melawan penguasa zalim yang digelorakan Husain itu di belahan bumi Nusantara bahkan telah menjadi tradisi turun-temurun.

Masyarakat Kota Sampit, Kalimantan Tengah terus berupaya mempertahankan tradisi itu dengan membuat dan memakan Bubur Asyura setiap hari Asyura atau 10 Muharam, saat cucunda Nabi Muhammad saw menemui syahadahnya.

Abdul Hamid, warga Jalan Kopi Selatan, Kota Sampit menuturkan, tradisi turun temurun dari nenek moyang itu terus dilestarikan untuk anak cucu generasi penerus selanjutnya. Acara masak-emasak bubur itu dilakukan di halaman belakang Masjid Al Musthofa.

”Tradisi memasak dan makan bubur asyura ini sudah ada sejak lama, turun temurun. Kami ini hanya menjalankan kebiasan dari kecil yang orangtua kami lakukan,” ujar Hamid, Selasa 11 Oktober 2016.

Pelaksanaan kegiatan juga kental dengan nuansa kebersamaan, karena mulai dari memasak hingga disantap, semua dilakukan secara bersama-sama. Saat membuat bubur, wanita dan pria berbagi tugas.

Wanita yang sebagian besar para ibu, bertugas meracik bumbu, sedangkan laki-laki menanak nasi hingga menjadi bubur. Bumbunya persis bumbu soto. Hal yang berbeda adalah campuran bahannya yang terdiri 41 jenis sayur dan kacang-kacangan ditambah daging dan telur.

Menurut pengakuan Hamid, tradisi memperingati hari Asyura merujuk pada sejarah kelam umat Islam. Penguasa Yazin bin Muawiyah yang mengendalikan kekuasaan dengan zalim dan tiran telah membantai Husein.

”Terlebih dalam hal ini banyak hal baik dan positif yang dapat diambil dari makna hari Asyura. Karena menyatukan masyarakat, hal ini memberikan dampak baik untuk hidup bermasyarakat,” ujarnya.

Tradisi membuat dan makan bubur Asyura dilaksanakan di banyak tempat di Sampit, seperti di Masjid Jami dan sejumlah permukiman warga. Bubur Asyura dibagikan kepada anak yatim, masyarakat sekitar pada siang hari. Sebagian disisakan untuk warga yang berbuka puasa sunat di masjid setempat.

(Radar-Sampit/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Istighotsah, Berzanji dan Makan Bubur Asyura di Riau

Suasana istighosah di Tembilahan yang dihadiri Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman (Foto: Potret-News)

Peringatan hari Asyura atau 10 Muharam dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau di Lapangan Gajah Mada Tembilahan, Selasa 11 Oktober 2016. Peringatan ini dilaksanakan dengan menggelar istighotsah.

Gubernur Provinsi Riau, Ir H Arsyadjuliandi Rachman MBA, hadir dalam acara itu. Selain gubernur, juga terlihat hadir Sekda Sekretaris Daerah Provinsi Riau Ahmad Hijazi, Bupati Inhil bersama struktur pemerintahannya juga, unsur Forkopimda Kabupaten Inhil dan ribuan masyarakat setempat.

Pejabat dan masyarakat yang menghadiri acara itu, terlihat khusyuk membaca istighosah dengan memanjatkan Salawat Nabi, Yasin dan doa bersama ribuan masyarakat dengan dipandu para tokoh agama.


“Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang terus diselenggarakan Kabupaten Inhil. Kita berharap dengan istighosah ini Kabupaten Inhil dan masyarakatnya selalu diberikan keberkahan dan kesehatan oleh Allah SWT,” harap Bupati Inh‎il, HM Wardan.

Bupati juga berharap bahwa momentum ini bisa semakin mempererat rasa kebersamaan semua pihak dan mensinergikan satu kemauan yakni Inhil semakin baik, maju dan bermarwah ke depannya.

Bupati Inhil HM Wardan memperlihatkan bubur Asyura kepada Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman (Foto: Tribun Pekanbaru)

Peringatan hari Asyura di Riau juga dilakukan dengan cara buka puasa bersama dengan memakan bubur Asyura bersama-sama di lapangan Gajahmada Tembilahan pada tanggal 10 muharram 1438 Hijriah atau Selasa 11 Oktober 2016.

Acara dengan tajuk Gema Muharam juga ditampilkan kesenian khas dari Kecamatan Gaung yaitu pembacaan Berzanji dengan tabuhan 1.001 Burdah.

Acara ini pun mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) dipuncak event wisata religi Gema Muharram 1438 H yang dilaksanakan di lapangan Gadjah Mada Tembilahan, Selasa 11 Oktober 2016. Penghargaan tersebut diterima Bupati Indragiri Hilir, HM Wardan, Sekda Inhil Said Syarifuddin serta Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman.

(Tribun-News/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Syahidnya Husain Dalam Prosesi Tabut Besanding Bengkulu

Tumpah ruah kemeriahan penutupan festifal Tabut tanun 2016, yang ditutup langsung oleh Gubernur Bengkulu, Dr H Ridwan Mukti MH, Senin malam ,10 Oktober 2016. (Foto: Bengkulu Ekspress)

Ribuan warga Kota Bengkulu memadati lapangan Tugu Merdeka atau dikenal juga dengan lapangan “View Tower” untuk menyaksikan prosesi Tabut Besanding, malam puncak ritual Tabut untuk memperingati gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husain, di pertempuran Padang Karbala.

“Malam Arak Gedang dan Tabut Besanding menjadi malam puncak ritual tabut sebelum acara puncak, yaitu pembuangan tabut,” kata Ketua Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) Bengkulu Ahmad Syiafril di Bengkulu, dilansir Antara.

Tabut yang berarti ‘peti’ adalah simbol lambang peti jenazah Husain yang diarak keluarga Tabut Bengkulu untuk mengikuti ritual tabot tebuang pada 10 Muharam menuju pemakaman Karbala yang mencerminkan kawasan Karbala di Irak.

Ritual Tabut selama 10 hari yang digelar mulai 1 Muharram hingga 10 Muharram merupakan peringatan terhadap mati syahidnya Husein di Padang Karbala.

Tabut Besanding adalah rangkaian bangunan Tabot yang dibuat oleh KKT imam dan bangsal. Sebelum prosesi Tabut Besanding, KKT menggelar ritual naik pangkek atau menaikkan jari-jari ke puncak bangunan tabut.

Foto: musiardanis’s Bucket

Ritual naik pangkek dilakukan setelah salat Asar, bertempat di gerga atau markas pembuatan tabut imam dan bangsal. Tabut yang telah dilengkapi jari-jari (terbuat dari tembaga) yang bermakna sebagai simbol jasad cucu Nabi Muhamad SAW, yakni Husein.

Selanjutnya, tabut tersebut diarak menuju Jalan Ahmad Yani Kota Bengkulu untuk mengikuti ritual arak gedang dilanjutkan Tabut Besanding dengan puluhan tabut lainnya.

Tabut atau rangkaian peti tersebut mencapai setinggi tiga sampai lima meter. Tabot yang berwarna-warni tersebut semakin meriah dan menarik perhatian karena dipasang lampu kerlap-kerlip, sehingga sangat indah dilihat pada malam hari.

Foto: Garuda Citizen

Upacara tabut dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat Bengkulu untuk menyambut Tahun Baru Hijriah dan memperingati gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW bernama Husein bin Abi Thalib dalam perang di Padang Karbala.

Ritual tabut yang digelar KKT telah dikembangkan oleh Pemda Provinsi Bengkulu dengan istilah Festival Tabut yang dirangkai dengan pertunjukan seni budaya dan pasar rakyat.

(Bengkulu-Ekpress/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kenang Perjalanan Al Husain Dalam Ritual ‘Tabut Menjara’ di Bengkulu

Keluarga Kerukunan Tabot saat menggelar ritual duduk penja (Foto: Bengkulu Ekspress)

Ritual ‘Tabut Menjara’ adalah ritual dimana para keturunan tabut saling mengunjungi dimalam hari. Ritual menjara dilakukan selama 2 malam berturut- turut.

Malam pertama keluarga tabut Bansal yang mengunjungi keluarga tabut Imam. Malam selanjutnya kebalikannya, keluarga tabut Imam yang mengunjungi para keluarga tabut Bansal. Dalam Menjara ini, Rombongan membunyikan dol dan membawa panji-panji (bendera) kebesaran keluarga masing-masing.

“Lebih tepatnya saling mengunjungi dan bersilahturahmi antar keluarga tabut. Malam kemarin kita yang menunggu sedangkan malam ini kita yang mengunjungi keluarga tabut bansal,” ujar Ketua KKT Bencoleen Ir Syiafril Syahbuddin di sekretariat KKT Bengkulu jumat 7 Oktober 2016.

Setelah menjara ritual tabut selanjutnya arak penja dan sorban yang akan di laksanakan pada tanggal 7dan 8 Muharram.

Prosesi ritual ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada kebesaran Hasan-Husain. Kegiatan ini dilakukan oleh semua Keluarga Kerukunan Tabot (KKT) di Gerga Tabot Imam di Jalan Kerapu, Kelurahan Berkas Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu, Rabu 5 Oktober 2016.

Penja sendiri merupakan benda yang terbuat dari kuningan, perak, atau tembaga yang berbentuk telapak tangan manusia. Ukurannya pun beragam, ada yang kecil, sedang, dan besar lengkap dengan jari-jarinya, dan juga ada penja yang berbentuk pedang yang digunakan para nabi saat berperang menegakkan Islam.

Penja ini dianggap sebagai benda keramat yang mengandung unsur magic, dan harus dicuci dengan air limau atau air jeruk setiap tahunnya. Menurut Syiafril, ritual duduk penja ini bermakna menegakkan tiang Islam. Oleh sebab itu, penja yang berbentuk tangan manusia tersebut menandakan bahwa dalam menegakkan Islam haruslah dalam keadaan bersih yang dimulai dari telapak tangan.

Adapun tiang Islam yang dimaksud tersebut ialah 5 rukun dan 5 shalat maka disimbolkan dengan penja atau 5 jari.

“Kalau tangan kotor, ya jadi kotor semua apa yang dilakukan. Nah, kalau bersih apapun yang dimakan itu bersih. Jadi baik secara rohani maupun jasmani, tangan itu harus duluan untuk menegakkan tiang Islam tadi,” terang Syafril kepada Bengkulu Ekspress (BE), usai memimpin ritual duduk penja, kemarin.

Prosesi ritual ini berlangsung sekitar 2 jam dan erjalan dengan khidmat yang diawali dengan doa, penja diturunkan untuk di cuci, dilengkapi sesajen berupa kemenyan, emping, air serobat, susu murni, air kopi pahit, nasi kebuli, pisang emas dan tebu.

Setelah dicuci, keluarga pembuat tabot langsung mengantarkan Penja yang dibungkus ke gerganya, dengan diiringi bunyi dol dan tassa untuk disimpan kembali selama upacara perayaan tabot.

“Awalnya kita sampaikan doa, salam, salawat dan menyampaikan Alfatihah kepada Al Husain dan segala yang syahid di Padang Karbala. Setelah itu, baru mulai mencuci penja pakai air limau dan bunga, kemudian barulah penja itu disusun dan ditegakkan baru dibungkus dengan kain putih,” ungkapnya.

Setelah melakukan doa, para keluarga tabot pun tampak berbaris dan mengelilingi gerga sebanyak 7 kali dengan membawa bendera, jari-jari, tunas pohon pisang, penja yang sudah dicucikan dan dibungkus kain putih, serta beberapa makanan seperti nasih kebuli, pisang mas, tebu dan lainnya.

Usai mengelilingi 7 kali, secara spontanitas masyarakat sekitar langsung berebutan untuk mendapatkan makanan yang sudah diarak tersebut, bahkan tak hanya makanan, air limau bekas cucian penja pun habis diambil warga menggunakan teko/termos untuk di minum.

“Kalau tunas pisang itu artinya simbol penghasilan. Artinya kita itu jangan mati dulu sebelum menghasilkan sesuatu, maka kita harus berbuat,” ucap Syiafril.

Tak lama setelah melakukan proses ritual inti, para keluarga tabot ini secara sendiri-sendiri memanjatkan doa di depan Gerga. Namun, menariknya selama proses ritual berlangsung rupanya para makhluk gaib pun juga mengikuti proses ritual tersebut, buktinya beberapa anggota keluarga tabot tersebut mengalami kesurupan. Meski sempat mencuri perhatian warga sekitar, namun kejadian tersebut sudah menjadi hal yang biasa, dan tidak membutuhan waktu lama akhirnya keadaan kembali normal setelah keluarga tabot lainnya saling membantu untuk menetralisirkan keadaan.

Usai melakukan duduk penja, ritual yang dilakukan selanjutnya yakni Menjara yang dilakukan pada hari Kamis dan Jum’at malam atau pada 6 – 7 Muharram.

Menjara merupakan simbol perjalanan panjang di malam hari dengan arak – arakan musik dol, bendera dan panji-panji kebesaran yang diibaratkan ketika perjalanan dari Madinah menuju Padang Karbala Iraq pada tahun 61H / 680M.

Keluarga Kerukunan Tabot (KKT) saat melakukan ritual menjara di malam 6 Muharram, kemarin malam (6/10). Selain memainkan alunan musik dol, tassa dan seruling bambu, juga dilakukan pembakaran daun kelapa kering (Foto: Bengkulu Ekspress)

Genderang peperangan kembali dibunyikan di malam yang dingin yang dilengkapi dengan rintikan hujan, bahkan tumpukan daun kelapa kering dibakar agar menciptakan kobaran api yang besar. Ritual ini mengambarkan semangat peperangan antara Husain yang melawan penguasa tiran Yazid dalam rangka menegakkan keadilan yang telah dicabk-cabik anak Muawiyah itu.

Ritual menjara atau dengan kata lain saling menyerang ini dilakukan di lapangan terbuka dengan diiringi bunyian Dol, Tassa dan seruling bambu yang bertalu-talu pada malam hari mulai pukul 20.00 hingga 24.00 WIB, Kamis malam 6 Oktober 2016 lalu.

Tak heran, jika suasana menjadi sangat meriah karena tak hanya alunan musik tradisional, tetapi juga diikuti dengan hentakan dan teriakan para penabuh dol seraya melakukan lompatan-lompatan kecil.

“Sebenarnya makna menjara ini mengenang terjadi perang di Karbala,” katanya.

Dalam upacara menjara ini dilakukan dibeberapa titik yang digelar selama 2 hari berturut-turut. Pada tanggal 6 Muharram kelompok Tabot Bangsal mendatangi kelompok Tabot Berkas, kemudian pada tanggal 7 Muharram, kelompok Tabot Berkas mendatangi kelompok Tabot Bangsal.

“Malam ini dari Kampung Bali ke Bajak, Tengah Padang, kemudian menuju Kebun Ros, lalu ke Benteng Malborought, kemudian arah Malabero melewati Penurunan sampai ke Lempuing. Jadi mereka yang datang nanti sambil membawa dol dan jari-jari,” terangnya.

“Menjara pada dasarnya perjalanan panjang pada malam hari dari Madinah ke Kuffa, tetapi terhenti di Karbala. Akhirnya menjadi proses saling mengunjungi pada malam hari,” ujarnya

Saat melakukan pawai, di setiap mereka saling menyambut dan jika dalam perjalanan ada kelompok lain yang menyalakan api, itu menandakan untuk berhenti dan bergabung menjadi satu.

“Saat kita jalan, kalau mereka minta berhenti maka mereka harus panggang daun kelapa kering. Berarti minta supaya berenti,” ungkapnya.

Adapun makna lain dari ritual menjara ini, menurut Syiafril, merupakan ajang silaturahmi antar keluarga besar tabot. Karena di dalam perjalanannya setiap kelompok nantinya akan saling bertemu dan menyatu dalam pawai besar yang dilakukan hingga batas waktu yang ditentukan.

Usai melakukan ritual menjara, pada 8 Muharram nanti para keluarga tabot ini akan menggelar ritual meradai atau pemberitahuan Imam Husain (cucu Rasulullah) gugur di medan tempur.

Adapun jenis irama Dol yang digunakan yakni suvena atau musik dol irama berduka cita. Meradai bukanlah prosesi minta sumbangan seperti pmahaman saat ini, tetapi masa duka cita dimana kepala Imam Husein terpenggal dan terpisah-pisah bagian tubuhnya karena kekejian Yazid Bin Ummayah di Padang Karbala Irak kala itu.

Suvena juga dipakai pada prosesi pada Arak Penja, Arak Seroban, Arak Gedang dan Tabot Tebuang.

Disisi lain, pihaknya juga mengharapkan keberhasilan festival tabot 2016 dengan mendapatkan dukungan dan partisipasi berbagai pihak, baik itu masyarakat Bengkulu, pihak swasta dan instansi terkait serta dunia usaha. Melalui kebersamaan, rasa ikut memiliki dan kemauan untuk berperan serta dalam melestarikan kebudayaan daerah diharapkan Festival Tabot ini akan dapat berjalan dengan sukses dan dapat menjadi magnet daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Bengkulu

(Bengkulu-Ekspress/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Tradisi: Ritual Mandi Lumpur Hari Asyura di Lorestan, Iran


Ritual mandi lumpur di hari Asyura adalah sebuah tradisi mengakar kuno di kalangan masyarakat Lorestan, Iran.

Dari sejak pagi hari di hari Asyura, penduduk Lorestan sudah berdatangan ke tempat-tempat penggelaran ritual mandi lumpur.

Setiap orang yang bermandi lumpur seakan-akan sedang kehilangan orang yang sangat ia cintai dan dilanda kesedihan yang mendalam. Kesedihan mendalam ini membuktikan kecintaan mereka kepada keluarga suci Rasulullah saw. Kecintaan ini berbaur dengan kehidupan mereka. Kadang kala pada saat sedih dan kadang kala juga pada saat bahagia. Mereka senantiasa meneriakkan “ya Ali”, “ya Zahra”, dan “ya Husain”.

Kolam-kolam lumpur telah siap sedia di halaman tempat-tempat ritual duka dan masjid-masjid kota. Pertama kali, para pemuda duduk di kolam-kolam lumpur. Seiring dengan hari yang semakin terang, kalangan lansia, anak-anak, dan kaum wanita juga berdatangan dan memasuki kolam-kolam lumpur secara bergantian. Mereka mengusapkan lumpur-lumpur dua tersebut ke seluruh tubuh mereka.

Bersamaan dengan matahari menyingsing, kidung duka Camariyuneh dilantunkan dan membuat suasana semakin sedih memilukan.

Menyaksikan suasana ini sungguh sangat memilukan, sekalipun bagi mereka yang tumbuh besar di Lorestan dari sejak kanak-kanak. Tak sedikit dari mereka setelah mandi lumpur mengucurkan air mata dan duduk menyendiri di sebuah pojokan sembari berkhlawat dengan Tuhan mereka.

Setelah mandi lumpur, mereka menghampir kemah-kemah yang terbuat dari kayu dan telah dibakar. Di dekat api tersebut mereka mengeringkan pakaian sembari meneriakkan seruan “ya Husain”. Seruan bertubi-tubi saling bersautan dan seruan duka nestapa pun menggema di seluruh kota.









(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Jepang Pemilik Pusat Pertukaran Budaya Islam


Organisasi muslim Jepang mendirikan pusat pertukaran kebudayaan Islam guna pengenalan masyarakat Jepang yang meyukai Islam dan kebudayaan Islam, di kota Tokyo.

Menurut laporan IQNA seperti dikutip dari situs Asia, organisasi muslim Jepang yang memiliki 500 anggota, setelah satu dekade memimpikan untuk memiliki pusat Islam, pusat pertukaran kebudayaan Islam didirikan di Tokyo dengan tujuan memperkenalkan Islam kepada masyarakat Jepang yang menyukai Islam dan kebudayaan Islam di kawasan Shinagawa.

Organisasi muslim Jepang memiliki sebuah tempat salat kecil di Yoyogi Tokyo, yang sukar untuk ditemukan bagi kaum muslim yang baru masuk.

Pada tahun 2003, dimana organisasi ini mencatat hari pendiriannya yang kelima, mulai mengumpulkan uang untuk pembangunan pusat Islam dan pembelian tanah dan pembangunan tiga tingkat untuk pusat tersebut yang menghabiskan biaya mencapai 240 juta Yen.

Pusat pertukaran kebudayaan Islam didirikan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan antar kaum muslim dan para non muslim dan diputuskan dibuka pada bulan mendatang.

Penyelenggaraan kelas-kelas Islam dengan bahasa Arab dan Indonesia termasuk program-program utama markas tersebut.

Kimiaki Tukumaso, ketua organisasi muslim Jepang mengatakan, kami mengharap pusat ini menjadi sebuah wadah untuk saling mengetahui dan saling mengenal secara mendalam kaum muslim dan para non muslim.

Ia menambahkan, pendalaman komunikasi kedua belah pihak antara muslim dan non muslim juga akan bermanfaat bagi masyarakat Jepang.

(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Rektor Islamic College London: Haram Suci Razavi Aset Berharga Ajaran Ahlul Bait as


Rektor Islamic College London menjelaskan bahwa menziarahi Imam Ridha as adalah poros Imamah dan Wilayah. Ia mengatakan, Haram Suci Imam Ridha as adalah aset berharga ajaran-ajaran Ahlul Bait as.

Staf Media, Panitia Perayaan Pekan Karamah, Haram Suci Razavi melaporkan, Isa Jahangir, Rektor Islamic College London di sela kunjungannya ke pusat pameran dan seminar, museum pusat dan museum karpet Haram Suci Razavi mengatakan, Haram Suci Imam Ridha as dan menziarahi beliau akan membersihkan dosa-dosa dan memoles jiwa manusia, juga nuansa spiritual tempat suci ini membuat jiwa setiap peziarah bercahaya.

Ia menambahkan, hari ini, salah satu kewajiban utama warga Muslim Syiah adalah mentransfer keutamaan-keutamaan mazhab Syiah kepada orang lain, pasalnya di beberapa tempat di dunia sampai sekarang masih banyak orang yang sama sekali tidak mengetahui keutamaan-keutamaan dan karakteristik mazhab Syiah.

Rektor Islamic College London menerangkan, kita harus berusaha memanfaatkan peluang-peluang yang ada untuk menyebarluaskan budaya Razavi dengan strategi budaya mazhab Syiah di pusat-pusat ilmu, karena hari ini musuh sudah menyusun banyak rencana untuk melemahkan budaya Syiah.

Jahangir juga menyinggung serangan-serangan budaya musuh dan menuturkan, ajaran-ajaran Ahlul Bait as adalah strategi paling kaya untuk melawan senjata-senjata musuh yang diarahkan kepada kita dan pemanfaatan perintah-perintah yang disampaikan dalam sumber-sumber kaya agama, merupakan jalan terbaik untuk menjawab semua keraguan dan senjata-senjata musuh.

Ia menjelaskan bahwa ketenangan dan keamanan hari ini adalah buah dari gerakan di jalan Ahlul Bait as dan mengikuti teladan mereka.

“Muslim Syiah harus mencegah masuknya segala bentuk penyimpangan dan khurafat ke dalam keyakinan-keyakinan agama, dalam upayanya menyebarluaskan budaya Syiah,” ujar Jahangir.

Rektor Islamic College London menyebut semua yang dilakukan Haram Suci Razavi untuk para peziarah non-Iran sangat berharga dan patut mendapat perhatian. Ia juga mengapresiasi dan berterimakasih atas penyelenggaraan acara-acara khusus untuk para peziarah non-Iran.

(News-AQR/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Meningkatnya Invasi Budaya di Negeri Ini


Para syuhada sepnajng hidupnya tidak mencari apapun kecuali keridhaan Allah swt.

Wakil wali faqih yang juga Imam shalat Jum’at di Isfahan, Ayatullah Sayid Yusuf Thaba Thaba’i Nejad, dalam sebuah acara untuk memperingati ribuan syuhada dari kalangan pekerja, beliau mengatakan bahwa para instansi pemerintahan harus selalu mencontoh perilaku dari para syuhada.

Sembari menegaskan perihal meningkatnya invasi budaya di negeri ini, wakil wali fawih yang juga Imam shalat Jum’at di Isfahan ini menuturkan bahwa semua ini terjadi karena rancangan, program dan proyek-proyek besar mengenai budaya sangatlah sedikit dan khususnya di Isfahan, oleh karenanya permasalahan penitng ini harus diperhatikan.

Lebih lanjut Ayatullah Sayid Yusuf Thaba Thaba’i menambahkan bahwa masalah budaya yang dihadapi masyarakat saat ini adalah para veteran perang, relawan dan keluarga syuhada, yang padahal dalam masalah ini kita dengan para keluarga syuhada dan mantan-mantan pejuang harus selalu menjadi penghibur kesedihan mereka.

Para syuhada sepnajng hidupnya tidak mencari apapun kecuali keridhaan Allah swt, dan zahirnya mereka adalah sebuah zahir yang sangat bernilai, dan yang akan menjadi saksi kemusliman mereka, oleh karenanya seorang mukmin ialah yang berdiri di atas perjuangan mereka, dan jangan pernah menyandarkan apapun kepada siapapun.

Kemajuan kita adalah kemajuan yang sangat pesat dan saat ini kita memiliki kemajuan teknologi yang sangat signifikan, di samping itu kita juga memiliki pasukan yang menyatakan selalu siap menghadapi musuh apapun, pungkas Ayatullah Thaba Thaba’i.

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Paling Diminati Di China

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia saat ini sudah mulai dilirik dan diminati oleh berbagai negara di dunia. Banyak universitas dan lembaga pendidikan di sejumlah negara yang membuka program studi khusus Bahasa Indonesia (ilustrasi)

"Dengan saling mempelajari bahasa masing-masing, maka kita akan saling mengenal dan memahami. Indonesia adalah negara yang berpengaruh di Asia Tenggara,

Perkembangan Bahasa Indonesia saat ini terus mengalami evolusi, bahasa nasional kebanggaan bangsa Indonesia tersebut, saat ini sudah mulai diminati dan dipelajari oleh berbagai negara di dunia.

Mulai dari Australia, sejumlah negara Timur Tengah, Afrika, dan bahkan China, bahasa Indonesia menjadi salah satu bahasa yang masuk dalam studi kurikulum mulai dari tingkat dasar hingga universitas di negara-negara tersebut. Bukan tanpa alasan, bahasa Indonesia adalah bahasa yang menempati urutan nomor empat sebagai bahasa yang paling banyak dipakai di dunia.

Di China terutama Hongkong misalnya, Bahasa Indonesia akan mudah ditemui di pusat perbelanjaan, penunjuk jalan, dan lain-lain.

Seperti dilansir dari Antara, stasiun televisi milik Pemerintah Hong Kong, RTHK mulai menggunakan "subtitle" Bahasa Indonesia pada beberapa program televisi tersebut, sejak Sabtu (2/4).

Seorang juru bicara RTHK, seperti dikutip media setempat mengatakan, penambahan subtitle Bahasa Indonesia merupakan upaya perusahaan penyiaran tersebut untuk lebih dapat menjangkau pemirsa dari kelompok minoritas, khususnya warga negara Indonesia.

Pemakaian Bahasa Indonesia di salah satu rumah makan di Hongkong, China. (ilustrasi)

"Sebagian besar warga negara Filipina, dapat mengerti Bahasa Indonesia, tetapi sebagian warga negara Indonesia tidak dapat ber-Bahasa Inggris," ungkap juru bicara tersebut. Ia menambahkan, penambahan subtitle Bahasa Indonesia akan dilakukan pada beberapa program lain.

Konsul Jenderal RI di Hong Kong Chalief Akbar kepada Antara di Beijing, Selasa, mengatakan menyambut baik keputusan RTHK untuk menambahkan subtitle Bahasa Indonesia pada beberapa program.

"Ini merupakan yang pertama saya saksikan, stasiun televisi asing menambahkan subtitle Bahasa Indonesia. Ini tentu membanggakan. Dan diharapkan 170 ribu masyarakat Indonesia di Hong Kong semakin dapat memahami Hong Kong, begitu pun sebaliknya," tuturnya.

Salah satu program acara yang ber-subtitle Bahasa Indonesia adalah "Hong Kong Stories Challenges in the Wild", yang ditayangkan setiap Sabtu pada pukul 06.30-07.00 waktu setempat. Program bercerita tentang perjalanan menyusuri Hong Kong dengan cara yang tidak lazim.

Program acara lain yang akan diberi subtitle Bahasa Indonesia adalah "Independent Travellers", pada Senin pukul 19.00 dan "Visits with Our Animal Neighbours".


Perkembangan Bahasa Indonesia Di China

Bahasa Indonesia bukan lagi bahasa yang asing untuk digunakan, terutama bagi sebagian pedagang di Silk Market--salah satu pasar terkenal di Beijing, Tiongkok. Para pedagang tersebut akan segera berbicara dalam Bahasa Indonesia, meski tidak terlalu banyak kosa kata yang digunakan ketika tahu calon pembeli yang dihadapinya berasal dari Indonesia.

Pemakaian Bahasa Indonesia di pusat rekreasi di Hongkong, China (ilustrasi)

"Murah,murah," adalah kata yang kerap mereka ucapkan saat menawarkan dagangannya, mulai dari pakaian, asesoris hingga cindera mata khas Tiongkok, kepada turis Melayu termasuk Indonesia.

Silk Market, merupakan salah satu pasar favorit para wisatawan asing. "Ini semua harganya sama," kata Li Wei, kepada seorang turis Indonesia yang hendak membeli sejumlah cindera mata khas Tiongkok.

Bahasa Indonesia juga digunakan para pedagang pasar serupa di Beijing, seperti Pearl Market dan juga sebagian pedagang aneka cendera mata/souvenir khas Tiongkok, di gang-gang di sepanjang jalan Wangfujing, kawasan belanja yang terkenal pula di ibu kota Tiongkok.


Studi Bahasa Indonesia Di China

Atase Pendidikan KBRI di Beijing, Priyanto Wibowo mengatakan, sebanyak 13 kampus di Tiongkok telah membuka jurusan Bahasa Indonesia hingga akhir 2014. Kampus terlama yang membuka jurusan Bahasa Indonesia, menurut Priyanto, adalah Peking University.

Sementara kampus yang memiliki mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia terbanyak adalah Yunan University. "Sejauh ini mahasiswa jurusan bahasa Indonesia terbanyak ada di Yunan University, lebih dari 100 mahasiswa asal Tiongkok," ungkapnya.

Priyanto mengemukakan jumlah pengajar jurusan Bahasa Indonesia di Tiongkok masih sangat sedikit.


Spanduk pengumuman yang menggunakan Bahasa Indonesia di Victoria Park, Hongkong (ilustrasi) Selain Peking University dan Yunan University, beberapa kampus yang membuka jurusan Bahasa Indonesia antara lain, Beijing International Studies University, Tianjin Foreign Studies University, Guangdong University of Foreign Studies, dan Shanghai International Studies University.

Dosen di Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia di Shanghai International Studies University, Huang Yue Min, mengatakan, saat ini ada 30 mahasiswa Tiongkok di kampus tersebut yang belajar di jurusan Bahasa Indonesia.

Ia menilai jumlah mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia di Shanghai International Studies University terus bertambah, antara lain disebabkan kedekatan hubungan internasional antara Indonesia dan Tiongkok.

"Ada kesamaan misi Indonesia dan Tiongkok, dan ini ada potensi besar karena keduanya sama-sama ingin memakmurkan jalur laut sejak Jokowi jadi presiden. Di sini kita bisa mengembangkan kemitraan kedua negara," ujar Min.

Selain mempelajari Bahasa Indonesia, mahasiswa di Shanghai International Studies University juga mempelajari politik, budaya dan perekonomian Indonesia.


Lebih mengenal Indonesia

Mahasiswi jurusan Bahasa Indonesia pada Universitas Bahasa Asing Beijing (BFSU) Huang Mengjiao mengatakan banyak warga Tiongkok yang belum mengenal atau bahkan memahami Indonesia secara utuh, salah satunya karena kendala bahasa.

Pemakaian Bahasa Indonesia pada plang penunjuk jalan (ilustrasi) 

"Dengan saling mempelajari bahasa masing-masing, maka kita akan saling mengenal dan memahami. Indonesia adalah negara yang berpengaruh di Asia Tenggara, dan semakin saya mengenal Indonesia, saya semakin suka," ungkapnya.

"Bahasa Indonesia itu, sulit tetapi menyenangkan untuk dipelajari. Warga Indonesia, harusnya bangga dengan Bahasa Indonesia," katanya.

Ia mengungkapkan pertama tahu tentang Indonesia dari dosennya di Beijing. "Beliau mengatakan Indonesia adalah negara besar, dengan segala sumber daya yang melimpah.

Negara yang berpengaruh di Asia Tenggara. Kini saya makin mengenal Indonesia, dan Indonesia memang negara besar, potensial untuk menjadi negara maju di masa depan," tutupnya.

(RTHK/Antara-News/Gerhana-85/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Budaya Turis Arab di Puncak Lahirkan Generasi Tanpa Harga Diri

Turis arab di Puncak. (Foto: merdeka.com/muhammad lutfhi rahman)

Aroma budaya Arab di kawasan Puncak Bogor Jawa Barat semakin terasa kuat. Hal itu ditandai oleh beberapa fenomena kawin kontrak dan maraknya adat-istiadat berbau Arab yang mulai dianut masyarakat sekitar.

Sosiolog Musni Umar menyatakan perlu adanya perlawanan terhadap dominasi budaya Timur Tengah itu. Peran pemerintah sangat penting dalam proses perlawanan melalui penguatan budaya lokal.

"Budaya mereka itu (Arab) juga harus dilawan dengan adanya penguatan budaya lokal. Barangkali itu tugas pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat dan cendekiawan untuk memberi nilai-nilai kepada masyarakat kita agar tidak jadi korban," kata Musni Umar saat dihubungi merdeka.com, Sabtu (13/9/14).

Wakil Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta ini menjelaskan persoalan akulturasi budaya tidak bisa untuk dicegah. Namun, masyarakat harus diberi pendidikan agar mampu menyaring unsur-unsur negatif yang datang dari budaya lain.

"Akulturasi budaya dengan masyarakat lokal itu sama sekali tidak bisa kita hindari. Pemerintah wajib memperkuat identitas lokal dengan pengetahuan yang terus-menerus bukan melarang tapi mencegah hal-hal negatif," terang dia.

Masih menurutnya, unsur-unsur negatif budaya Arab ini belum tentu disadari oleh Pemerintah Indonesia. Puluhan tahun ke depan dimungkinkan muncul generasi yang tak jelas identitas keluarganya.

"Persoalannya apakah ini sudah disadari atau belum. Dampaknya ke depan, 20 tahun lagi lahir generasi yang tidak jelas orang tuanya, dalam arti akibat kawinnya tidak jelas, anak akan kehilangan harga diri dan identitas," pungkas dia.

(Merdeka/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Wanita Arab Saudi Pilih Tidak Menikah


Tampaknya perempuan Saudi lebih memilih untuk tetap melajang setiap kali mereka menginjak dewasa. Ditemukan dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Departemen Keuangan dan Perencanaan di Arab Saudi bahwa, 97,4% dari perempuan Saudi menikah sebelum usia 30 tahun.

Ada lebih dari 180.000 perawan tua di Arab Saudi yang telah mencapai usia 30 tahun, tapi, kehilangan kesempatan emas untuk menikah, menurut sebuah artikel yang diterbitkan dalam surat kabar Gulf News Agency pada tanggal 14 Agustus.

Dengan kata lain, wanita di Arab Saudi menjelang 30 tahun belum menikah, melajang tetap menjadi pilihan.

Nouf Al-Syafi’i, penduduk Saudi yang mukim di Mesir pernah mengatakan kepada majalah “Syarfah”: “Adalah gila mereka menganggapku lajang pada usia 29 tahun, sementara di lain tempat 29 tahun diklaim usia gadis. Lebih-lebih ketika aku kembali ke rumah keluarga semua saudara mengkritikku dan merasakan kasihan karena aku sudah terlalu tua dan dalam status tampa perkawinan.”

Nouf menambahkan, salah satu alasan di balik pilihan untuk tetap melajang adalah, angka perceraian terus meningkat di Arab Saudi. 2,4 persen dari komunitas perempuan atau hampir 180.000 perempuan di tahun 2007. Mungkin juga karena tingginya angka perceraian, menurut studi yang dilakukan oleh departemen kementerian.

”Ternyata, teman-temanku lebih memilih menikah karena mereka takut kelewat usia tanpa seorang pendamping hidup. Hal ini sediannya diharapkan dalam masyarakat Saudi, seperti halnya dalam budaya masyarakat Arab konservatif dimana perempuan cenderung menikah dan beranak dalam usia yang relatif masih muda. Namun, tidak dipungkiri juga sebagian mereka hidup tidak bahagia, jadi aku menunggu sampai ada lelaki yang mau menambat hatiku.”

Menurut Business Arab.com, hampir 62 persen perkawinan di Arab Saudi berakhir dengan perceraian.

Ada berbagai teori para ahli tentang penyebab masalah ini, mulai dari pembentukan pola didik orang tua kepada anak-anak mereka atas arti penting tanggung jawab dan sebuah status ikatan, sampai kekerasan dalam rumah tangga dan poligami.

Dalam wawancara dengan harian ‘Al Sharq Al Awsat’, Dr Jamal Atuweriqi, spesialis psikologi anak di rumah sakit ‘Raja Fahad National Guard’, mengungkapkan fakta, bahwa ada kecenderungan orangtua sendiri yang merusak anak-anak mereka dengan tidak mengajarkan bagaimana menangani problema sehari-hari. Dan tidak mempersiapkan mereka untuk mengambil tanggung jawab sebagai seorang dewasa. Sepasang suami istri akan sulit menghadapi masalah jika tidak dipersiapkan sebelumnya metode menyelesaikan masalah. Mereka tidak tahu bagaimana menghadapi tanggung jawab baru.

Sebagian besar kasus perceraian di Arab Saudi, terjadi dalam rentang waktu tiga tahun pertama perkawinan, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Dr Ibtisam Al-Halwani di Universitas King Abdul Aziz yang muncul di sebuah artikel yang diterbitkan Website ArtArabia.com pada bulan Agustus 2008.

Halwani menuturkan, kekerasan dan perlakuan buruk, satu dari dua alasan utama di balik sebagian besar kasus perceraian. Sementara sosiolog Abdullah Fauzan, yang bekerja di King Saud University di Riyadh, mengatakan kepada Al-sharg Al Awsat, bahwa praktek poligami bertanggung jawab pada 55 persen kasus perceraian.

Fauzan menambahkan, fenomena muda mudi yang akan melangsungkan pernikahan, lebih didominasi alasan penampilan bukan kesesuaian, atau hasil dari penentuan keluarga (kawin paksa). Dengan demikian, mereka tidak punya kesempatan saling mengenal satu sama lain. Sebagai hasilnya, ketidak-patuhan dan kurangnya pengertian, menyebabkan runtuhnya sebuah ikatan.

Hasna’ Abdel-Fattah, 28 tahun kepada majalah Syarfah mengatakan: “Begitu perceraian sangat mudah di Arab Saudi. Dahulu, generasi orang-orang tua kami, benar-benar menjaga ikatan sakral ini bagaimana pun ia. Kini, banyak temanku bercerai atas alasan paling sepele. Kami telah terbiasa mendapatkan segala sesuatu dengan mudah, sehingga bila ada sesuatu yang pahit dalam hubungan perkawinan, segera mereka pisah. Mereka tidak dibekali pengetahuan dasar tentang bagaimana melangsungkan hubungan.

Studi yang dilakukan Khalwani menunjukkan; bahwa angka perceraian akan terus meningkat dan diperkirakan pada tahun 2020 bisa mendekati 8 juta perempuan yang tidak menikah.

Dahulu, perceraian tidak pernah terdengar di masyarakat Saudi, namun karena frekwensinya terus meningkat, nampaknya hal itu tidak lagi tabu di masyarakat yang sangat konservatif. Komunitas para lajang menjadi trend panutan masyarakat.

Kepada situs Art Arabia.com, Schaden Rayes – ibu tiga anak berstatus terceraikan dari suaminya- menjelaskan, bahwa, “Nikah tidak berarti bahagia selamanya, meski, perceraian tidak selalu berarti sengsara.”

Di sisi lain, Nouf menambahkan kepada majalah Syarfah, “keluargaku akan terus memberikan tekanan padaku, aku tahu itu. Tapi pasti menurun perlahan-lahan ketika aku pergi ke sana, dan aku pikir mereka tidak berharap banyak dariku, mereka akan cuek denganku.”

(02/09-2008 dari majalah Syarfah-Timur tengah).

(Business-Arab/Buali/The-Global-Review/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Mengintip Meriahnya Pasar Takjil di Berbagai Negara

Pasar takjil di berbagai negara. (Foto: AP/A.M. Ahad)

Iftar, berbuka, atau breaking fast. Apapun istilah yang digunakan untuk membatalkan puasa, ada satu hal yang tak bisa lepas dari tradisi berbuka, yaitu takjil. Sajian ringan pembuka ibadah puasa ini selalu hadir dalam setiap Ramadan.

Tak hanya di Indonesia, negara-negara lain pun mengenal takjil dengan istilah yang berbeda. Takjil bahkan sudah menjadi lahan bisnis musiman bagi para pencari rezeki di bulan Ramadan. Karena itulah, pasar-pasar takjil menjamur dadakan di bulan suci.

Seperti apa pasar takjil di negara-negara lain? Makanan apa saja yang biasa dijajakan? Yuk, kita intip kemeriahannya lewat foto-foto berikut.

1. Bangladesh

Pasar takjil di berbagai negara (Foto: AP/A.M. Ahad

Sebuah lapak di Dhaka, Bangladesh, menjual ayam berbumbu pekat untuk berbuka. Tampak si penjual sedang tawar-menawar dengan calon pembeli.

2. Indonesia

Pasar takjil di berbagai negara (Foto: AP/Dita Alangkara

Suasana pasar takjil di salah satu kawasan bisnis utama Jakarta. Sejumlah karyawan kantor tampak mengantre untuk membeli aneka gorengan.

3. Mesir

Pasar takjil di berbagai negara (Foto: Reuters/Asmaa Waguih)

Warga Mesir mengantre untuk membeli jus tradisional untuk berbuka di salah satu pasar Ramadan Kairo. Warga Mesir gemar meneguk jus dari bahan-bahan lokal seperti tebu, asam, hibiscus, dan aprikot rebus untuk menghadapi cuaca panas.

4. Yaman

Pasar takjil di berbagai negara (Foto: AFP/AP/ANI)

Para pedagang kaki lima di ibukota Yaman, Sana'a menjual panganan manis untuk berbuka puasa.

5. Afghanistan

Pasar takjil di berbagai negara (Foto: AFP/AP/ANI)

Bakery tradisional di Kandahar, Afghanistan memajang dagangan berupa roti pipih di trotoar. Makanan ini cukup digemari oleh warga Afghanistan.

6. Palestina

Pasar takjil di berbagai negara (Foto: AFP/AP/ANI)

Sama seperti kebanyakan negara muslim, kurma juga menjadi takjil favorit di Palestina. Dalam foto tampak salah satu penjual kurma di Tepi Barat, Jenin menawarkan dagangannya kepada calon pembeli.

7. Pantai Gading

Pasar takjil di berbagai negara AFP/AP/ANI

Seorang pedagang wanita memajang dagangannya, deretan sereal dan kurma di pasar kaki lima Abobo, pinggiran kota Abidjan.

8. Malaysia

Pasar takjil di berbagai negara (Foto: AFP/AP/ANI)

Seorang pemilik warung tengah mempersiapkan ayam panggang di Kuala Lumpur.

9. Prancis

Pasar takjil di berbagai negara (Foto: AFP/AP/ANI)

Meskipun bukan termasuk negara dengan muslim mayoritas, cukup banyak warga muslim yang menjadi pendatang di negeri Menara Eiffel. Kebanyakan dari mereka berasal dari Timur Tengah, karena itulah jajanan yang biasa dijual saat Ramadan pun khas dari negara-negara Islam itu. Seperti yang dijajakan di toko kue Trappes, barat daya Paris ini.

Itulah suasana pasar takjil di berbagai negara selama bulan Ramadan. Ternyata tak beda jauh dengan Indonesia, ya?

Disadur dari berbagai sumber

(Merdeka/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Terkait Berita: