Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Bangladesh. Show all posts
Showing posts with label Bangladesh. Show all posts

Blogger Ateis di Bangladesh Diduga Dibunuh Kelompok Militan (Teroris)

Blogger Bangladesh Niloy Chowdhury (40 tahun) tewas dibunuh.

Blogger asal Bangladesh, Niloy Neel ditemukan tewas di kediamannya di kota Dhaka, pada Jumat (7/8) lalu.  Berdasarkan keterangan dari polisi dia dibunuh oleh sekolompok orang dengan menggunakan parang.

Neel adalah seorang ateis dan banyak mengkritik tentang Islam. Dia juga sempat aktif di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). BBC melaporkan bahwa dia adalah blogger sekuler keempat yang terbunuh selama satu tahun ini, yang diduga dilakukan oleh kelompok militan di Bangladesh.

Pria berusia 40 itu telah menulis banyak kritikannya untuk Islam. Dia juga mengkritik terbunuhnya tiga blogger di negaranya yang terjadi pada tahun ini. Selain itu dia juga menuliskan tentang hak perempuan dan kaum minoritas, dimana terjadi kekerasan dan penindasan terhadap umat Hindu di Bangladesh.

"Kami tahu bahwa Niloy bekerja di LSM beberapa waktu lalu, tapi kami tidak memperhatikan tulisan-tulisannya. Kami sedang melakukan investigasi," kata juru bicara Kepolisian Dhaka, Muntashirul Islam, menurut Mirror, Sabtu (8/8).

Ansar al-Islam Bangladesh, kelompok al Qaeda yang diduga terlibat dalam kasus pembunuhan ini.

Sementara itu berdasarkan informasi email yang belum dikonfirmasi, dari CNN menyatakan bahwa Mufti Abdullah Ashraf, yang mengaku menjadi juru bicara group, mengatakan: "Dengan izin Allah, operasi ini terjadi hari ini. Kami menyatakan perang melawan musuh terburuk Allah dan Rasul-Nya."

(BBC/Republika/ABNS)

Mengapa Orang-orang Rohingya Melarikan Diri dari Myanmar?


Pencabutan kartu identitas penduduk yang dikenal sebagai Kartu Putih bagi orang Rohingya oleh pemerintah Myanmar mungkin menjadi salah satu faktor yang membuat mereka nekat mempertaruhkan nyawa mengarungi laut.
Sekitar 300.000 Kartu Putih, tanda terakhir yang menunjukkan mereka adalah penduduk Myanmar, sudah diminta dikembalikan oleh pihak berwenang dan dinyatakan tidak berlaku sejak 31 Maret lalu.

Dengan kartu itu, kaum Rohingya antara lain boleh memberikan suara dalam pemilihan umum.

Mayoritas etnik Rohingya, yang jumlahnya ditaksir antara 1,3 hingga 1,5 juta jiwa, tinggal di negara bagian Rakhine di dekat perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh.

"Mereka sudah dianggap bukan warga negara, sekarang dokumen tidak ada," jelas Utusan Khusus Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk Myanmar, Tan Syed Hamid Albar.

"Bila tidak ada dokumen dan tidak ada tempat bagi mereka, bergerak pun tidak boleh, untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain tidak boleh, ada undang-undang yang menyekat pergaulan, yang bahkan menyekat cinta, maka akhirnya mereka mencari jalan," tambah mantan menteri luar negeri Malaysia itu.

Perjalanan dua bulan

Mereka menumpang kapal-kapal yang diduga dikendalikan oleh jaringan penyelundup manusia dengan tujuan utama Malaysia.

Pulau Langkawi, Malaysia didarati oleh 1.107 orang, pengungsi Rohingya dan migran Bangladesh, yang kemudian ditempatkan di Pusat Detensi Imigrasi Belantik, Negara Bagian Kedah.

Sekitar 1.800 orang diselamatkan di Aceh melalui tiga gelombang. Ribuan orang lainnya diperkirakan masih berada di laut.

Bila dirunut, dari segi waktu tampaknya ada korelasi antara jatuh tempo Kartu Putih dan tempo perjalanan para pengungsi yang mengaku berangkat kira-kira dua bulan.

Seorang anggota parlemen Myanmar dari etnik Rohingya, Shwe Maung, mengatakan masa berlaku Kartu Putih dinyatakan berakhir setelah muncul protes keras dari kelompok-kelompok nasionalis Buddha Februari lalu, padahal baru saja disahkan rancangan undang-undang yang menyatakan pemilik kartu mempunyai hak pilih.

Kala itu, pemerintah Myanmar mengatakan akan membentuk komisi guna mengkaji persoalan Kartu Putih.

Pencabutan, tuturnya, jelas membuat warga resah.

"Masih tidak jelas jenis kartu apalagi yang akan diberikan, tapi belum ada sampai sekarang."

Menyusul gelombang kerusuhan, termasuk tahun 2012 yang menewaskan setidaknya 200 orang , mereka ditempatkan di kamp-kamp dan tidak diizinkan bekerja di luar lingkungan tempat tinggal. Pemerintah beralasan lokalisasi dilakukan untuk melindungi mereka dari amukan massa.

Tanpa kartu, mereka khawatir akan ditangkap dan dimasukkan ke penjara menjelang pemilihan umum di Myanmar yang dijadwalkan akan digelar bulan Oktober-November, kata seorang pemuka masyarakat Rohingya.

"Bila mereka tetap di Myanmar, mereka akan dimasukkan ke penjara, keselamatan jiwa mereka terancam dan hak pilih mereka sudah sudah dicabut," kata Mohammad Sadek, pengurus Komite Pengungsi Rohingya Arakan (RARC) di Malaysia kepada wartawan BBC Indonesia, Rohmatin Bonasir.

"Oleh sebab itu Rohingya menganggap sekarang waktu yang tepat untuk menyelamatkan diri," kata Sadek.

Rohingya oleh pemerintah Myanmar dianggap sebagai pendatang dari Bangladesh, meskipun mereka secara turun-temurun tinggal di Rakhine.

Belakangan sikap Myanmar melunak terhadap krisis pengungsi di Asia Tenggara menyusul berbagai tekanan, termasuk tekanan diplomatik yang dilakukan Indonesia dan Malaysia.

PBB menggolongkan Rohingya sebagai minoritas yang paling tertindas di dunia.

Sumber: detik.com

Tiga negara bakal gelar pertemuan, nasib muslim Rohingya belum jelas

Imigran Rohingya di perairan Thailand. ©AFP PHOTO/Christophe Archambault

Malaysia kemarin mengatakan menteri luar negerinya akan bertemu dengan menteri luar negeri Thailand dan Indonesia di Kuala Lumpur Rabu besok. Pertemuan itu guna membahas cara mengatasi perdagangan manusia setelah ribuan pengungsi muslim Rohingya terdampar di Malaysia dalam sepekan terakhir.

Situs Channel News Asia melaporkan, Senin (18/5), tiga negara, termasuk Indonesia saat ini tengah menghadapi gelombang para pengungsi Rohingya yang mencoba menyelamatkan diri dari konflik sektarian di tanah asal mereka, Myanmar.

Sekitar 2.500 pengungsi ROhingya mendarat di Malaysia dan Indonesia dalam sepekan terakhir, sedangkan sekitar 5.000 lagi masih terkatung-katung di laut dengan bahan makanan air yang tidak mencukupi.

"Malaysia akan terus mencari solusi untuk masalah ini. Kami akan bekerja sama dengan negara-negara tetangga," kata pernyataan kementerian luar negeri Malaysia.

Sebagai ketua Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN), Malaysia diharapkan mampu memimpin upaya diplomatik buat menyelesaikan kasus regional ini.

"Jika perlu kita adakan pertemuan darurat ASEAN," kata Menteri Luar Negeri Malaysia Anifah Amin saat bertemu Menteri Luar Negeri Bangladesh Ahad lalu.

"Sebagai ketua ASEAN, Malaysia akan membahas isu ini secara lebih mendalam, dan kami harap Myanmar bisa ikut bergabung mencari solusi sebelum kasus ini dibawa ke level internasional," ujar Anifah.

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan pengungsi, UNCHCR menyatakan sekitar 25 ribu warga Bangladesh dan Rohingya memadati kapal-kapal selundupan dalam tiga bulan pertama tahun ini. Angka itu dua kali lebih banyak dari periode yang sama pada tahun lalu.

PBB menilai Indonesia dan Malaysia tak boleh mengabaikan kedatangan imigran gelap Rohingya. Upaya kedua negara, bersama Thailand, mengirim kapal-kapal pengungsi asal Myanmar itu ke perairan internasional dikecam.

Komisioner HAM PBB Zeid Raad Al Hussein mengaku terkejut saat mendengar pemerintah Thailand, Malaysia, dan Indonesia tidak akan menampung para pengungsi dalam waktu lama. Dia menyatakan kebijakan tersebut bertentangan dengan kemanusiaan.

(Source)

PBB dan AS desak negara Asia Tenggara tak tolak pengungsi Rohingya

Imigran Rohingya di perairan Thailand. ©AFP PHOTO/Christophe Archambault

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menilai Indonesia dan Malaysia tak boleh mengabaikan kedatangan imigran gelap Rohingya. Upaya kedua negara, bersama Thailand, mengirim kapal-kapal pengungsi asal Myanmar itu ke perairan internasional dikecam.

Komisioner HAM PBB Zeid Raad Al Hussein mengaku terkejut saat mendengar pemerintah Thailand, Malaysia, dan Indonesia tidak akan menampung para pengungsi dalam waktu lama. Dia menyatakan kebijakan tersebut bertentangan dengan kemanusiaan.

"Fokus setiap negara seharusnya dicurahkan buat menyelamatkan jiwa para pengungsi, bukan lebih lanjut membahayakan keselamatan mereka," ujarnya seperti dilansir Channel News Asia, Minggu (17/5).

PBB pun mengecam pemerintah Myanmar yang jadi pemicu persoalan ini. Sepekan terakhir, diperkirakan lebih dari 8 ribu warga Rohingya berusaha menuju Malaysia. Sekitar 600 orang terdampar di Aceh Utara, sementara 1.080 mendarat di kawasan Langkawi, Malaysia. Sebagian besar, masih ada di lautan bersama imigran gelap Bangladesh, dijanjikan pekerjaan oleh calo. Nyatanya setelah dua bulan di lautan, mereka ditinggal begitu saja.

PBB mengecam kebijakan Myanmar tak mengakui Rohingya sebagai warga negara, sebagai penyebab krisis kemanusiaan lanjutan usai pecah kerusuhan etnis di Provinsi Arakan tiga tahun lalu.
Di pesisir utara Myanmar itu, tinggal 800 ribu warga muslim Rohingya. Mereka kini terdesak melarikan diri ke Bangladesh dan pulau-pulau di Teluk Bengal, dari serangan etnis mayoritas Rakhine.

Amerika Serikat turut mendesak negara-negara besar di Asia Tenggara untuk bersatu mengatasi arus imigran Rohingya. Bila dibiarkan terombang-ambing, para pengungsi akan tewas pelan-pelan di lautan,
"Kami mendesak pemerintah-pemerintah di Asia Tenggara tidak lagi mendorong kapal-kapal migran ke laut lepas," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Jeff Rathke.

Hari ini, Menlu Malaysia Anifah Aman bertemu Menlu Bangladesh Mahmood Ali untuk membahas solusi atas arus imigran tersebut. Arus manusia perahu pernah membeludak di kawasan pada 1975 dari Vietnam akibat perang.

Thailand, salah satu negara yang kebanjiran pengungsi Rohingya, menggelar forum mengundang 15 negara lainnya, pada 29 Mei mendatang. Topik yang dibahas adalah mencari solusi atas pelarian ribuan etnis Rohingya dan Bangladesh ke Asia Tenggara. Presiden Myanmar, Thein Sein, turut diundang.

(Source)

Imigran Bangladesh Akan Dipulangkan

Dubes Bangladesh, MD Nazmul Quaunine (tengah) Wali Kota Langsa, Usman Abdullah SE, saat memberikan keterangan pers di Posko pengungsian imigran Myanmar dan Banglades, di Pelabuhan Kuala Langsa, Minggu (17/5/2015). 

Laporan Zubir | Langsa

BLANGSA -- Duta Besar (Dubes) Bangladesh, MD Nazmul Quaunine,‎ mengatakan akan segera mendeportasi (memulangkan) WNA Bangladesh, yang kini berada di posko penampungan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa.

Hal itu dikatakan Dubes Bangladesh yang berkantor di Jakarta, ‎saat mengunjungi warga negaranya di posko Pelabuhan Kuala Langsa, Minggu (17/5/2015) siang.

Saat itu hadir Wali Kota Langsa, Usman Abdullah, ‎Kapolres Langsa, AKBP Sunarya SIK, Dandim 0104/Atim, Letkol Endra Saputra ZR SH MSi, dan pejabat Imigrasi Kelas II setempat.

‎Saat ini imigran Bangladesh yang berada di Langsa sebanyak 421 orang, mereka ditemukan nelayan terdampar bersama 256 imigran Rohingya (Myanmar) pada sebuah tongkang, di Perairan Langsa, Selat Malaka, Jumat 15/5/2015) pagi dalam kondisi memprihatinkan. (*)

(Source)

Album : Lebih dari 2.500 Orang Tewas dalam Gempa Kuat Nepal

Seorang pria Nepal menangis setelah petugas penyelamat menemukan tubuh ibunya di antara puing-puing setelah gempa bumi di Bhaktapur dekat Kathmandu, Nepal, Minggu 26 April 2015. © AP

Korban tewas akibat gempa kuat di Nepal telah melebihi 2.500 jiwa termasuk di negara-negara Himalaya, sementara operasi penyelamatan terus dilakukan di wilayah tersebut.

National Emergency Operation Centre Kathmandu menyebut jumlah korban di Nepal sebanyak 2.430 orang sementara sekitar 6.000 lebih orang terluka. Para pejabat di India mengatakan korban di wilayahnya sekitar 67, sementara media pemerintah Cina mengatakan 18 orang telah tewas di wilayah Tibet.

Selain itu, sedikitnya 17 orang tewas dalam longsoran salju di Gunung Everest Nepal, yang dipicu oleh gempa.

“Kami telah mengerahkan semua sumber daya kami untuk pencarian dan penyelamatan,” kata juru bicara polisi, Kamal Singh Bam, kepada AFP, menambahkan, “Helikopter telah dikirim ke daerah-daerah terpencil. Kami mengangkat puing-puing dari bangunan yang runtuh untuk melihat apakah masih ada korban. ”
Sementara itu, Geological Survey AS mengatakan gempa susulan 6,7 SR melanda wilayah timur laut ibukota pada hari Minggu (26/4/15), dimana para pendaki Gunung Everest melaporkan bahwa gempa baru memicu kembali longsor.

Pada Sabtu gempa menghancurkan sebagian besar bagunan lama di ibukota Nepal, Kathmandu dan gempa juga dirasakan di seluruh India, Bangladesh, wilayah China Tibet dan Pakistan.
Gempa dengan kekuatan 7,8 SR, dengan pusat gempa di luar Kahtmandu, merupakan yang terburuk untuk mengguncang negara ini lebih dari 80 tahun.

Sebuah bangunan yang rusak akibat gempa di ibukota Nepal Kathmandu, April 26, 2015 © AFP

Para penyelamat Nepal mengangkat puing-puing untuk mencari korban setelah gempa bumi di ibukota Nepal, Kathmandu, 25 April 2015. © AP

Relawan Nepal membawa anak yang terluka setelah menyelamatkannya dari bangunan yang rusak menyusul gempa di ibukota Kathmandu, 25 April 2015. © AP

Sebuah mobil sebagian terkubur di bawah reruntuhan di distrik Patan di ibukota Nepal Kathmandu akibat gempa kuat, 26 April 2015. © AFP


Para relawan membawa mayat dengan tandu, yang diambil dari puing-puing bangunan yang runtuh setelah gempa bumi di ibukota Nepal, Kathmandu, 25 April 2015. © AP

Reruntuhan bangunan Lapangan Durbar Kathmandu Nepal, sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO, di daerah yang rusak parah akibat gempa pada 25 April 2015. © AFP

Seorang wanita tertimbun di puing-puing setelah petugas penyelamatnya dari sebuah bangunan runtuh menyusul gempa bumi di Bhaktapur dekat ibukota Nepal, Kathmandu, 26 April 2015. © AP


 seorang warga Nepal mendorong kursi roda dengan pria yang terluka dengan kursi roda ke daerah terbuka menyusul gempa dipinggiran ibukota, Kathmandu, 25 April 2015. © AFP


Korban yang terluka menerima perawatan di luar rumah sakit Medicare di Kathmandu, Nepal, Sabtu 25 April 2015. © AP


Seorang anak yang terluka menerima perawatan di luar rumah sakit Medicare di ibukota Nepal, Kathmandu, 25 April 2015. © AP


Petugas penyelamat Nepal memindahkan kotoran saat mereka mencari korban gempa bumi di Bhaktapur dekat ibukota Kathmandu, 26 April 2015. © AP
 

 Warga Nepal berusaha mengangkat puing-puing dari sebuah kuil di Durbar Square Hanumandhoka setelah gempa bumi di ibukota Kathmandu, 25 April 2015. © AP


Petugas penyelamat membersihkan puing-puing di Durbar Sqaure setelah gempa bumi di ibukota Nepal, Kathmandu, 25 April 2015. © AP

 Petugas penyelamat membawa orang yang terluka ke pesawat di Everest Base Camp pada 26 April 2015, sehari setelah longsor akibat gempa kuat yang menghancurkan lokasi itu. © AFP

Helikopter penyelamat datang untuk mendarat dan mengangkut orang terluka di Everest Base Camp pada 26 April 2015, sehari setelah longsor yang disebabkan gempa bumi yang menghancurkan lokasi itu. © AFP

Terkait Berita: