Foto: Jemal Countess/GettyImage
Kerajaan Arab Saudi punya Pangeran Alwaleed bin Talal dan Pangeran Fahad, tapi juga ada Pangeran Sattam, Pangeran Nayef, Putri Maha, dan sebagainya.
Beberapa bulan lalu, Pangeran Alwaleed, pengusaha paling tajir di Arab Saudi, mengatakan niatnya untuk mendonasikan seluruh hartanya, senilai US$ 32 miliar atau sekitar Rp 434 triliun, untuk kegiatan sosial.
Tak seperti beberapa saudara dan pangeran lain, yang lebih suka menikmati limpahan harta warisan, Pangeran Fahad bin Faisal, 32 tahun, lebih suka merintis jalan sebagai pengusaha di Los Angeles. Lulusan Teknik Mesin, Universitas Stanford, ini sempat menjadi Head of User Operations di Facebook Arab. "Facebook-lah yang jadi alasan mengapa aku tak mengambil gelar MBA. Facebook adalah MBA-ku, juga gelar doktorku," kata Pangeran Fahad kepada Business Insider.
Tak ada angka yang pasti, tapi ditaksir ada sekitar 7.000 pangeran dan putri di antara 22 ribu anggota keluarga Kerajaan Saudi. "Jika keluarga kalian punya 22 ribu orang, tentu saja akan ada apel yang buruk. Tapi, pada umumnya, anggota keluarga Kerajaan Saudi dihormati rakyatnya," kata Jonathan Paris, peneliti di South Asian Center of Atlantic Council, kepada NYPost.
Lantaran begitu ketatnya Kerajaan Saudi mengontrol berita, kisah-kisah kelakuan para "apel buruk" itu tak beredar di dalam negeri. Namun, di luar negeri, kekuasaan Kerajaan Saudi tak bisa membungkam media. Lima tahun lalu, Kerajaan Saudi dipermalukan habis-habisan saat Pangeran Saud Abdulaziz bin Nasser al-Saud diadili di Pengadilan Inggris lantaran membunuh pembantu sekaligus pasangan sejenisnya. Hakim menghukum Pangeran Saudi penjara seumur hidup.
Ilustrasi (Hasan al-Habsy/Detikcom)
Entah bagaimana wajah Raja Abdullah kala itu saat Pengadilan Prancis menjatuhkan vonis penjara selama 10 tahun kepada Pangeran Nayef bin Sultan bin Fawwaz al-Shaalan pada Mei 2007. Pangeran Nayef tidak cuma menjalin hubungan gelap dengan teman kuliahnya di Universitas Miami, Doris Mangeri Salazar, tapi juga menjalin "hubungan terlarang" dengan bandar narkotik Kolombia, Juan Gabriel Usuga.
Pada 1999, Pangeran Nayef setuju "meminjamkan" pesawatnya kepada Usuga untuk mengangkut 1.980 kilogram kokain dari Caracas, Venezuela, ke Paris. Dengan berlindung di balik kekebalan diplomatik sang pangeran, mereka berharap kokain itu bisa mendarat di Paris dengan selamat. Operasi penyelundupan itu gagal total. Sial bagi Doris, dia tak punya kerabat berkuasa seperti keluarga Kerajaan Saudi. Pangeran Nayef bisa berkelit dari hukuman dengan bersembunyi di negaranya, tapi Doris mendekam di penjara sampai detik ini.
Punya sumur-sumur minyak yang tak henti mengucurkan dolar, keluarga Kerajaan Saudi punya duit yang tak bakal habis hingga tujuh turunan. Tak mengherankan jika pangeran dan putri Saudi begitu kondang di pusat-pusat belanja paling top di dunia. Selama tujuh pekan, Jayne Amelia Larson, artis Hollywood, jadi saksi mata bagaimana keluarga Kerajaan Saudi berbelanja.
Puluhan mobil mewah segala mereka, dari Porsche hingga Bentley, berderet-deret di bandara saat pesawat pribadi yang mengangkut Putri Zaahira—bukan nama sebenarnya—beserta keluarga dan pembantu-pembantunya hendak mendarat di Los Angeles. Selama tujuh pekan, Jayne jadi pelayan, merangkap sopir, pesuruh, dan penunjuk jalan bagi rombongan Putri Zaahira.
Jayne mengantar dan menunggu saat ada seorang putri hendak menyedot lemak di perut atau pasang implan di payudara. Dia juga pernah pontang-panting mencari di setiap toko saat ada seorang putri menghendaki 27 botol krim untuk menghilangkan bulu di kaki.
Selama itu pula rombongan putri tersebut menghabiskan puluhan juta dolar AS untuk memborong sepatu-sepatu Jimmy Choo, tas Hermes Birkin segala warna, dan berkantong-kantong koleksi Christian Dior. Jayne dan sopir-sopir lain yang disewa rombongan itu harus berulang kali bolak-balik ke hotel untuk mengangkut barang belanjaan. "Tujuh pekan itu sudah seperti satu episode dalam The Real Housewives of Riyadh," kata Jayne, menggambarkan borosnya mereka, kepada NYPost.
Tapi Putri Saudi juga pernah meninggalkan noda di pusat belanja. Pada April lalu, majalah Vanity Fair mengupas kelakuan memalukan Putri Maha binti Mohammed bin Ahmad al-Sudairi, 50 tahun. Putri Maha bercerai dari Pangeran Nayef bin Abdul Aziz, Putra Mahkota dan Wakil Perdana Menteri Saudi, pada awal 2012.
Menjelang subuh pada 31 Mei 2012, Putri Maha dan puluhan anggota keluarga beserta pengiringnya berniat meninggalkan Hotel Shangri-La di Paris. Sudah lima bulan mereka menempati 41 kamar di hotel bintang lima itu. "Kami tak pernah melihat dia," kata pelayan hotel. Biasanya Putri Maha hanya "beredar" pada malam hari. Total tagihan hotel untuk Putri Maha sudah menembus angka US$ 7 juta atau Rp 95 miliar. Yang jadi soal, Putri Maha berniat "kabur" sebelum tagihan itu dibayar. Pada pagi buta itu sempat terjadi keributan kala petugas mencoba menahan Putri Maha dan rombongannya meninggalkan hotel.
Pangeran Alwaleed dan Putri Ameerah (GettyImages)
Rupanya, bukan cuma berutang kepada Hotel Shangri-La, Putri Maha juga meninggalkan jejak utang di mana-mana. "Dia pelanggan yang sangat baik selama delapan tahun hingga belakangan mulai berhenti membayar," kata manajemen toko pakaian dalam O Caprices de Lili. Putri Maha masih punya utang US$ 100 ribu kepada toko ini. Pemilik toko busana Key Largo juga mengklaim punya tagihan sebesar US$ 125 ribu untuk Putri Maha.
"Raja Abdullah sudah kehilangan kesabaran kali ini.... Dia tak mau lagi tersangkut urusan Putri Maha," ujar seorang kenalan Putri Maha. Pada Maret 2013, Pengadilan di Nanterre, Prancis, menyita dan melelang harta benda milik Putri Maha untuk melunasi utang-utangnya, tapi jumlahnya tetap tak mencukupi.
Belakangan, diam-diam keluarga Kerajaan Saudi mengirim utusan untuk melunasi semua utang Putri Maha. "Tagihan itu sudah dibayar semua," ujar seorang anggota staf Hotel Shangri-La. Kabarnya, sekarang Putri Maha tak diizinkan melancong ke luar negeri.
(Business-Insider/NY-Post/Detik/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email