Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. (Foto: merdeka.com/bram salam)
Perseteruan antara lembaga dakwah Manhajus Sholihin dengan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, yang sempat tak terdengar kembali muncul ke permukaan. Bahkan, ucapan bernada ancaman terlontar.
Akar masalahnya adalah sudah ada sejak lama. Umat Islam di Purwakarta menganggap ide Dedi membikin patung di beberapa tempat di daerah itu, serta mengikatkan kain bercorak kota-kotak berwarna hitam putih di pohon dan patung, dianggap sebagai perbuatan syirik. Ditambah, diduga Dedi mendahulukan salam ala Sunda, sampurasun, daripada mengucapkan Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Hal itu dikritik Imam Front Pembela Islam, Habib Muhammad Rizieq Syihab, saat mampir dan berceramah di Purwakarta. Dia lantas mempelesetkan 'sampurasun' menjadi 'campur racun.' Sontak hal itu meletupkan perseteruan. Kalangan budayawan dan pendukung Dedi berang dan melaporkan Habib Rizieq ke polisi. Tak mau kalah, Syahid Kalja dari kelompok pengajian Manhajush Sholihin juga melaporkan balik Dedi dengan tuduhan penistaan agama. Setelah itu, kemelut itu hanya sayup-sayup terdengar.
Lantas, Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jawa Barat menyatakan, laporan dugaan penistaan agama dilakukan Dedi dianggap tidak bisa disidik. Keputusan itu diambil pada 14 April lalu.
Kelompok Manhajush Sholihin kemudian geram, karena laporan mereka dianggap tidak bisa diusut. Mereka menyatakan kekecewaan melalui media sosial Twitter.
Melalui akun @Manhajusholihin, mereka menyampaikan sebelas protes. Mereka merasa keputusan Polda Jabar memberhentikan kasus penistaan agama diduga dilakukan Dedi sangat janggal. Mereka bahkan bakal menempuh upaya hukum lain, hingga terlontar pernyataan cukup keras.
"11). maka jangan salahkan umat jika besok umat tidak percaya lagi dg (dengan) polda dan langsung MENGGOROK Penista Agama di jalan! @DediMulyadi71," suit akun @Manhajusholihin.
Pimpinan Manhajus Sholihin, Muhammad Syahid Joban mengatakan, akan terus melawan Dedi. Alasannya, menurut dia Dedi sudah menistakan agama.
"Kami akan terus melawan Dedi Mulyadi," tulis Joban melalui pesan singkat saat dihubungi wartawan, kemarin.
Joban mengaku tidak gentar, meski polisi menghentikan pengusutan penistaan agama diduga dilakukan Dedi.
"Sekarang tim pengacara muslim sedang mendalami upaya hukum selanjutnya, dan mendalami alasan Polda Jabar menghentikan kasus penistaan agama," lanjut Joban.
Joban juga menyatakan tidak yakin lagi dengan hukum di Indonesia. Dia ngotot supaya Dedi dihukum.
"Kita akan pakai Islam. Hukum mati siapapun yang menistakan agama Islam, apalagi menghina Allah S.W.T., dan Rasul-Nya," tambah Joban.
Menanggapi ancaman itu, Dedi menyatakan tetap santai dan tidak terpengaruh. Dia mengaku tidak akan mengambil langkah hukum dengan melapor ke polisi.
"Saya tidak akan melapor, saya santai saja. Saya serahkan semuanya pada aparat karena tugas polisi sekarang menjaga saya," kata Dedi saat dihubungi.
(Merdeka/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email