Muhammad al-Jiffiri membawa paksa Aminah dari Swansea saat berusia 16 tahun karena dia tidak ingin putrinya itu bergaya hidup kebarat-baratan.
Aminah al-Jiffiri, 21 tahun, mengklaim dikurung dalam sebuah kandang oleh ayahnya, Muhammad al-Jiffri, 62 tahun, di rumahnya sendiri di Kota Jeddah, Arab Saudi.
Aminah mengaku dia dikandangkan lantaran ketahuan berpelukan dan berciuman dengan mahasiswa Amerika Serikat merupakan teman satu kampusnya. Dia sudah dikandangkan sejak tahun lalu. Sedangkan mahasiswa Amerika itu telah dipenjara.
Surat kabar the Times melaporkan Aminah November tahun lalu mengirim sebuah foto kepada Robyn Lewis, temannya di Kota Swansea, Inggris. "Aminah mengirim pesan kepada saya, dia bilang dia tidak mau tinggal di Arab Saudi," kata Robyn. "Dia katakan kamu harus menolong saya untuk keluar dari sini (Arab Saudi)."
Robyn menambahkan selain mengirim foto dirinya dalam kandang, Aminah juga menulis pesan: "Hanya karena saya berdandan, saya didandan dalam sebuah kandang."
Aminah sempat kabur dari kediaman ayahnya dan sudah memberitahu kasusnya kepada pengacara Anne-Marie Hutchinson. Tim kuasa hukumnya telah mengajukan gugatan hukum di Ibu Kota London, Inggris, terhadap Muhammad al-Jiffiri untuk melindungi Aminah.
Muhammad al-Jiffiri membawa paksa Aminah dari Swansea saat berusia 16 tahun karena dia tidak ingin putrinya itu bergaya hidup kebarat-baratan. "Saya tidak akan membiarkan Aminah kembali ke kehidupan beracun," ujar Muhammad al-Jiffiri.
Hakim Pengadilan Tinggi London Justice Holman bilang Muhammad al-Jiffiri, pengajar di Universitas Raja Abdul Aziz di Jeddah, mengakui mengandangkan putrinya itu saban kali dia keluar rumah. Aminah tidak bisa berteriak meminta pertolongan lantaran jendela flat dihuni ayahnya itu tertutup rapat.
Marcus Scott-Manderson, kuasa hukum dari Muhammad al-Jiffiri, menjelaskan sang ayah sangat mencemaskan soal gaya hidup Aminah di Wales. "Dia adalah kepala keluarga, jadi dia berhak menetapkan standar moral dan budaya sendiri."
(Daily-Mail/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Aminah al-Jiffiri, 21 tahun, mengaku dikandangkan oleh ayah di rumahnya di Kota Jeddah, Arab Saudi, karena ketahuan berpelukan dan berciuman dengan seorang mahasiswa asal Amerika Serikat. (Foto: Daily Mail)
Aminah al-Jiffiri, 21 tahun, mengklaim dikurung dalam sebuah kandang oleh ayahnya, Muhammad al-Jiffri, 62 tahun, di rumahnya sendiri di Kota Jeddah, Arab Saudi.
Aminah mengaku dia dikandangkan lantaran ketahuan berpelukan dan berciuman dengan mahasiswa Amerika Serikat merupakan teman satu kampusnya. Dia sudah dikandangkan sejak tahun lalu. Sedangkan mahasiswa Amerika itu telah dipenjara.
Surat kabar the Times melaporkan Aminah November tahun lalu mengirim sebuah foto kepada Robyn Lewis, temannya di Kota Swansea, Inggris. "Aminah mengirim pesan kepada saya, dia bilang dia tidak mau tinggal di Arab Saudi," kata Robyn. "Dia katakan kamu harus menolong saya untuk keluar dari sini (Arab Saudi)."
Robyn menambahkan selain mengirim foto dirinya dalam kandang, Aminah juga menulis pesan: "Hanya karena saya berdandan, saya didandan dalam sebuah kandang."
Aminah sempat kabur dari kediaman ayahnya dan sudah memberitahu kasusnya kepada pengacara Anne-Marie Hutchinson. Tim kuasa hukumnya telah mengajukan gugatan hukum di Ibu Kota London, Inggris, terhadap Muhammad al-Jiffiri untuk melindungi Aminah.
Muhammad al-Jiffiri membawa paksa Aminah dari Swansea saat berusia 16 tahun karena dia tidak ingin putrinya itu bergaya hidup kebarat-baratan. "Saya tidak akan membiarkan Aminah kembali ke kehidupan beracun," ujar Muhammad al-Jiffiri.
Hakim Pengadilan Tinggi London Justice Holman bilang Muhammad al-Jiffiri, pengajar di Universitas Raja Abdul Aziz di Jeddah, mengakui mengandangkan putrinya itu saban kali dia keluar rumah. Aminah tidak bisa berteriak meminta pertolongan lantaran jendela flat dihuni ayahnya itu tertutup rapat.
Marcus Scott-Manderson, kuasa hukum dari Muhammad al-Jiffiri, menjelaskan sang ayah sangat mencemaskan soal gaya hidup Aminah di Wales. "Dia adalah kepala keluarga, jadi dia berhak menetapkan standar moral dan budaya sendiri."
(Daily-Mail/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email