Bulan Rajab merupakan sebuah bulan yang penuh berkah. Banyak manusia suci dan figur umat manusia dilahirkan pada bulan yang penuh berkah ini. Salah satu dari mereka adalah Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib as yang dilahirkan pada tanggal 13 Rajab.
Pada kesempatan hari penuh berkah ini, Ayatullah Makarim Syirazi mengadakan pertemuan dengan para ulama dan pelajar agama terpilih Hauzah Ilmiah Qom.
"Sebelumnya, saya rasa harus mengucapkan selamat atas kedatangan hari-hari penuh berkah ini kepada para ulama dan pelajar agama Hauzah Ilmiah Qom. Saya berharap, di bawah inayah hari kelahiran Imam Ali bin Abi Thalib ini, kita semua dapat melaksanakan seluruh tugas syar'i kita dengan sebaik mungkin. Insya Allah, wajah kita akan berseri-seri ketika berada di haribaan Ilahi Rabbi," ungkapnya membuka orasi.
"Saya sangat gembira dengan pertemuan ini. Saya juga sangat mengucapkan terima kasih lantaran kalian semua telah memberikan perhatian khusus terhadap masalah yang berkembang di kalangan Hauzah Ilmiah ini," tambahnya.
Berpesan tentang persatuan dan kesatuan langkah, Ayatullah Makarim Syirazi menimpali, kita sekarang sedang hidup di sebuah kondisi yang sangat memerlukan persatuan dan kesatuan langkah di dalam negeri dan di seluruh negeri Islam, karena kita mengetahui dengan baik seluruh program yang telah dicanangkan oleh musuh.
Menurut guru besar Hauzah Ilmiah Qom ini, melalui jalan situs, parabola, jalur politik dan ekonomi, musuh sedang berusaha memberangus seluruh negeri Islam, khususnya Republik Islam Iran. Jika Hauzah Ilmiah Qom dalam kondisi seperti ini mengalam perpecahan, maka hal ini adalah sebuah bencana besar.
Dalam penilaian Ayatullah Makarim Syirazi, hauzah ilmiah adalah simbol persatuan dan kesatuan bagi seluruh masyarakat dari sejak dahulu kala. Seluruh mereka yang memiliki hubungan erat dengan hauzah ilmiah, mulai dari pelajar agama, guru, hingga marja' agung, mengajak seluruh lapisan masyarakat kepada persatuan. Seluruh ajakan persatuan dan kesamaan langkah ini kita ambil dari ajaran Al-Quran yang mulia.
"Untuk itu, kita harus selalu waspada supaya hauzah ilmiah tidak digoncang perpecahan. Iya, mungkin saja ada oknum dari luar yang menyusup untuk menciptakan perpecahan. Tapi, kita yakin bahwa kita tidak akan pernah memulai masalah ini," tandasnya.
"Lebih dari itu semua, saya tidak melihat sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alasan untuk menyulut perpecahan di dalam tubuh hauzah ilmiah. Sebagai contoh, masalah guru sebagai tolok ukur segalanya. Hauzah ilmiah memiliki sebuah sunah kuno yang sudah berlaku dari sejak dahulu kala. Yaitu pelajaran bebas. Sunah hasanah ini, sesuau pengetahuan saya, tidak pernah ditemukan di perguruan tinggi manapun di dunia," ujarnya.
Perguruan tinggi kita, masih menurut penulis buku tafsir Al-Amtsal ini, juga telah terpengaruh oleh sistem pendidikan bangsa Barat. Mereka tidak memiliki sebuah mata pelajaran yang bernama pelajaran bebas. Kelas diselenggarakan dan seluru dosen telah ditentukan oleh pengurus perguruan tinggi dan institut terkait. Para mahasiswa pun berkewajiban hadir di kelas, baik mereka cocok dengan dosen yang telah ditentukan maupun tidak. Tapi, hauzah ilmiah tidak demikian. Hauzah ilmiah masih memiliki pelajaran bebas dan guru pun dipilih secara bebas oleh pelajar yang bersangkutan.
Banyak sekali manfaat yang bisa dipetik dari sistem pelajaran bebas seperti ini. Pertama, ada semacam persaingan yang membangun di kalangan para guru dan pengajar hauzah ilmiah. Setiap guru akan selalu berusaha untuk menelaah dan melakukan riset dengan lebih baik. Persaingan seperti ini adalah sebuah persaingan yang beraroma Ilahi dan tidak ada masalah.
Kedua, guru terpilih dan terbaik di kalangan hauzah ilmiah bisa dipilah dan dipilih dengan baik. Kuliah yang diajukan akan banyak memperoleh tanggapan dari para pelajar. Pada jenjang Bahtsul Kharij, guru terbaik juga dapat dipilah dengan baik. Para maraji' juga akan terpilih dengan serta-merta dari kalangan mereka.
Ketiga, sebuah hubungan naluri yang erat antara guru terpilih dan pelajar pemilih akan terwujud. Hubungan seperti ini akan tetap terjalin hingga akhir usia dan sangat bepengaruh. Tapi, guru yang ditentukan dengan paksa tidak akan memiliki hubungan naluri seperti ini.
Memang ada satu kritikan pedas yang pernah dilontarkan kepada sistem pelajaran bebas ini. Mungkin ada sebagian pelajar yang tidak bertanggung jawab. Mereka hanya hadir satu bulan dalam setahun pelajaran. Untuk selanjutnya, mereka hanya mengkopi diktat pelajaran, lalu menelahnya, dan lantas mengajukan ujian. Tak seorang pun akan menegurnya mengapa tidak hadir.
Ketika menjawab kritikan ini, Ayatullah Makarim menjelaskan, kita jangan sampai meninggalkan sebuah sunah yang hasanah sebuah kritikan. Kita seharusnya mencari solusi untuk menjawab kritikan ini. Mungkin salah satu jalan keluarnya adalah kita biarkan pelajar bebas mencari guru yang cocok selama sebulan pertama dari permulaan tahun ajaran. Setelah itu, mereka harus hadir di kelas dan diabsen ketat.
"Jika para marja' kita memberikan perhatian khusus kepada sistem pelajaran bebas ini, semua ini lantaran mereka telah melihat banyak manfaat dalam hidup mereka. Mereka tahu bahwa sistem ini sangat bermanfaat bagi hauzah ilmiah dan tidak boleh kita lupakan begitu saja," pesannya.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email