Presiden Barack Obama telah mengatakan bahwa Suriah tidak akan menyebabkan perang proxy antara Amerika Serikat dan Rusia, tetapi jelas keterlibatan militer Moskow di negara yang dilanda perang itu “membuat bencana”. “Kami masih memiliki ketegangan. Dan kami masih memiliki perbedaan,” tapi “kami tidak akan menjadikan Suriah sebagai proxy war antara Amerika Serikat dan Rusia,” Obama mengatakan dalam konferensi pers pada hari Jumat (2/9/15).
Namun, ia mengatakan bahwa Putin tidak bisa “membedakan antara” teroris Takfiri ISIS dan apa yang disebut “oposisi Sunni moderat yang ingin melihat Assad lengser.”
“Dari sudut pandang mereka, mereka semua teroris, dan itulah yang membuat bencana,” katanya.
Rusia telah meningkatkan kehadiran militernya di Suriah, menggelar pesawat tempur, tank dan personil di Bandara Latakia.
Pada hari Rabu (1/9/15), Rusia mulai meluncurkan serangan udara terkoordinasi pada posisi militan di Suriah. Langkah itu muncul tak lama setelah anggota majelis tinggi parlemen Rusia, Dewan Federasi, menyetujui operasinya di negara tersebut.
Kebijakan Moskow untuk pemerintah Suriah bertentangan dengan kebijakan AS saat ini, yang menyerukan penggulingan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Obama mengatakan Washington bersedia terlibat bersama Moskow, Jika Rusia bekerja “untuk membawa penyelesaian politik” bukan melipat-gandakan dukungan militernya untuk Assad.
“Saya berkata kepada Putin bahwa saya siap untuk bekerja dengan dia jika dia bersedia untuk menengahi transisi politik dengan rekannya Assad dan Iran,” katanya kepada wartawan.
Tahun lalu, Kongres AS menyetujui program $ 500 juta untuk melatih dan mempersejatai lebih dari 5.000 militan “moderat” untuk melawan ISIS di Suriah.
Namun, analis berpendapat bahwa banyak dari mereka akhirnya ditemukan berada di pihak para teroris Takfiri yang melawan pemerintah Assad.
Obama mengatakan Amerika Serikat akan “terus mendukung” apa yang disebutnya pemberontak moderat di Suriah, mengklaim bahwa hanya bila mereka ” membawa ke situasi normal dan bekerja sama dengan logis dan bersatu.”
Suriah telah dicengkeram oleh kekerasan mematikan sejak Maret 2011. Amerika Serikat dan sekutu regional – terutama Qatar, Arab Saudi dan Turki – memberikan dukungan terhadap militan yang beroperasi di Suriah sejak awal krisis.[]
(Mahdi-News/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email