Tahun 2016 yang dikenal dengan nama tahun pemilu Amerika Serikat menyaksikan peningkatan kekerasan terhadap warga muslim di negara ini.
Menurut laporan Al-Jazirah, lantaran pernyataan-pernyataan anti Islam yang selalu dilontarkan oleh Donald Trump, kandidat pemilu presiden Amerika Serikat dari kubu Republik, tindakan dan kekerasan terhadap warga muslim semakin meningkat.
Menurut Veronica, manajer hukum Dewan Hubungan Amerika-Islam di Negara Bagian Oklahoma, setelah Trump menuntut supaya Muslimin dilarang memasuki tanah Amerika, semangat anti Muslimin dan kekerasan terhadap mereka di negara ini semakin meningkat.
Dalam menanggapi aksi pembunuhan terhadap imam masjid New York dan seorang warga AS berdarah Lebanon di Oklahoma oleh seorang nasionalis Amerika, Veronica menekankan, “Seluruh warga, baik muslim maupun nonmuslim, terkejut mendengar berita ini. Masyarakat murka lantaran ketidakbecusan polisi dalam menjaga jiwa warga.”
Kemarin, Khalid Jabbarah, seorang warga Amerika berdarah Arab yang masih berusia 37 tahun, dibunuh oleh tetangganya, seorang nasionalis yang sudah berusia 61 tahun, Stanley Majors. Majors menyebut seluruh tetangganya yang berdarah Arab sebagai “bangsa Arab jorok dan Lebanon kotor”. Ternyata permusuhan Majors tidak berhenti sampai di situ. Ia mengangkat senjata dan menembak Jabbarah hingga mati.
Menurut Veronica, setelah pernyataan-pernyataan pedas anti Muslimin dan imigram Trump tersebut, masyarakat tersulut dan menilai mereka sebagai faktor utama problem ekonomi mereka. Mereka mengklaim bahwa Muslimin tidak bisa dipercaya, karena mereka tidak akan pernah setia kepada Amerika seperti kesetiaan mereka.
(Al-Jazeera/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email