Pesan Rahbar

Home » » Rahasia Rahasia Ibadah; Bab: Pertemuan 5

Rahasia Rahasia Ibadah; Bab: Pertemuan 5

Written By Unknown on Wednesday 26 October 2016 | 19:09:00


Tidak hanya ibadah yang memiliki rahasia. Segala sesuatu yang ada di dunia ini memiliki aspek batin. Ini dikarenakan keberadaan alam dunia diturunkan dari keberadaan alam yang lebih tinggi. Sehingga segala sesuatu yang ada di alam dunia ini pasti akan menyerupai alam makna. Karena itu, segenap hukum Ilahi yang muncul di alam dunia berupa agama dan hukum-hukwn ibadah, dipastikan memiliki rahasia-rahasia dan batin. Ibadah memiliki rangkaian hukum, adab, dan rahasia. Ulama-ulama Islam telah menguraikan setiap bagian ini dengan gamblang.

Almarhum al-Syahid al-Awwal ―semoga Allah meridhainya― menulis buku tentang hukum-hukum shalat yang disebut dengan al-Alfiyah. Sedangkan untuk sunah-sunah shalat yang berhasil beliau kumpulkan sebanyak tiga ribuan, dituangkan dalam karyanya yang bertajuk al-Nafliyah.72 Almarhum al-Qadhi Syahid al-Qummi dan sejumlah ulama lainnya, antara lain Imam Khomeini qs, menulis buku Asrar al-Shalat.73 Rahasia shalat bukan terletak pada adabnya. Setiap amal di dunia memiliki aspek batin. Aspek ini mereka sebut dengan rahasia amal ibadah. Demikian pula halnya dengan shalat. Aspek batin dari shalat disebut dengan rahasia shalat. Gelar-gelar dan sifat-sifat para imam memiliki kandangan rahasia yang tidak semata merujuk pada makna harfiahnya. Kita hanya cenderung melafalkan nama-nama ini. Padahal kita juga harus mengetahui aspek batin dan rahasia darinya.

Seseorang datang kepada Imam Shadiq as dan berkata: “Kenapa Rasulullah diberi nama Abul Qasim?” Imam as menjawab: “Karena ia adalah ayah Qasim. Karena itulah ia disebut Abul Qasim.”74 Orang tersebut melanjutkan: “Saya mengetahui arti ini, tapi saya ingin penjelasan yang lebih dari itu.” Imam as berkata: “Karena Imam Ali adalah orang yang membagi surga dan neraka pada hari kiamat. Dan dengan izin Allah Swt, ia akan memanggil penghuni neraka ke dalam neraka dan penghuni surga ke dalam surga. Memerintahkan neraka agar tidak mengambil pengikutnya dan orang yang mencintainya. Maka Imam adalah qasim. Karena Allah Swt mewakilkan pendidikannya sejak kecil kepada Nabi, maka Nabi adalah guru dan pendidik bagi Imam Ali75 dan Imam Ali adalah muridnya. Imam Ali banyak sekali belajar dari Nabi dan guru terhadap muridnya dan seperti ayah. Oleh karena itu, Imam Ali sebagai orang yang membagi surga dan neraka, sebagai anak dari Nabi, dan Rasul sebagai ayahnya. Karena itulah Nabi disebut Abul Qasim.”

Inilah tafsir dan makna dari sebutan “Abul Qasim” yang merupakan bagian dari rahasia gelar tersebut. Tidak semua orang mampu memahaminya. Pada suatu hari, usai menyampaikan pelajaran, guru kami yang sangat sempuma di dalam ilmu dan amalnya, Almarhum Ayatullah al-Haji al-Syaikh Muhammad Taqi al-Amuli ―semoga Allah mensucikan jiwanya, membahas hadis tersebut. Beliau mengatakan: “Seandainya murid imam tidak puas dengan jawaban ini dan meminta penjelasan yang lebih dengan mengatakan, ‘tambahkanlah bagiku penjelasan’, mungkin Imam akan memaparkan makna gelar ini dengan cara lain.”76

Para imam suci akan menjelaskan rahasia-rahasia ibadah sesuai dengan kapasitas akal kita. Hakikat shalat dan rahasianya bukanlah sebagaimana shalat yang kita lakukan. Seluruh rahasia dan makna hakikinya terkandung di balik lafal-lafal ini. Para imam suci akan berbicara sesuai dengan kemampuan akal manusia. Seandainya kita memperluas akal kita, maka kita akan mengetahui sesuatu di balik lafal-lafal ini. Rasul saww bersabda: “Kami para nabi diperintahkan untuk tidak berbicara kepada manusia kecuali sesuai dengan kesempurnaan mereka.”77

Imam Shadiq as meriwayatkan bahwa Rasul tidak berbicara kepada manusia kecuali sesuai dengan kemampuan akal mereka, bukan disesuaikan dengan rahasia akalnya. Imam berkata: “Rasul tidak pernah berbicara kepada hamba-hamba Allah yang sesuai dengan akal beliau.”78 Karena itu, tidak semua hal yang kita pahami disebut sebagai rahasia ibadah. Bahkan boleh jadi, pernahaman kita terhadap ibadah hanya menyangkut kulitnya saja. Jika kita ingin menyingkapkan penutup rahasia ibadah, di depan kita terhampar dua jalan: dengan mempelajari dan menelitinya, atau lewat penyucian jiwa dan batin.

Apabila di depan mata kita terdapat sesuatu yang menghalangi pandangan, tentunya kita tidak akan mampu melihat apa yang ada di belakang penghalang tersebut. Kecuali jika kita menggunakan salah satu cara tersebut, yakni dengan akal atau menyucikan jiwa. Bila seseorang mampu menghilangkan satu persatu penghalang yang ada dalam dirinya, ia akan mendapatkan jiwa Ilahi. Terangkatnya seluruh penghalang yang ada dalam dirinya akan menjadikan orang tersebut mampu melihat apa yang ada di balik alam tabiat. Manusia bisa menggabungkan kedua cara itu secara bersamaan. Namun, kalaupun mengalami kesulitan untuk menggabungnya, minimal seseorang dapat menggunakan salah satu darinya.

Tak ada yang lebih lezat ketimbang mampu melihat apa yang ada di balik alam tabiat. Tidak ada sesuatu pun yang lebih menyibukkan pikiran manusia daripada keberadaan alam gaib. Jika manusia melihat aspek batin dari alam ini ―walaupun sedikit, ia tidak akan menyibukkan dirinya dengan hal lain. Ia tidak akan mengalihkan penglihatan darinya barang sekejap pun.

Pernahkah kalian mendengar bahwa orang-orang yang berhubungan dengan para nabi adalah orang-orang yang berpolitik? ―Pada masa sekarang, penduduk dunia sudah mencapai kira-kira lebih dari empat, bahkan lima, miliar lebih. Tiga perempat dari jumlah manusia merupakan pengikut beberapa nabi seperti nabi Ibrahim, nabi Musa, nabi Isa, dan nabi Muhammad saww. Jika sebagian tekanan politik dikendurkan, maka seluruh manusia akan beriman kepada Allah, hari kiamat, dan wahyu. Kesimpulannya, jumlah keseluruhan kaum Yahudi, Nasrani, dan Muslimin akan menjadi tiga miliar lebih. Mereka seluruhnya akan memiliki keyakinan tentang wujud Allah Swt, hari kiamat, wahyu, kenabian, risalah, dan agama.

Kendati thaghut berkuasa, jumlah orang-orang yang beriman kepada Allah Swt tetap banyak. Para penguasa silih berganti, namun mereka tidak akan mampu mengeluarkan manusia dari keimanannya. Sekarang di (bekas) Uni Sovyet, setelah tekanan politik mengendur dan kebohongan propaganda-propaganda setan besar ―Amerika― terhadap masyarakat berhasil diungkapkan, jiwa-jiwa tersebut akan menhadap ke mesjid-mesjid dan tempat-tempat ibadah. Saat itu manusia akan menjadi seorang mukmin dan muwahid (orang yang bertauhid).

Nabi bukanlah seorang politikus. Para politikus bisa dikeluarkan dari gelanggang tugasnya melalui dua cara. Pertama, dengan cara-cara bujukan untuk memenuhi kerakusannya. Kedua, dengan cara-cara intimidasi. Sebagian dari mereka akan terpengaruh dengan harta yang dijanjikan, sebagian lagi cukup dengan intimidasi. Adapula sebagian lainnya baru dapat terpengaruh dengan keduanya, bujukan serta intimidasi. Namun, sejarah tidak pernah menyebutkan bahwa para nabi terpengaruh dengan harta yang diberikan kepadanya atau meninggalkan risalahnya lantaran diintimidasi. Benar, memang, para nabi ditekan musuh-musuhnya sedemikian rupa. Tapi tekanan itu tidak dilakukan dengan cara membujuknya. Tak seorang pun yang pernah mengatakan kepada para nabi: “Ambillah harta ini.” Mereka juga tidak dapat dibujuk dengan lawan jenis agar meninggalkan risalah dan keluar dari gelanggang tugasnya.

Mengapa? Sebab, sebelumnya para nabi telah hidup bersama-sama dengan manusia lain dalam tempo yang cukup lama. Ketika usianya mencapai 40 tahun, mereka baru mencapai tingkatan nabi. Dengan dernikian, manusia telah benar-benar mengenal mereka. Tak pernah terlintas dalam benak mereka bahwa para nabi akan menipu mereka dengan harta atau bujukan. Itu dikarenakan para nabi amat membenci segenap hal yang diharamkan, Bahkan para nabi akan memberikan apapun yang halal yang ada di tangan mereka kepada orang lain.

Adapun kisah yang menyatakan tentang adanya penawaran harta dan kedudukan kepada Rasul saww melalui paman beliau, Abu Thalib, di awal dakwahnya masih menjadi kontroversi dan belum bisa dipastikan kebenarannya. Masalahnya, mereka meminta Abu Thalib untuk mempertanyakan sikap keponakannya tentang permintaan mereka untuk meninggalkan risalah ini. Nabi saww bersabda: “Demi Allah, wahai paman, seandainya mereka meletakkan matahari di sebelah kananku dan bulan di sebelah kiriku agar aku meninggalkan urusan ini, aku takkan meninggalkannya sampai Allah menampakkannya atau menghancurkan selainnya.”79 Seandainya mereka menjadikanku raja di Hijaz, aku tidak akan meninggalkan urusan ini. Bahkan andaikata mereka memiliki kemampuan untuk menjadikan diriku raja alam semesta, aku tetap tidak akan meninggalkannya walaupun aku menjadi raja alam semesta.

Rasul saww telah menikahi seorang wanita yang berusia 40 tahun, sementara umur beliau sendiri baru 25 tahun.80 Karena itu, mereka juga tidak dapat memaksa dan membujuk nabi secara seksual. Demikian pula halnya dengan nabi-nabi yang lain.

Pemimpin Revolusi Islam adalah salah saw putera gerakan ini. Cara pertama, berupa bujukan, tidak pernah ditawarkan kepada beliau. Ya, Imam Khomeini qs diintimidasi akan dibunuh dan dipenjara. Tekanan terhadap beliau tidak diupayakan lewat bujukan. Mereka paham betul bahwa diri beliau disarati oleh gelombang samudera imamah dan kenabian. Kehidupan beliau sangatlah sederhana sehingga para politikus Barat dan Timur tidak mampu membujuknya. Beginilah cara para nabi mengajar manusia. Tak seorang pun sanggup membujuknya. Lantaran itu, prates berbentuk ancaman ―pembunuhan dan penyiksaan― pun mcngalir deras dari musuh- musuhnya, kendati mereka sendiri kemudian mengingkari kejahatan tersebut.

“Bahwa kita sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam hari, kemudian kita katakan kepada warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kematian keluarga itu.”(al-Naml: 49). Para nabi telah melihat aspek batin dunia. Mereka tahu, kehidupan di dunia tidak memiliki ruh.

Sebagian rahasia ibadah akan disingkapkan bagi orang-orang yang beribadah sesuai dengan hukuni syariat dan adab-adabnya. Sehingga mereka mampu melihat rahasia-rahasia dunia. Mereka akan melihat keberadaan dunia tidak lain sebagai seonggok bangkai. Dunia hanyalah bumi, langit, dan lautan yang merupakan tanda-tanda Ilahi. Dunia adalah makan, minum, pakaian, tidur, dan istirahat. Semua ini merupakan bagian dari tatanan penciptaan. Meyakini bahwa kedudukan dan harta dapat diperoleh melalui kekuatan manusia, dan yang memiliki kekuatan lebih akan mendapatkan yang lebih pula, adalah keyakinan seorang mayat. Mengapa? Sebab, aspek batin dunia adalah mayat.

Imam Ali as berkata: “Dunia adalah bangkai dan pencari dunia adalah anjing.”81 Dunia adalah kefanaan. Kedudukan, kepemimpinan, dan harta benda yang haram di dunia ini akan lenyap. Maka pantaslah bagi orang yang memakan orang yang sudah mati untuk menghadapi anjing-anjing yang menyerbu dirinya. Arti dunia adalah segala sesuatu yang menyibukkan dan melalaikan manusia dari mengingat Allah Swt serta mencegahnya untuk sampai kepada-Nya.

Dunia semacam inilah yang dimaksudkan oleh Imam Ali as dalam ucapannya, yang intinya menyatakan bahwa ia menceraikan dunia dengan talak tiga dan tidak akan kembali lagi kepadanya.82 Tidakkah itu berarti Imam Ali as telah menalak sebanyak tiga kali kebutuhan makan, minum, dan tidur? Tidakkah beliau juga telah menalak pertanian? Juga telah menalak sebanyak tiga kali kewajiban dirinya untuk mengatur kaum muslimin sesuai dengan program yang adil dan bahkan telah menjadikannya haram bagi dirinya? Sebenarnya apakah yang ditalak Imam Ali as sebanyak tiga kali tersebut? Tak lain dari cinta pada kedudukan pemimpin, segenap hal yang haram, mengabaikan hak-hak orang lain, dan yang sejenisnya.

Masalah tersebut tentu memiliki akar sejarahnya. Hal pertama yang dilakukan Thalhah dan Zubair tatkala keduanya yakin telah berhasil membebaskan Kota Basrah adalah membuka pintu baitul mal. Ketika melihat emas-emas batangan dan uang-uang koin dari emas, mereka berdua berkata: “Kita telah sampai pada tujuan kita.”

Ketika Kharos mengembalikan pasukan Imam ke kota Basrah usai melakukan perlawanan, Imam as masuk ke gudang baitul mal dan berdiri di hadapan tumpukan emas dan perak. Imam as bersabda: “Wahai yang berwarna kuning dan berwarna putih, tipulah orang selain aku.”83 Wahai tumpukan uang dari emas! Wahai tumpukan perak! Wahai putih! Wahai kuning! Janganlah kau tipu aku karena aku tidak akan tertipu olehmu. Aku telah menalak dunia sebanyak tiga kali, maka bagaimana denganmu? Tidaklah yang dimaksud dengan kebijakan itu melainkan talak yang dilakukan Imam Ali terhadap dunia?

Sesungguhnya beliau as senantiasa berusaha untuk sampai pada suatu kebijakan. Dan sampainya kepada suatu kebijakan adalah demi menegakkan keadilan dan hukum Allah Swt di muka bumi, bukan dikarenakan mengejar dunia. Dan yang dimaksudkan dengan dunia bukanlah semacam pengaturan tanah, penggalian barang tambang, pembukaan lahan tani, atau pengairan lahan pertanian. Dunia adalah ketika seseorang mengatakan, “Ini milik saya.” Di sinilah letak bahayanya. Kepemilikan harta merupakan sesuatu yang i’tibari (relatif). Al-Quran menegaskan bahwa orang-orang kafir telah tertipu: “Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu.”(al-Mulk: 20). Mereka hanya bekerja untuk dunia. Sebaliknya, orang-orang yang mencintai Allah adalah orang-orang yang seolah-olah tidak hidup di dunia (bekerja untuk akhirat, ―peny.)

Kelompok ketiga adalah orang-orang yang beramal untuk dunia dan akhirat. Segala sesuatu yang menyibukkan manusia dari mengingat Allah Swt bersumber dari dunia. Salah seorang yang bekerja di gudang baitul mal, datang kepada Imam Ali as dan berkata: “Telah datang meminta kepadamu orang yang sedang dalam keperluan dan engkau perintahkan baginya dengan seribu kepingan uang, tetapi engkau belum menjelaskan apakah kepingan itu dari emas atau perak?” Imam as berkata: “Keduanya bagiku adalah batu yang aku berikan kepada orang yang lebih memerlukan di antara keduanya bagi dirinya.”84 Bagi Imam Ali as, emas dan perak tak lebih dari bongkahan batu. Emas adalah batu yang berwarna kuning, sedangkan perak merupakan batu yang berwarna putih. Darinya, beliau memberikan pilihan, mana yang lebih dibutuhkan orang tersebut.

Kesimpulannya, Imam Ali as membina kehidupannya sedemikian rupa, sampai-sampai tak seorang pun dari musuh-musuhnya yang mampu membujuk beliau. Itu dikarenakan beliau mengetahui bahwa keberadaan dunia tak lebih dari seonggok bangkai.

Dalam peristiwa Aqil, Imam Ali as berkata: “Yang lebih heran dari itu adalah orang yang datang mengetuk pintu rumah kami pada malam hari dengan membawa manisan dan adanan yang tidak saya sukai. Sepertinya, ia mengadaninya dengan air liur atau muntahan ular. Saya berkata: ‘Apakah ini pemberian, zakat, atau shadaqah yang itu diharamkan atas kami Ahlul Bait?’ Ia menjawab: “Tidak ini dan tidak itu. Melainkan hadiah.” Saya berkata: ‘Semoga Allah mengkaruniaimu seorang wanita yang mandul! Apakah engkau membawa ini semua untuk menipu saya dengan menjual agama Allah? Apakah engkau sudah tidak waras? Ataukah engkau sedang mengigau?’”85

Tak seorang pun yang bersedia memakan muntahan seekor ular. Apabila seekor ular memakan sesuatu kemudian memuntahkannya kembali (muntahannya berupa adanan), mungkinkah orang yang berakal bersedia memakannya? Harta yang haram seperti adanan yang dimuntahkan seekor ular.

Melalui ucapan ini, Imam Ali as ingin memberi tahu kita salah satu sisi dari aspek batin dunia. Dan di balik pengharaman ini terkandung batin ibadah yang merupakan ruh dan angin surga. Bila kita mampu menyingkapkan hijab ini dan melihat apa yang ada di baliknya, kita akan mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi. Apabila cara mengetahui rahasia yang dilakukan lewat belajar dan penelitian telah tertutup, cara penyucian diri masih terbuka lebar. Merugilah orang yang mati tanpa melihat rahasia-rahasia ini. Semua itu merupakan kelezatan yang tak dapat disifati.

Telah kami jelaskan sebelumnya bahwa untuk bisa melihat rahasia- rahasia, cara yang bisa ditempuh tidak hanya terbatas pada mempelajari dan menelitinya. Jika kita menyucikan jiwa, kita akan mendapatkan ruh Ilahi yang mampu mengangkat hijab yang menghalangi pandangan kita. Hijab tersebut berada di antara kita dan rahasia-rahasia tersebut. Saat hijab terangkat, kita akan mampu melihat apa yang selama ini tersembunyi dari pandangan kita. Orang yang telah mampu melihat apa yang ada di balik hijab, tidak akan pernah disibukkan oleh ketamakan dan intimidasi. Musuh-musuh para nabi tidak akan pernah sanggup menipu mereka, karena para nabi berkata: “Ruh manusia tidak akan fana, yang fana adalah tubuhnya.” Ruh tidak akan pernah mati. Kematian ibarat berpisahnya ruh dari badan, dan itu bukan berarti hilangnya ruh.

Pada suatu waktu, datanglah serombongan delegasi penasihat Rusia ke Iran. Mereka berjumlah tiga orang dan membawa anggota-anggota dari kementerian luar negeri. Mereka meminta untuk bertemu dengan para ulama. Kemudian datanglah para ulama ke majelis hakim agung bersama seorang pcnerjemah. Mereka ingin mengatakan bahwa keberadaan partai komunis sejalan dengan Islam. Maka kami (ulama) berkata kepada mereka: “Islam tidak memiliki kesamaan dengan komunis dengan cara apapun.”

Aqidah kalian memiliki asas bahwa manusia laksana buah dari sebuah pabon. Bila hidupnya telah usai, ia akan jatuh ke tanah, membusuk, dan menjadi debu. Tapi kami berpendapat bahwa keberadaan manusia seperti burung dalam sangkar. Jika kehidupannya telah selesai, ia akan membelah sangkamya dan terbang ke alam yang kekal. Dengan demikian, persekutuan macam apa yang bisa diwujudkan di antara kedua aqidah ini? Mendengar itu, mereka kemudian saling menatap lantaran heran dengan apa yang dikatakan Islam. Orang yang mengetahui pengertian ini tidak akan dihina dan tidak pernah merasa takut kepada apapun.

Pada masa awal Islam, orang-orang merasa takut untuk berperang dalam sebuah peperangan yang tidak berimbang. Tapi pandangan mereka segera berubah setelah turunnya ayat syahadah yang menyatakan tentang kekekalan ruh dan pengangkatan dirinya dari alam ini ke alam ghaib. Mereka tidak takut lagi menghadapi peperangan yang tidak berimbang. Hati mereka tidak lagi dipenuhi dengan keraguan dan tidak lagi memberi tempat bagi kebimbangan. Dalam keadaan seperti itu, ia tidak lagi memperhitungkan kekuatan musuh yang akan memerangi dan menyerang dirinya.

Ketika seseorang berjalan di jalanan yang berdebu, pandangannya akan terhalang oleh debu-debu yang berterbangan sehingga dirinya tidak bisa melihat dengan jelas. Adapun jika jalannya tidak berdebu, penglihatannya akan menjadi jelas.

Kita mengetahui bahwa berjalan di atas jalan ibadah tidak akan mengakibatkan berterbangannya debu-debu. Jalan yang terhampar di depan kita akan tampak dengan jelas sehingga kita mampu melihat sekelilingnya dengan mudah. Adapun jika seseorang berjalan di tempat yang berdebu atau membuat jalan tersebut berdebu, maka pandangannya akan banyak yang tertutupi. Banyak orang yang mengatakan: “Bukalah matamu untuk melihat.” Adapun ahli makna berkata: “Tutuplah matamu untuk melihat.” Manusia harus menutup matanya di hadapan banyak hal agar mata hatinya bisa terbuka.

Imam Ali as berkata: “Awasilah diri kalian, karena yang berpidato di dalam surga adalah nabi Daud. Jika ingin mendengar suara nabi Daud, kalian harus menjaga pendengaran kalian.” Dalam Nahjul Balaghah dikatakan: “Nabi Daud adalah penceramah dan qori (pembaca al-Quran) bagi penghuni surganya.”86

Apabila hendak membacakan sesuatu kepada penghuni surga, mereka akan mendatangi nabi Daud. Tetapi telinga manakah yang bisa mendengarkan suara itu?

Bulan puasa merupakan salah satu faktor penyebab yang bisa menyingkapkan rahasia-rahasia alam ghaib. Bulan Ramadhan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kita harus menjaga ucapan-ucapan dan perilaku kita. Selain itu kita juga tidak boleh memakan makanan melebihi kebutuhan diri kita. Sebab, perut yang kekenyangan tidak akan menghantarkan manusia ke tingkatan apapun. Hal paling buruk yang menyebabkan seseorang tidak mampu memahami sesuatu adalah kebanyakan makan. Banyak sekali hadis yang menganjurkan kita untuk mengurangi makan.”Tidak ada bejana yang dipenuhi oleh bani Adam lebih jelek daripada perut.”87 Tidak ada yang lebih jelek daripada memenuhi perut dengan makanan. Seseorang yang memenuhi tasnya dengan kebutuhan dapat menyebabkan tasnya rusak. Adapun jika scseorang memenuhi perutnya. maka pernahamannya akan menjadi lambat Perut seseorang yang dipenuhi makanan tidak akan mampu memahami apapun. Jika memikirkan tidur, ia tidak akan mungkin mengetahui rahasia-rahasia dan aspek batin dunia di balik alam tabiat.

Banyak orang yang berumur panjang dikarenakan kedisiplinan dalam menjaga makanan mereka. Memakan makanan sampai melebihi kebutuhan manusia akan mcnjadi bcban tambahan yang meletihkanjantung dan perut dalam proses pencemaan. Organ usus akan dipaksa untuk menambah kerjanya dalam proses pembakaran dan asimilasi. Biasanya orang yang banyak makan tidak akan berumur panjang.88

Jika seseorang telah melintasi semua itu, ia akan mengetahui bahwa keberadaan dunia ini tak lebih dari seonggok mayat. Ia akan mengetahui kenyataan itu sebelum kematiannya. Orang-orang yang sudah mati tahu babwa sosok dunia adalab sosok mayat dan kita juga akan mati. Imam Ali as berkata: “Akhir bagi manusia adalah kematian.”

“Dia menjadi bangkai di antara keluarganya dan mereka pasrah di hadapan amal perbuatannya.”89 Seluruh keluarga dari orang yang telah mati akan bersegera menguburkannya sehingga mayatnya tidak sampai mengeluarkan bau yang menyengat. Sedikit saja terlambat, mereka akan merasa cemas.

Sungguh merugi apabila seseorang menemui ajalnya sementara ia tidak mengetahui bahwa keberadaan dunia tak lebih dari seonggok mayat. Imam Ali as berkata: “Barangsiapa yang mati di antara kita bukanlah mayat dan barangsiapa yang diuji di antara kita bukanlah ujian.”90

Pada setiap saat, banyak orang yang menemui kematian. Namun, kita akan tetap hidup ketika mati. Mengapa orang mengalami kematian? Mungkinkah orang hidup terus-menerus tanpa menemui kematian?

Imam Ali as berkata: “kehidupan dan kematian kita sama.” Kehidupan kita adalah cahaya, begitu pula dengan kematian kita. Kita bisa mengetahui bahwa dunia adalah mayat. Kita tidak akan menjual kehidupan dengan kematian sehingga kita akan tetap hidup selamanya.


Referensi:

72. Syahid al-Sami al-Fawaid al-Miliyah Syarhu al-Nafliyah, al-Masadiq al-Iliyah Syarhu al-Alfiyah Syahid al-Sami.
73. Syahid al-Sami, Almarhum Mizra Agha Malaqi Tabrizy, almarhum Syaikh Abdul Husain al-Tahrani, dan Hadrat Imam Khomaini, Asrar al-Shalat.
74. Syaikhal-Saduq, Ma’ani al-Akbar, Bab “Ma’ani Asma al-Nabi”, hadis ke-3.
75. Di awal-awal kelahiran Imam Ali, Makkah sedang dilanda paceklik dan biaya hidup yang tinggi. Waktu itu Rasul belum diutus. Suatu ketika, Rasul mengundang paman-pamannya (Hamzah, Abu Thalib, dan Abbas) dan berkata kepada mereka: “Sesungguhnya pamanku Abu Thalib memiliki banyak anak, maka berikanlah pada kami agar kami dapat meringankannya.” Mereka pun lantas menerima usulan tersebut dan segera menemui Abu Thalib yang berkata: “Tinggalkanlah Aqil untukku dan ambillah yang mana yang kalian inginkan selainnya. Aqil adalah anakku yang paling besar, ia bisa mengerjakan pekerjaanku, biarkanlah ia bersamaku dan ambillah selainnya yang kalian inginkan.” Hamzah dan Abbas mengambil Ja’far dan Thalib, sementara Rasul mengajak Ali. Inilah yang kita baca dalam Nahjul Balagah dari ucapan Imam Ali sendiri (...Beliau menempatkan aku di kamarnya, mengunyah makanan dan menaruh kemulutku.)
76. Syaikh al-Saduq, Ma’ani al-akbar, Bab “Ma'ani Asma al-Nabi”, hadis ke-3.
77. Ushul al-Kafi, juz 1; Kitab al-Aqlu wa al-Jahlu, hadis ke-15.
78. Ibid.
79. Sirah ibnu Hisyam, juz 1, hal. 265.
80. Bihar al-Anwar, “Zawaj al-Nabi min Khadijah”, juz 2, hal. 19, dan juz 6, hal. 104; Sirah ibnu Hisam, juz 1, hal. 204; Al-Manaqib, juz 1, hal. 3-140; Sirah al-Halabi, juz 1, hal. 123; Ushul al-Kafi, juz 1, Bab I; Min Abwab al-Tarikh, hadis ke-1.
81. Sejarah Tuba, hal. 66, dalam pertemuan ke 32 disebutkan: “Allah mewahyukan kepada Nabi Daud, wahai Daud, dunia ini seperti bangkai yang anjing-anjing berkumpul menarik-nariknya, apakah engkau ingin seperti seekor anjing seperti mereka dan engkau tertarik bersama mereka.” Imam Ali berkata dalam Nahjul Balaghah: “Mereka berlomba-lomba dalam dunia yang hina ini dan rakus serta senang akan bangkai.”
82. Imam Ali berkata : “Wahai dunia, menjauhlah dariku, aku enggan berhubungan denganmu, walaupun engkau mencintaiku tidak ada waktu untukmu sampai ke hatiku. Sekali-kali tidak, tipulah selainku, aku tidak memerlukanmu karena aku telah mentalakmu tiga kali yang tidak mungkin aku kembali lagi. Hidupmu pendek, kedudukanmu sedikit, harapanmu hina! Dari sedikitnya kemampuan, panjangnya perjalanan, jauhnya perjalanan, dan agungnya sumber.” Nahj al-Balaghah, Hikmah ke- 77.
83. Kitabat al-Qharat, juz 1. hal. 54.
84. Emas dan perak adalah dua batu yang dirubah bentuknya. Barang siapa yang mencintainya, maka ia bersamanya. Tafsir al-Saqalain, juz 1, hal. 267. Seorang Arab meminta sesuatu kepada beliau. Maka beliau pun memberikannya sejumlah uang. Orang tersebut lantas bertanya, uang ini, ―peny.] dari emas atau perak? Imam berkata bahwa bagi beliau, keduanya adalah batu, karenanya beliau memberikan kepadanya yang lebih bermanfaat bagi dirinya. Bihar al-Anwar, juz 41, hal. 32.
85. Nahj al-Balaghah, Khutbah ke-214.
86. Nahj al-Balaghah, Khutbah ke- 160.
87. Bihar al-Anwar, juz 2, hal.142.
88. Tafsir al-Mizan, juz 2, hal. 234. Diambil dari al-Kharaij wa al-Jaraih.
89. Imam Ali berkata : “Ruh keluar dari jasadnya. maka ia menjadi bangkai di tengah keluarganya, orang-orang takut berada di sampingnya dan yang ada di dekatnya menjauhinya, tangisan tidak membuatnya gembira dan ia tidak menjawab orang yang memanggilnya, kemudian ia dibawa ke kubur dan orang-orang menyerahkannya kepada amal perbuatanya dan mereka tidak menziarahinya.” Nahj al-Balaghah, Khutbah ke-109.
90. Nahj al-Balaghah, Khutbah ke-87.

(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: