Jika kita tidak bersikap tasamuh dalam berfikir maka semua itu akan selalu terulang dan terulang kembali.
Dengan memahami arti mahdawiyat yang sesungguhnya, kita akan mendapatkan kekuatan berprinsip dalam kenegaraan, kedaulahan dan keagamaan. Memahami mahdawiyat dengan setengah-setengah juga akan menimbulkan suatu masalah pada pelakunya. Pemahaman yang tidak sempurna akan mahdawiyat menciptakan dua ruang dan dua kubu yang bertentangan: kebenaran hanya ada dalam satu agama dan kebenaran ada di setiap agama yang ada.
Seseorang yang berkeyakinan dengan kebenaran tunggal akan bersikeras dan tidak mau menerima apa pendapat yang dimiliki agama lainnya, dan itu sangatlah merugikan baginya karena tidak ada jalan berdialog antar agama yang mungkin dengannya akan terbuka jalan hidayah untuk agama-agama lainnya.
Meyakini kebenaran ada di setiap agama juga tidaklah benar semuanya, karena pluralisme dalam beragama (setiap keyakinan benar semua) juga tidak seutuhnya benar. Jadi, antara kedua keyakinan itu masing-masing memiliki nilai negatif di dalamnya. Jika kita tidak bersikap tasamuh dalam berfikir maka semua itu akan selalu terulang dan terulang kembali.
Adapun untuk kedaulahan, kedaulahan yang ada sekarang adalah daulah yang harusnya menyiapkan kemunculan daulah Imam Zaman Afs. Tapi, lagi-lagi kita juga terjerembab dalam lubang kesalahan karena pemahaman akan mahdawiyat kita tidak sempurna. Salah satu contohnya adalah kita salah dalam mengartikan hadist Imam baqir As jika semua pemerintahan yang ada sebelum munculnya Imam Zaman adalah pemerintahan Thogut, dan itu merupakan pemahaman yang salah karena maksud hadist tersebut adalah jika ada manusia yang mendeklarasikan diri seperti Imam Zaman maka ia adalah seorang pembohong besar.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email