Polri menyebut ada sejumlah nama dalam laporan hasil analisa (LHA) PPATK soal rekening Saracen. Penyidik akan meminta keterangan orang-orang tersebut.
“LHA dari PPATK sudah diterima. Ada menyebutkan nama-nama orang. Direktorat Siber akan segera menindaklanjuti, artinya orang-orang tersebut akan dimintai keterangan,” kata Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (19/9/2017).
Setyo enggan menyebut nama-nama orang yang diduga terlibat aliran dana Saracen seperti tertera dalam laporan PPATK itu. Namun Setyo mengisyaratkan orang-orang tersebut dikenal masyarakat.
“(Orang yang dikenal publik?) Ya kira-kira begitu. Yang pasti publik tahu. Pasti rekan-rekan wartawan juga tahu orangnya,” ujar Setyo.
Setyo menjelaskan penyidik meminta keterangan orang-orang yang dikenal publik itu untuk mengklarifikasi keterlibatan mereka dengan transaksi uang Saracen.
“Disebut dalam LHA itu terkait dengan Saracen, maka harus diklarifikasi,” ucap Setyo.
Setyo tidak menjawab saat ditanyai apakah orang-orang terkenal itu sebagai pemesan jasa grup penyebar ujaran kebencian, isu SARA dan hoax.
Polisi sebelumnya mengirimkan 15 rekening bank, dimana satu rekening milik Asma Dewi dan 14 lainnya dikuasai 4 tersangka Saracen, ke PPATK. Polisi juga sebelumnya menyatakan ada informasi aliran dana dari Asma Dewi ke Saracen sebesar Rp 75 juta.
Saracen Dikendalikan Parpol
Perlahan tapi pasti tabir aktor di balik Saracen mulai tersingkap. Kasubdit I Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Kombes Irwan Anwar mengaku menemukan titik terang orang atau pengendali utama kelompok yang memproduksi ujaran kebencian itu.
“Saracen hanya satu dari sekian kelompok yang dikelola dan didanai kelompok besar. Pengendali kelompok besar itu seorang politikus yang berasal dari sebuah partai politik. Dari analisis dan hasil pemeriksaan yang kami lakukan, nanti ketahuan,” kata Irwan dikutip dari Media Indonesia, Selasa 19 September 2017.
Irwan melanjutkan, kelompok-kelompok yang bermunculan sejak lima tahun lalu itu terhubung satu sama lain.
“Semuanya berpusat ke satu kelompok di atasnya dan ada ruang-ruang yang menghubungkan antarmereka,” tambah dia.
Sebelumnya, polisi menangkap Jasriadi, Muhamad Faizal Tanong, dan Sri Rahayu Ningsih pada rentang 21 Juli-7 Agustus 2017 serta Asma Dewi di 8 September 2017.
Asma Dewi, ternyata terhubung dengan Saracen, terutama dengan Jasriadi. Hal tersebut diketahui dari bukti transaksi senilai Rp75 juta untuk menggunakan jasa Saracen.
Mengenai tersangka Jasriadi, lanjut Irwan, penyidik telah membuktikan yang bersangkutan memiliki relasi luas dengan politikus dan media massa. Hubungan itulah yang membuat Jasriadi memiliki keterampilan menulis dan melek politik.
“Dia belajar autodidak. Jasriadi bahkan membuat pelatihan khusus cara-cara menulis ujaran kebencian di Hambalang. Dia sempat hendak menjadi pemateri sebuah pelatihan, tetapi keburu kami tangkap. Kami fokus pada tindak pidana yang dilakukannya,” ujar Irwan.
Irwan menambahkan, Saracen kerap mengubah nama dalam kegiatannya menyebarkan ujaran kebencian. Beberapa nama mereka antara lain Keranda Ahok Jokowi, Pendukung Anies-Sandi, Saracen, dan NKRI Harga Mati.
“Kami telusuri semua itu. Sekarang kan dampaknya,” imbuh dia.
(Detik-News/Metro-Tv-News/suaraislam/Berbagai-Sumber-lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email