Pesan Rahbar

Home » » Mimpi Isteri Nabi saw dan Sahabatnya tentang Terbunuhnya Al-Husein a.s

Mimpi Isteri Nabi saw dan Sahabatnya tentang Terbunuhnya Al-Husein a.s

Written By Unknown on Saturday 23 April 2016 | 10:14:00


Dalam Shahih Tirmidzi 2: 306, hadis ke 3771:
Sulami berkata: Pada suatu hari aku mendatangi Ummu Salamah ketika ia sedang menangis. Lalu aku bertanya: Mengapa engkau menangis? Ia menjawab: Aku bermimpi Rasulullah saw, kepala dan jenggotnya berlumuran tanah. Kemudian aku bertanya: Apa yang akan terjadi ya Rasulallah. Beliau bersabda: “Saksikan, Al-Husein akan terbunuh.”

Hadis ini dan yang semakna juga terdapat dalam:
1. Mustadrak Al-Hakim, jilid 4 halaman 19.
2. Tahdzib At-Tahdzib, jilid 2 halaman 356, hadis ke 615.
3. Dzakhair Al-Uqba, halaman 148.


Dalam Mustadrak Al-Hakim 4: 397, kitab ta’bir mimpi:
Ibnu Abbas berkata: Aku bermimpi Rasulullah saw sebagaimana orang mimpi di siang hari, beliau memegang botol yang berisi darah. Kemudian aku bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai Nabi Allah, apa maksud dalam mimpiku ini? Rasulullah saw menjawab: “Ini adalah darah Al-Husein dan sahabat-sahabatnya, sejak hari ini hendaknya kamu menghitungnya.” Ibnu Abbas berkata: Kemudian aku menghitung hari itu, maka sebelum satu hari mereka dapatkan Al-Husein terbunuh.
Al-Hakim mengatakan: hadis ini shahih menurut persyaratan Muslim.
Mengapa ia tidak meriwayatkannya?

Hadis ini dan yang semakna juga terdapat dalam:
1. Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 1 halaman 242, hadis ke 2166.
2. Tarikh Baghdad, jilid 1 halaman 142.
3. Usdul Ghabah, Ibnu Atsir, jilid 2 halaman 22, hadis ke 1173.
4. Al-Isti’ab, Ibnu Abd Al-Birr, jilid 1 halaman 144.
5. Al-Ishabah, Ibnu Hajar, jilid 2 halaman 17, hadis ke 1724.
6. Majmaj Az-Zawaid, jilid 9 halaman 195, bab manaqib Al-Husein bin Ali (as)
_______________________________________

Peringatan Nabi saww Terhadap Peristiwa Pembunuhan Imam Husain as di Karbala


Sinar Agama:

Quote:
Bismillah: Peringatan Nabis aww terhadap peristiwa pembunuhan imam Husain as di Karbala, seri jawaban Jawaban terhadap pertanyaan Pak mazomzoer Abu Fatih Assawity:

Pakmazomzoer Abu Fatih Assawity :
Kenapa tidak meninggalnya Sahabat Ali ra yang di peringati atau ROSULULLAH skalian??
Emang ada ya tuntunanya memperingati kematian???
Tapi kalo mengingat mati boleh gak???


Sinar Agama:

Quote:
P A F A: Lagi-lagi kamu mencari sesuatu di pekaranganmu lagi. Sudah tentu tidak akan pernah ketemu. Cari di tempat yang mesti dicari, nanti kamu akan dapatkan bahwa semua imam maksum as itu diperingati kesyahidannya, karena 11 imam as telah dibunuh oleh musuh2 Islam, seperti khawarij dan para raja2 Bani Umayyah dan Bani Abbas.

Peringatan 'Asyura ini memang beda karena kekejamannya meraja lela, di pentas umum tanpa sembunyi2 dan mengarak kepala2 para syahid dari keluarga Nabi saww yang sebanyak 24 kepala, sejak dari Karbala-Iraq sampai ke Suriah. Nabi saww sendiri telah memperingatinya dan tangisann beliau saww jauh2 sebelum peristiwa Karbala itu terjadi dan bahkan sejak imam Husain as masih merah.

Diriwayatkan dalam kitab Mustadrak karya Hakim, 3/176, sesuai dengan sanad2nya, dari Syadaad bin Abdullah dan Ummu al-Fadhl bintu al-Haarits, bahwasannya suatu hari ia menjumpai Rasulullah saww dan berkata:

"Ya Rasulullah, Saya bermimpi buruk Sekali semalam."

Rasul saww bertanya: "Mimpi apa itu?"

Ummu al-Fadhl menjawab: "Sangat buruk."

Rasul saww bertanya: "Mimpi apakah itu?"

Ummu al-Fadhl menjawab: "Aku bermimpi melihat potongan dari badanmu yang dipotong dan diletakkan di pangkuanku."

Rasul saww bersabda: "Kamu melihat kebaikan. InsyaAllah Faathimah akan melahirkan anak yang akan diletakkan di pangkuanmu."

Kemudian (kata Ummu al-Fadh) Faathimah as melahirkan Husain as dan diletakkan di pangkuanku Sebagaimana yang dikatakan Rasulullah saww.Suatu hari, aku menjumpai Rasulullah saww dan meletakkan Husain as di pangkuan beliau saww sambil kuperhatikan dengan seksama. Ternyata Rasulullah saww menangis. Akupun bertanya:

"Ya Nabiyyullaah, demi ayah dan ibuku, ada apa dengamu???"

Nabi saww bersabda: "Sesungguhnya telah datang kepadaku malaikat Jibril as seraya mengabarkan bahwa umatku akan membunuh anakku ini."

Ummu al-Fadhl bertanya: "Anak ini???"

Nabi saww menjawab: "Benar. Dan ia -Jibril as- telah memberiku tanah merah dari tanahnya (tempat peristiwanya, Karbala).

Al-Hakim (penulis kitab al-Mstadrak ini): Hadits ini shahih sesuai dengan persyaratan Syaikhain (BUkhari-Muslim).

Riwayat di atas itu dan yang semacamnya, juga bisa dijumpai di berbagai tempat dan kitab, seperti: al-Mustadrak tadi, 3/179, 4/398; Dzakhaairu al-'Uqbaa karya Thabari, 147, 148; Kanzu al-'Ummaal, 7/106, 6/222, 6/223 (di hal ini ada 6 hadits)....; Musnad Ahmad bin Hanbal, 3/242, 3/265, 6/294; dll...).

Riwayat-ayat tentang tangisan Rasulullah saww ini, di sunni banyak skelai. Dionaratanya tangisan Nabi saww yang sekaligus menitipkan tanah Karbala yang diberi Jibril as tersebut kepada Ummu Salamah ra dan mengatakan bahwa kalau sudah menjadi darah, berarti peristiwa terbunuhnya imam Husain as itu telah terjadi. Bisa dilihat di kitab-kitab seperti: Tahdziibu al-Tahdziib, Ibnu Hajar, 2/347; Majma' karya Thabrani, 9/189; Dzakhaairu al-'Uqbaa, 147; dll...).

Mimpi Ummu Salamah ra ketika peristiwa terbunuhnya imam Husain as itu terjadi:

Diriwayatkan dengan sanad2nya dari Salmaa yang berkata: "Aku mendatangi Ummu Salamh dan ia dalam keadaan menangis, lalu aku bertanya: 'Apa yang membuatmu menangsi?'."

Ia menjawab: "Aku bermimpi Rasulullah yang kepala dan jenggotnya berdebu. Lalu aku bertanya: 'Ada apa denganmu ya Rasulullah?'. Beliaupun menjawab: 'Aku baru saja menyaksikan pembunuhan Husain.'." (riwayat ini banyak Sekali di sunni seperti di: Shahih Turmudzi, 2/306; Mustadraku al-Haakim, 4/19; Tahdziibu al-Tahdziib, 2/356; Dzakhaairu al-'Uqbaa, 148; dll....).

Mimpi yang sama juga terjadi pada Ibnu Abbas, bisa dilihat di: Mustadraku al-Haakim, 4/397; Musnad Ahmad bin Hanbal, 1/242; Taariikh Baghdaad, 1/142; Usdu al-Ghaabah, 2/22; al-Istii'aab, 1/144; Ishaabah karya Ibnu Hajar, 2/17; Majma' karya Haitsami, 9/195; dll....).

Salam padamu ya Husain as, aku berlepas diri dari semua musuh2mu di jamanmu dan di jamanku ini, masukkanlah aku dan semua penyintamu ke dalam syi'ahmu yang hakiki yang mendapat keridhaan dan syafaatmu di dunia ini dan di akhirat kelak.

Ya Allah, jadikan imam Husain as, bagian tubuh Nabi saww, Sebagai imam dan pensyafaat kami di dunia ini dan di akhirat kelak, dan jadikan kami para penyintanya, Sebagai syi'ahnya yang hakiki dan taat padaMu, amin.


Midy Noval :
Siapa yang tidak terpukul dan tidak sakit hati atas kesyahitanya sayyidina husain????, tapi apakah boleh di islam menyiksa diri seperti memukul kepala sendiri sampai berdarah?? Gak boleh melaknat shabat nabi. Laknatlah yazid? jangan sayiidina muawwiyah yang di laknat gak boleh itu.


Sinar Agama:

Quote:
Midy:
1- Tangisan dan memukul-mukul badan seperti dada, kepala dan wajah, merupakan budaya manusia sesuai fitrahnya yang ada sejak dulu kala sebelum buyut para wahabi lahir sekalipun. Budaya ini juga ditaqrir/disetujui oleh Nabi saww dan dilakukan oleh semua orang-orang di jaman Nabi saww termasuk istri2 beliau saww sendiri.

Ana pernah menulis Catatan kecil tentang hal ini. Kunukilkan disini:

Catatan Kecil Tentang Menangis, Menjerit, Memukuli Diri di Hari Duka di Jaman Nabi saww

Catatan ini dibuat karena banyaknya orang tidak menyadari akan adanya budaya insaniah yang juga ada di jaman Nabi saww dan dibolehkan oleh Nabi saww dan tidak dilarangnya. Yaitu kesedihan ketika keluarga meninggal atau syahid yang disertai dengan tangisan, peringatan tangis, memukuli dada dan kepala. Betikut ini contoh-contoh kecil yang terjadi di jaman Nabi saww dan ditaqrir/dibolehkan:

(1). Diriwayatkan di kitab Dzkhaairu al-‘Uqbaa, karya Thabari, hal. 183; Musnad Ahmad bin Hanbal, hadits ke: 14 34; dll-nya:

Dari ‘Urwah bin Zubair dari ayahnya, berkata: Ketika terjadi peristiwa perang Uhud (kekalahan muslimin dan larinya umar dan beberapa shahabat lainnya dari perang sampai ke Madinah hingga para wanita mencela mereka) terlihat ada wanita yang datang berlari –ke tempat perang- hingga hampir mencapai tempat medan perang tempat para jenazah syahid. Lalu Nabi saww nampak tidak suka para wanita itu datang ke tempat tersebut untuk melihat para korban perang (karena ada yang ditelanjangi dan dirajang-rajang seperti sayyiduna Hamzah ra). Karena itu beliau saww bersabda: "Ada wanita, ada wanita.” Berkata Zubair: "Aku mengira bahwa ia adalah ibuku, Shafiyyah. Karena itu aku lari mengejarnya dan aku berhasil menyusulnya sebelum mencapai tempat para jenazah syuhada. Akhirnya ia me-ladam (memukul-mukul dadanya) dalam dekapanku Sementara ia adalah wanita yang sangat kuat. Ia berkata: "Semoga ibumu tidak mengkuaimu –celaan karena mencegahnya.” Akupun berkata: "Bukan begitu, tapi Rasulullah yang tidak ingin kamu ke sana.” Kemudian iapun berhenti.

Ladam, atau perempuan melakukan ladam atau ladamat, adalah memukul-mukul dadanya. Lihat semua kamus bahasa Arab seperti: Lisaanu al-‘Arab (bahkan di kitab ini telah meriwayatkan hadits di atas juga); al-Mu’jamu al-Wasiith; ...dllmya.

(2). Dalam kitab Siiratu al-Nabawiyyati, karya Ibnu Hisyaam, jld. 6, hal. 75:

‘Aisyah berkata: "....... telah meninggal Rasulullah saww ketika ia ada di kamarku/pangkuanku. Lalu kuletakkan kepalanya di atas bantal. Dan kemudian aku mengadakan ladam (memukul-mukul dada) bersama para wanita dan juga aku memukuli wajahku.

” ......”قبض وهو في حجري ثم وضعت رأسه على وسادة وقمت ألتدم مع النساء وأضرب وجهي”

(3). Rasulullah saww ketika melihat sayyiduna Hamzah ra syahid beliau saww menangis dan ketika melihat tubuhnya –yang dicincang- beliau saww menjerit (syahiqa). Bentuk haditsnya bermacam-macam diantaranya:

عن جابر أن النبي صلى الله عليه وسلم لما رأى حمزة بكى فلما رأى ما مثل به شهق.

Dari Jabir berkata: "Ketika Nabi saww melihat Hamzah –yang syahid- beliau saww menangis, dan ketika melihat tubuhnya –yang dicincang- beliau menjerit.”

Lihat: al-Mu’jamu al-Kabiir, karya Thabrani, hadits ke: 2932; Kanzu al-‘Ummaal, hadits ke: 36938 dan 36939; al-Mustadrak, karya Hakim, hadits ke: 2510, 4881, 4888; ....dll kitab.


Midy Noval:
Ngarang kamu sinar agama. Jika kita di timpa musibah boleh menangis tapi memukul dada serta memukul kepala ampek berdarah, Saya rasa yang bilang itu boleh bodooooh begitu sinar agama bodoh

Ahalaq paling mulya mencintai alhlul bait dan sahabat nabi. Sahabat nabilah yang paling mencintai ahlul bait, mengapa anda memakinya dan melaknatnya???? jangan gampang termakan hadist palsu


Sinar Agama :

Quote:
2- Tentang Mu'awiyyah, wah wah wah.....antum ini seperti tidak membaca sejarah dan kesaksian para ulama sunni sekalipun. Ini kunukilkan sebagian kecil kesaksian para ulama-lama sunni sendiri:

2-a- Dipanggil Nabi saww sampai dua kali tetapi tidak mau datang karena lagi makan, sampai-sampai Nabi saww berdoa: "Semoga Allah tidak pernah mengenyangkan perutnya." Riwayat ini bisa dilihat shahih Muslim hadits ke: 4713 dan 6793:

6793 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى الْعَنَزِىُّ ح وَحَدَّثَنَا ابْنُ بَشَّارٍ - وَاللَّفْظُ لاِبْنِ الْمُثَنَّى - قَالاَ حَدَّثَنَا أُمَيَّةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِى حَمْزَةَ الْقَصَّابِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كُنْتُ أَلْعَبُ مَعَ الصِّبْيَانِ فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَتَوَارَيْتُ خَلْفَ بَابٍ - قَالَ - فَجَاءَ فَحَطَأَنِى حَطْأَةً وَقَالَ « اذْهَبْ وَادْعُ لِى مُعَاوِيَةَ ». قَالَ فَجِئْتُ فَقُلْتُ هُوَ يَأْكُلُ - قَالَ - ثُمَّ قَالَ لِىَ « اذْهَبْ وَادْعُ لِى مُعَاوِيَةَ ». قَالَ فَجِئْتُ فَقُلْتُ هُوَ يَأْكُلُ فَقَالَ « لاَ أَشْبَعَ اللَّهُ بَطْنَهُ »

2-b- Nabi pernah mendoakannya masuk neraka. Yaitu ketika Nabi saww bersama shahabat2 beliau saww lalu mendengar orang bernyanyi. Ketika beliau saww tahu bahwa yang bernyanyi itu adalah Mu'awiyyah dan 'Umar bin 'Aash, beliau saww berdoa:

"Semoga Allah telungkuplah keduanya dalam fitnah dan tenggelamkan keduanya dalam neraka"

الذهبي ذكر حديثاً ، عن أبي برزة ، قال : كنَّا مع النبي ( صلّى الله عليه [ وآله ] وسلّم ) ، فسمع صوت غناء ، فإذا عمرو ومُعاوية يتغنَّيان ؛ فقال : ( أركسهما في الفِتنة رَكساً ودعَّهما إلى النار دَعَّا )

Hadits-hadits seperti di atas ini, banyak Sekali, seperti: Dzahabi dalam kitabnya, Miizaanu al-I'tidaal, 3/311; Thabrani dalam Majma'u al-Zawaahid, 8/121; dll...

2-c- Mu'awiyyah adalah golongan yang keterlaluan kesesatannya (baaghiyah). Nabi saww pernah mengatakan bahwa 'Ammar bin Yaasir ra akan dibunuh oleh kelompok yang keterlaluan dalam kesesatan. Sementara 'Ammar bin Yaasir ra syahid di dalam pasukan imam Ali as ketika diperangai Mu'awiyyah.

Nabi saww bersabda kepada 'Ammaar:

تقتلك الفئة الباغية

"Engkau akan dibunuh oleh kelompok yang sangat keterlaluan (dalam kesesatan)."
Hadits-hadits seperti ini banyak Sekali di sunni, seperti: Shahi Bukhari, hadirs ke: 447 dan 2812; Shahih Muslim, hadits ke: 5193, 5194, 7506 dan 7508; Hakim dalam Mustadraknya, 3/385; Thabaqaathu al-Kubraa, 1/188, 3/185; Usdu al-Ghaabah, 4/47; Majma'u al-Zawaahid, 7/241; Nuuru al-Abshaar, 89; Kanzu al-'Ummaar, 7/73; ...dll

2-d- Nabi saww pernah bersabda kepada Umar:

"Ya umar, apakah kamu ingin kutunjukkan ayat/tanda surga yang juga makan dan minum serta berjalan di pasar?"

Berkata Umar: "Iya, demi ayah dan ibuku."

Bersabda Nabi saww: "Orang ini dan pengikutnya (sambil menunjuk ke Ali bin Abi Thaalib)."

Nabi saww bersabda lagi: "Apakah kamu ingin kutunjukkan ayat/tanda neraka yang juga makan dan minum serta berjalan di pasar?"

Berkata Umar: "Iya, demi ayah dan ibuku."

Bersabda Nabi saww: "Orang ini dan pengikutnya (sambil menunjuk ke Mu'awiyyah)." (Kanzu al-'Ummaal, 7/63)

عن عمرو بن الحمق الخزاعي ، قال : بعث رسول الله ( صلّى الله عليه [ وآله ] وسلّم ) سريَّة ـ إلى أنْ قال ـ ثمَّ هاجرتُ إلى رسول الله ( صلّى الله عليه [ وآله ] وسلّم ) فبينا أنا عنده ذات يوم ، فقال لي : ( يا عمر ، وهل لك أنْ أُريك آية الجَنَّة ، تأكُل الطعام وتشرب الشراب ، وتمشي في الأسواق ! ) . قلت : بلى بأبي أنت ! قال : ( هذا وقومه ) ، وأشار بيده إلى عليِّ بن أبي طالب [ عليه السلام ] . وقال لي : ( يا عمرو ، هل لك أنْ أُريك آية النار ، تأكل الطعام ، وتشرب الشراب ، وتَمشي في الأسواق ! ) . قلت : بلى بأبي أنت . قال : ( هذا وقومه آية النار ) ، وأشار إلى مُعاوية

2-e- Nabi saww bersabda:

إذا رأيتم مُعاوية على منبري فاقتلوه

"Kalau kalian melihat Mu'awiyyah duduk di atas mimbarku (kepemimpinan Islam), maka bunuhlah dia." (Miizaanu al-I'tidaal, 2/17 dan 2/129; Tahdziibu al-Tahdziib, 5/110, 7/324, 8/74; Kunuuzu al-Haqaaiq, 9; dll)

2-f- Nabi saww pernah bersabda:

إنَّ أهل بيتي سيلقون مِن بعدي مِن أُمَّتي قتلاً وتشريداً ، وإِنَّ أشدَّ قومنا لنا بُغضاً بنو أُميَّة ، وبنو المُغيرة ، وبنو مَخزوم

"SEsungguhnya Ahlulbaitku Setelah aku, akan menjumpai pengusiran dan pembunuhan. Dan sesungguhnya paling kerasnya kebencian umat kami terhadap kami adalah Bani Umayyah, Bani Mughiirah dan Bani Makhzuum." (lihat di: Mustdrak Hakim, 4/479, 4/480, 4/487 (keduanya dikatakan Sebagai shahih menurut Bukhari-Muslim); Kanzu al-'Ummaal, 6/39, 6/40; Hilyatu al-Auliyaa', 10/71; ..dll)
[/center]
2-g- Nabi saww bersabda :

ويلٌ لبني أُميَّة

"Neraka bagi Bani Umayyah." (lihat di: Kanzu al-'Ummaal, 6/91).

2-h- Nabi saww pernah bersabda:

إنَّ لكلِّ دين آفة ، وآفة هذا الدين بنو أُميَّة

"Sesungguhnya setiap agama itu ada perusaknya dan perusak agama ini (Islam) adalah Bani Umayyah." (Kanzu al-'Ummaal, 7/142).

2-i- Nabi saww pernah bermimpi nafsu Bani Umayyah terhadap mimbar beliau saww (lambang pemerintahan) seperti nafsunya monyet2. Karena itu beliau saww bersedih karenya.

رأى رسول الله ( صلّى الله عليه [ وآله ] وسلّم ) بني أُميَّة ينزون على منبره نزو القردة ؛ فساءه ذلك

(lihat hadits di atas dan yang serupa di: Tafsir Fakhru al-Roozii, di tafsiran QS: 17: 60; Tafsir Mafaatiihu al-Ghaib, 20/237; Tafsir al-Durru al-Mantsuur, 4/191; Kanzu al-'Ummaal, 7/142; ....)

2-j- Mu'awiyyah minum khamr sekalipun sudah diharamkan Islam:

روى الإمام أحمد بن حنبل بسنده ، عن عبد الله بن بريدة ، قال : دخلت أنا وأبي على مُعاوية ، فأَجلسنا على الفراش ، ثمَّ أُتينا بالطعام فأكلنا ، ثمَّ أتينا بالشراب فشرب مُعاوية ، ثمَّ ناول أبي ؛ فقال : ما شربته مُنذ حرَّمه رسول الله ( صلّى الله عليه [ وآله ] وسلّم )

Lihat di: Musnad Ahmad bin Hanbal, 5/347; al-Ishaabah, 162; al-Istii'aab, 2/836

2-k- Terakhir, lihatlah apa yang dikatakan oleh ulama seperti A'masy ketika melihat Mu'awiyyah datang ke Kufah dan mengatakan:

ما قتلتكم على أن تصلوا وتصوموا فإني أعلم أنكم تفعلون ذلك، بل لأتأمر عليكم

"Aku tidak memerangi kalian untuk shalat dan puasa, karena aku tahu kalian melakukannya. tetapi agar aku bisa memerintah kalian."

A'masy berkata:

هل رأيتم رجلا أقل حياء منه؟ قتل سبعين ألفا فيهم عمار وخزيمة وحجر وعمرو بن الحمق ومحمد بن أبي بكر والأشتر وأويس وابن صوحان وابن التيهان وعائشة وابن حسان

"Apakah pernah melihat orang yang lebih tidak memalukan dari dia -Mu'awiyyah???. Dia telah membunuh 70.000 orang yang di dalamnya ada Ammaar, Khaziimah, Hajar, Umar bin al-Hamaq, Muhammad bin Abu Bakar, al-Asytar, Aus, Ibnu Shauhaan, Ibnu al-Taihaan, 'Aisyah dan Ibnu Hassaan." (al-Shiraatha al-Mustaqiim, 3/47)

Siapa A'masy? Berkata al-Dzbahi:

«كان رأسًا في العلم النافع، والعمل الصالح»

"Dia adalah pemimpin ilmu yang bermamfaat dan penghulu orang-orang shalih."

Kalau di perang Shiffiin saja, sampai memakan waktu belasan hari dan dikatakan dalam sejarah bahwa dari kedua belah pihak sampai memerah karena kerasnya peperangan dan pembunuhan, maka sudah dapat dibayangkan berapa korban yang berjatuhan disana. Semua itu, jelas ditanggung Mu'awiyyah, baik dari tentaranya sendiri, apalagi tentara imam Ali as. Hal itu, karena setidaknya, sunni dan syi'ah sepakat bahwa khalifah yang syah itu adalah imam Ali as dan Mu'awiyyah keluar Sebagai pembangkang dan pemberontak.

2-l- Sayang Sekali A'masy melupakan satu orang yang dibunuh Mu'awiyyah dengan racun, yaitu cucu kesayangan Nabi saww dan Ahlulbait beliau saww yang maksum as, yaitu imam Hasan as. Tidak ada yang tidak tahu dan tidak ada sejarah yang tidak menulis hal ini, bahwa Mu'awiyyah telah meracuni imam Hasan as berkali-kali hingga syahid dimana racunnya itu disalurkan melalui istri imam Hasan as sendiri yang bernama Ja'dah dengan janji ribuan kepengan uang emas dan perkawinan dengan Yazid. tetapi Setelah ia lakukan, Mu'awiyyah hanya memberikan uang dan tidak mengawinkannya dengan Yazid karena takut akan meracuninya juga.

Sejarah2 tentang peracunan Mu'awiyyah terhadap imam Hasan as itu, dapat dijumpai di kitab-kitab seperti: Tariikh Ibnu Katsiir, 8/43; Muruuju al-Dzahab, 2/50; Maqaatiilu al-Thaalibiyyiin, 29; Syarah Nahju al-Balaghah, 4/11; al-Istii'aab, 1/141; al-Tadzkirah Ibnu Jauzii, 121; Tariikh Ibnu 'Asaakir, 4/229; al-'Aqdu al-Fariid, 2/28; Tarikh al-Khamiis, 2/294; Zamakhsyari dalam Rabii'u al-Abrarnya, bab: 18; Thabari dalam Dalaailu al-Imaamahnya, 61; Mustadrak Hakim, 6/5; ...dll-nya).

Kurasa sudah cukup untuk mengetahui siapa Mu'awiyyah itu dari riwayat-ayat dan nukilan2 di atas. Tentu saja, seandainya tidak ada semua itu, maka cukup dengan perobekannya terhadap surat perjanjian damai dengan imam Hasan as yang diantara kesepakatannya adalah mengembalikan kekhalifaan kepada yang barhak, yaitu Ahlulbait as, Setelah ia mati. Bukan hanya merobek perjanjian/kesepatakan damai itu, tetapi juga bahkan menunjuk anaknya Yazid untuk menjadi penerusnya dan berwasiat bahwa kalau imam Husain as tidak mau berbaiat.

Semua yang dinukil di atas itu, adalah kitab-kitab sunni kecuali satu yang bernama Shiraatulmustaqim yang itupun telah meriwayatkan dari ulama yang ditokohkan di sunni, yaitu al-A'masy. Karena, jangan sesekali menisbahkan atau menghubungkan yang tertulis di atas itu, Sebagai kata-kata syi'ah terhadap Mu'awiyyah.

Sekarang terserah kepada antum dan semua pembaca. Terima atau tidak, itu masalah masing-masing. yang perlu diingatkan adalah bahwa semua yang akan menjadi pilihan dan keputusan, akan dimintai tanggung jawab kelak di akhirat.

Keselamatan bagi yang mencari dan menerima hidayah sampai akhir kiamat, amin.
________________________________________

PERINTAH MUAWIYAH DAN YAZID UNTUK MEMBUNUH IMAM HUSAIN


SURAT PERINTAH MUAWIYAH DAN YAZID UNTUK MEMBUNUH IMAM HUSAIN

Ulama wahhabi dan sunni memutar balikkan fakta sejarah karbala dengan bersandar pada pendapat Ibnu Taimiyah ( salah seorang tokoh pembenci Ahlul Bait). Ibnu Taimiyah juga merupakan tokoh pemuja Muawiyah ... Ada baiknya sobat pembaca mengarungi artikel di bawah sebagai khazana keilmuan .

Berkata Syaikul Islam Ibnu Taimiyah—rahimahullah, “Yazid bin Muawiyah tidak memerintahkan untuk membunuh Al Husain . Hal ini berdasarkan kesepakatan para ahli sejarah. Yazid hanya memerintahkan kepada Ibnu Ziyad untuk mencegah Al Hasan menjadi penguasa negeri Iraq.” Ketika kabar tentang terbunuhnya Al Husain sampai kepada Yazid, maka nampak terlihat kesedihan di wajahnya dan suara tangisan pun memenuhi rumahnya. Kaum wanita rombongan Al Husain yang ditawan oleh pasukan Ibnu Ziyad pun diperlakukan secara hormat oleh Yazid hingga mereka dipulangkan ke negeri asal mereka. Dalam buku-buku Syiah, mereka mengangkat riwayat-riwayat yang menyebutkan bahwa wanita-wanita Ahlul Bait yang tertawan diperlakukan secara tidak terhormat. Mereka dibuang ke negeri Syam dan dihinakan di sana sebagai bentuk celaan kepada mereka. Semua ini adalah riwayat yang batil dan dusta. Justru sebaliknya, Bani Umayyah memuliakan Bani Hasyim.Disebutkan pula bahwa kepala Al Husain dihadapkan kepada Yazid. Tapi riwayat ini pun tidak benar, karena kepala Al Husain masih berada di sisi Ubaidillah bin Ziyad di Kufah.


Ibnu Jawi al Jogjakartani menanggapi

Ibnu Taimiyah dan Ahlul bait

Diatas disebutkan bahwa sumber yang dipakai untuk membantah bahwa Yazid bin Muawiyah tidak terlibat pembunuhan Imam Husain adalah Ibnu Taimiyah, seperti diketahui bersama bahwa Ibnu Taimiyah memiliki kebencian yang luarbiasa pada Ahlul bait dan memiliki kecintaan yang bukan alang kepalang kepada Muawiyah dan Yazid sebuah kitab berjudul “Fadho’il Muawiyah wa Yazid” (Keutamaan Muawiyah dan Yazid) didesikasikan untuk Muawiyah dan Yazid. Berikut adalah bukti-bukti Ibnu taimiyah menampakan kebencian kepada Ahlul Ba’it (salah satunya Imam Ali bin Abi Tholib) yang dinukil dari kitabnyua sendiri Minhaj as Sunnah:
1. Ibnu Taimiyah menolak kekhalifahan Imam ali bin Abi Thalib “Diriwayatkan dari Syafi’i dan pribadi-pribadi selainnya, bahwa khalifah ada tiga; Abu Bakar, Umar dan Usman”.[1]
2. Ibnu Taimiyah menolak ke imamahan Imam Ali “Manusia telah bingung dalam masalah kekhilafan Ali (karena itu mereka berpecah atas) beberapa pendapat; Sebagian berpendapat bahwa ia (Ali) bukanlah imam, akan tetapi Muawiyah-lah yang menjadi imam. Sebagian lagi menyatakan, bahwa pada zaman itu tidak terdapat imam secara umum, bahkan zaman itu masuk kategori masa (zaman) fitnah”.[2]
3. “Dari mereka terdapat orang-orang yang diam (tidak mengakui) atas (kekhalifahan) Ali, dan tidak mengakuinya sebagai khalifah keempat. Hal itu dikarenakan umat tidak memberikan kesepakatan atasnya. Sedang di Andalus, banyak dari golongan Bani Umayyah yang mengatakan: Tidak ada khalifah. Sesungguhnya khalifah adalah yang mendapat kesepakatan (konsensus) umat manusia. Sedang mereka tidak memberi kesepakatan atas Ali. Sebagian lagi dari mereka menyatakan Muawiyah sebagai khalifah keempat dalam khutbah-khutbah jum’atnya. Jadi, selain mereka menyebutkan ketiga khalifah itu, mereka juga menyebut Muawiyah sebagai (khalifah) keempat, dan tidak menyebut Ali”.[3]
4. “Kita mengetahui bahwa sewaktu Ali memimpin, banyak dari umat manusia yang lebih memilih kepemimpinan Muawiyah, atau kepemimpinan selain keduanya (Ali dan Muawiyah)…maka mayoritas (umat) tidak sepakat dalam ketaatan”.[4]


Dan menariknya lagi ulama-ulama ahlu sunnah banyak juga yang mengomentari atas sikapnya yang berlebihan yang melecehkan Imam Ali dan Ahlul Ba’it Nabi dalam Kitab Minhaj dan tersebut :
1. Ibnu Hajar al-Asqalani dalam menjelaskan tentang pribadi Ibnu Taimiyah mengatakan: “Ia terlalu berlebihan dalam menghinakan pendapat rafidhi (Allamah al-Hilli seorang ulama Syiah. red) sehingga terjerumus kedalam penghinaan terhadap pribadi Ali”.[5]
2. Allamah Zahid al-Kautsari mengatakan: “…dari beberapa ungkapannya dapat dengan jelas dilihat kesan-kesan kebencian terhadap Ali”.[5]
3. Syeikh Abdullah Ghumari pernah menyatakan: “Para ulama yang sezaman dengannya menyebutnya (Ibnu Taimiyah) sebagai seorang yang munafik dikarenakan penyimpangannya atas pribadi Ali”.[6]
4. Syeikh Abdullah al-Habsyi berkata: “Ibnu Taimiyah sering melecehkan Ali bin Abi Thalib dengan mengatakan: Peperangan yang sering dilakukannya (Ali) sangat merugikan kaum muslimin”.[7]
5. Hasan bin Farhan al-Maliki menyatakan: “Dalam diri Ibnu Taimiyah terdapat jiwa ¬nashibi dan permusuhan terhadap Ali”.[8]
6. Hasan bin Ali as-Saqqaf berkata: “Ibnu Taimiyah adalah seorang yang disebut oleh beberapa kalangan sebagai ‘syeikh Islam’, dan segala ungkapannya dijadikan argumen oleh kelompok tersebut (Salafy). Padahal, ia adalah seorang nashibi yang memusuhi Ali dan menyatakan bahwa Fathimah (puteri Rasulullah. red) adalah seorang munafik”.[9]

Demikian pula dalam kasus Imam Husain bagaimana Ibnu taimiyah membela matimatian Yazid bin Muawiyah, sebagaimana dalam Su’al fi Yazid bin Muawiyah, Ibnu Taimiyah mengatakan: “Yazid tidak menginginkan pembunuhan Husein, ia bahkan menunjukkan ketidaksenangannya atas peritiwa tersebut, Yazid tidak pernah memerintahkan untuk membunuh Husein, kepala-kepala (peristiwa Karbala) tidak dihadirkan di hadapannya, ia tidak memukul gigi-gigi kepala Husein dengan kayu. Akan tetapi, Ubaidillah bin Ziyad-lah yang melakukan itu semua” di halaman lain Ibnu taimiyah mengatakan pula “Yazid bin Muawiyah tidak memerintahkan untuk membunuh Al Husain . Hal ini berdasarkan kesepakatan para ahli sejarah. Yazid hanya memerintahkan kepada Ibnu Ziyad untuk mencegah Al Hasan menjadi penguasa negeri Iraq.”

saking ngefan dan memujanya Ibnu Taimiyah pada Yazid sampai-sampai dalam peristiwa Hara pun Ibnu taimiyah membelanya. bahkan ketika Yazid melakukan perusakan Ka’bah sebagaimana Abrahah Ibnu taimiyah pun membela lagi dalam kitabnya Su’al fi Yazid bin Muawiyah, Ibnu Taimiyah mengatakan:

“Tidak seorang muslim pun yang mau bermaksud menghinakan Ka’bah, bukan wakil Yazid, juga bukan wakil Abdul Malik yang bernama Hajjaj bin Yusuf, ataupun selain mereka berdua, bahkan segenap kaum muslimin bermaksud untuk mengagungkan Ka’bah. Jadi, kalaulah Masjid al-Haram dikepung, hal itu karena pengepungan terhadap Ibnu Zubair. Pelemparan menggunakan manjanik-pun tertuju kepadanya. Yazid tidak ada maksud untuk membakar dan merusak Ka’bah, Ibnu Zubair yang telah melakukan semua itu”.

Dikalangan Ahlu sunnah sendiri Ibnu Taimiyah dikatagorikan orang yang sesat lihat di syiahnews.wordpress.com Benarkah Muawiyah idak memerintahkan membunuh Husain as ? Kebencian Bani Umayyah yang oleh Allah dalam Al Qur’an al Isra : 60 dijuluki sebaga al syajarah al Mal’unah (pohon kayu terkutuk/terlaknat) kepada Rasulullah saw dan Ahlul Ba’itnya memang tak disangsikan lagi, termasuk diantaranya sekenario pembunuhan terhadap Imam Husain as, perencanaan pembunuhan itu disusun sendiri oleh Muawiyyah bin Abu Sofyan dan dilanjutkan oleh Yazid bin Muawiyah, adapun buktinya adalah surat yang dikirimkan oleh Muawiyyah kepada Yazid berikut isi surat itu : Kepada Yazid dari Muawiyyah bin abi sufyan, tak pelak, kematian adalah peristiwa yang sungguh menyeramkan dan sangat merugikan bagi seorang lelaki berkuasa seperti ayahmu. Namun, biarkanlah, semua peran telah kumainkan. Semua impianku telah kuukirkan pada kening sejarah dan semuanya telah terjadi, Aku sangat bangga telah berjaya membangun kekuasaan atas nama para leluhur Umayyah.

Namun, yang kini membuatku gundah dan tak nyenyak tidur adalah nasib dan kelanggengan pada masa-masa mendatang, Maka camkanlah, putraku, meski tubuh ayhmu telah terbujur dalam perut bumi, kekuasaan ini, sebagaimana yang di inginkan Abu sofyan dan seluruh orang, haruslah menjadi hak abadi putra-putra dan keturunanku.

Demi mempertahankannya, beberapa langkah mesti kau ambil, Berikan perhatian istimewa kepada warga syam. Penuhi seluruh kebutuhan dan saran-saran mereka, Kelak mereka dapat kaujadikan sebagai tumbal dan perisai. Mereka akan menjadi serdadu-serdadu berdarah dingin yang setia kepadamu.

Namun, ketahuilah, kedudukan dan kekuasaan ini adalah incaran banyak orang bak seekor kelinci manis ditengah gerombolan serigala lapar. Maka, waspadalah terhadap empat tokoh masyarakat yang ku sebut dibawah ini :
- Pertama adalah ‘Abdurahman bin Abu Bakar, pesanku, jangan terlalu khawatir menghadapinya, ia mudah di bius dengan harta dan gemerlap pesta. Benamkan dia dalam kesenangan, dan seketika ia menjadi dungu, bahkan menjadi pendukungm.

- Kedua Abdullah bin Umar bin al Khatab, ia menurut pengakuanya, hanya peduli pada agama damn akherat, seperti mendalami dan mengajarkan Al qur’an dan mengurung diri dalam mihrab masjid. Aku meramalkan, ia tidak terlalu berbahaya bagi keududkanmu, karena dunia dimatanya adalah kotor, sedangkan panji-panji Muhammad adalah harapan pertama dan terakhir. Biarkan putra kawanku ini larut dalam upacara-upacara keagamaanya dan menikmati mantra-mantranya.

- Ketiga adalah ‘Abdullah bin Zubair, Ia seperti ayahnya bisa memainkan dua peran, serigala dan harimau. Pantaulah selalu gerak geriknya, jika berperan sebagai serigala, ia hanya melahap sisa-sisa makanan harimau dan ia tidak akan mengusikmu. Apabila memperlihatkan sikap lunak, sertakanlah cucu Al ‘Awam ini dalam rapat-rapat pemerintahanmu. Namun jika ia berperan seperti Harimau, yaitu berambisi merebut kekuasaanmu, maka janganlah mengulur-ulur waktu mengemasnya dalam keranda. Ia cukup berani, cerdik dan bangsawan.

- Keempat adalah Husain bin Ali bin Abi Thalib, sengaja aku letakkan namanya pada urutan terakhir, karena ayahmu ingin mengulasnya lebih panjang. Nasib kekuasanmu sangat ditentukan oleh sikap dan caramuy dalam menghadapinya. Bila kuingat namanya, kuingat pada kakek, ayah, ibu dan saudaranya. Bila semua itu teringat, maka serasa sebonngkah kayu menghantam kepalaku dan jilatan api cemburu membakar jiwaku. Putra kedua musuh bebuyutanku ini akan menjadi pusat perhatian dan tumpuan masyarakat.

Pesanku, dalam jangka sementara, bersikaplah lembut padanya, karena, sebagaimana kau sendiri ketahui, darah Muhammad mengalir di tubuhnya, Ia pria satria, putra pangeran jawara, susu penghulu para ksatria. Ia pandai, berpenampilan sangat menarik, dan gagah. Ia mempunyai semua alasan untuk disegani, dihormati dan di taati.

Namun, bila sikap tegas dibutuhkan dan keadaan telah mendesak, kau harus mempertahankan kekuasaan yang telah kuperoleh dengan susah payah ini, apapun akibatnya, tak terkecuali menebas batang leher al Husain dan menyediakan sebidang tanah untuk menanam seluruh keluarga dan pengikutnya. Demikianlah surat pesan ayahmu yang ditulis dalam keadaan sakit. Harapanku, kau siap-siap melaksanakan pesan-pesanku tersebut “ Dan surat tersebut di antar oleh Adh Dhahhak bin Qais al Fihri kepada Yazid bin Muawiyah, sebagian sejahrawan menyebutkan bahwa Muawiyyah sempat menasehati Yazid dengan statment sama seperti surat yang tertulis diatas. [10]

Reaksi Yazid bin Muawiyyah setelah matinya Muawiyah adalah memerintahkan Al Walid bin Uthbah untuk memaksa orang-orang yang disebut dalam waisat bapaknya agar berbai’at kepadanya. Surat perintah tersebut didokumentasikan oleh para ahli sejarah, berikut kutipan lengkapnya :

Surat ditujukan kepada al Walid Ibn Utba :
Panggil al Husain Ibn Ali Ibn Abi Thalib (as) dan Abdullah Ibn Zubair, Minta padanya untuk membaiat kekhalifaanku ! dan jika mereka menolak, pisahkan kepalanya dari tubuhnya dan kirimkan padaku di Damaskus ! Juga galanglah baiat untukku dari orang-orang madinah, dan jika ada yang menolak, maka perintah yang telah aku keluarkan juga berlaku untuk mereka ! [11]

Bukti kedua bukti surat diatas adalah bukti difinitif yang membuktikan bahwa Muawiyah dan Yazid memerintahkan untuk membunuh Husain as. Kegagalan pengambilan paksa bai’at kepada Imam Husain tersebut diteruskan kepada perwira-perwira lapangan, salah satu surat tersebut memerintahkan pembunuhan dan perusakan jenazah Imam Husain, dalam surat tersebut di Perintah kepada Ibn Sa’ad, agar memilih satu diantara dua perintah : segera menyerang Husain atau menyerahkan komando tentara kepada Syimr, dan bila Husain gugur dalam pertempuran, tubuhnya harus di injak-injak [12]

Benarkah Yazid tidak memukul kepala dan gigi imam Husain ? Dalam kitabnya Su’al fi Yazid bin Muawiyah, Ibnu Taimiyah mengatakan: “Yazid tidak menginginkan pembunuhan Husein, ia bahkan menunjukkan ketidaksenangannya atas peritiwa tersebut, Yazid tidak pernah memerintahkan untuk membunuh Husein, kepala-kepala (peristiwa Karbala) tidak dihadirkan di hadapannya, ia tidak memukul gigi-gigi kepala Husein dengan kayu. Akan tetapi, Ubaidillah bin Ziyad-lah yang melakukan itu semua”.

Benarkah bualan Ibnu Taimiyah itu ? mari kita uji dengan pandangan ulama Sunni yang lain :
Ibnu Atsir dalam kitabnya menukil ucapan Abdullah bin Abbas ra kepada Yazid, Ibnu Abbas berkata, “Engkaulah (Yazid) yang telah penyebab terbunuhnya Husein bin Ali”. Ibnu Atsir dalam kitab yang sama menulis, “Yazid memberi izin kepada masyarakat untuk menemuinya sedangkan kepala Husein bin Ali as ada di sisinya, sambil ia memukuli muka kepala tersebut sembari mengucapkan syair”. Sementara Taftazani, seorang pemuka Ahlusunnah mengatakan: “Pada hakikatnya, kegembiraan Yazid atas terbunuhnya Husein dan penghinaannya atas Ahlul Bait (keluarga Rasul) merupakan suatu hal yang mutawatir (diterima oleh mayoritas), sedang kami tidak lagi meragukan atas kekafirannya (Yazid), semoga laknat Allah tertuju atasnya dan atas penolong dan pembelanya”. Sedang Mas’udi dalam kitab Muruj adz-Dzahab dengan jelas menuliskan “Suatu hari, setelah peristiwa terbunuhnya Husein, Yazid duduk di hidangan minuman khamr sedang di samping kanannya duduk Ibnu Ziyad”.

Menarik lagi jika diperhatikan Sabath Ibn al Jauzi ia menuliskan : Ketika ahlul bait sampai ke syam dalam keadaan tertawan, Yazid duduk di Istananya, menghadap ke arah balkon, dan Yazid meminta sorang penyair melantunkan syairnya :
Ketika kepala-kepala itu mulai tampak 
Terlihatlah kepala para pembangkang itu di atas balkon Burung gagak berkoak koak

Aku berkata ” Hutang-Hutangku kepada Nabi telah terlunasi. [13]

Ulama-ulama ahlu sunnah lainya menceritakan dalam kitab-kitabnya : Yazid menyambut gembira dengan terbunuhnya Imam al Husain, ia kemudian mengundang kaum yahudi dan Nasrani untuk mendatangi majelisnya, yazid meletakkan kepala al husain di Hadapanya sambil mendengarkan syair-syair yang dilantunkan oleh Asyar bin al Zubari :
Seandainya para leluhurku di Badar 
Menyaksikan kesedihan kaum al Khazraj 
Karena patahnya lembing mereka 
Mereka pasti akan senenang melihat hal ini.

Kemudian mereka berkata :
”Hai Yazid seharusnya jangan kau potong kepalanya Sesungguhnya kami telah membunuh pemuka mereka Terbunuhnya ia sebanding dengan kekalahan kita di Badar Hasyim mencoba bermain-main dengan Sang Penguasa Akibatnya, tidak ada berita dan tidak ada yang hidup Aku bnukanya sombong, jika aku tidak membalas dendam kepada keturunan Bani Muhammad.

Namun, kami telah membalas dendam kepada Ali Dengan mebunuh si Husain pengendara kuda. Si singa pemberani Para sejahrawan ahlu sunnah seperti menuliskan bahwa ketika lantunkan syair bait kedua di atas Yazid memukul gigi depan Imam Husain dengan tongkatnya [14]


Tentang Tangisan Yazid (dan Muawiyah)

Mengapa mereka tidak mau belajar tentang tangisan dari Kitab Agung Al Qur’an? sehingga dapat dibuai oleh tangisan palsu Muawiyah dan Yazid. Ibnu Jawi al Jogjakartani menulis tentang tangisan Muawiyah dan Yazid ini dalam artikel Tangisan Politik Muawiyah dan Yazid Tangisan Palsu Yang Menipu.

Tentang wanita-wanita Ahlul ba’it yang tertawan Sejahrawan menuliskan secara jelas bagaimana tawanan itu digiring, bagaimana Zainnab, Ummu kultsum, Sukainah, Atikah, Shafiyah, ”ali awsath bagaimana Yazid begitu kegirangan menyaksikan tawanan tersebut, silahkan merujuk ke maqtal Abu Mikhnaf, Mir’at al jinan Juz I , al Kamil Juz 4, al Iqad al farid juz 2, Majma’ az zawa’id juz 1 dll terlalu banyak untuk disebutkan kitab yang menyebutkan serangkaian tindakan penawanan keluarga Nabi Saw. Adalah aneh jika dikatakan bahwa riwayat penawanan wanita-wanita ahlul ba’it sebagai batil dan dusta, bukankah begitu banyak saksi yang melihat dan mendengar pidato-pidato keluaraga nabi di istana Yazid ? mengapa kalian mendustakan itu ? kami akan menyebutkan nama-nama sebagian yang turut menyaksikan peristiwa tersebut, diantarannya :
1. Al Ghazu bin Rabi’ah al Jusrasyi (ia berada di dalam Istana Yazid dan menyaksikan peristiwa penawanan wanita-wanita Ajlul Ba’it dan arak-arakan kepala keluarga Nabi Saw)
2. Al Qasim bin ’Abdurrahman (budak yazid bin Muawiyah, ia mendengar ucapan penistaan pada kepala Imam husain dan menyaksikan rombongan tawanan wanita ahlul ba’it)
3. Abu ’Imarah al Absi (ia yang menyaksikan bagaimana Yazid memerintahkan putranya Khalid agar mendebat Ali bin Husain dan bagaimana menyaksikan bagaimana ia berkata pada wanita-wanita Ahlul Ba’it yang dicela oleh khalid.
4. Fatimah binti Ali bin Abi Thalib (ia menceritakan bagaimana perdebatan antara Zaenab dan Yazid dan menyaksikan bagaimana Yazid mencoba cuci tangan dari peristiwa pembunuhan Imam Husain seraya melemparkan tanggungjawab pada Ibnu Marjanah.
5. Kesaksian ’Uwanah bin al hakam al kalbi (ia menyaksikan bagaimana Yazid meperlakukan wanita-wanita ahlul bait tersebut)
6. Kesaksian al Qasim bin Bukhait (ia menyaksikan tawanan dibawa ke istana Yazid dan melihat bagaimana Yazid memukul dan menusuk-nusuk mulut Imam Husain)


Penutup

Jika argumentasi didfasarkan pada presentasi dan pendapat Ibnu taimiyah bisa dipastikan terdapat distorsi sejarah yang teramat besar, ia banyak sekali mendhoifkan hadis keutamaan ahlul ba’it demi membela Bani Umayyah demikianpula dalam masalah kesejarahan banyak pula yang ia distorsi demi membela banu Umayah bani yang dikutuk oleh Allah azza wajala sebagai Pohon kayu terkutuk.

Wallahu alam bhi showab

Referensi:
[1] Minhaj as-Sunnah Jil:2 Hal:404.
[2] Ibid Jil:1 Hal:537.
[3] Ibid Jil:6 Hal:419.
[4] Lisan al-Mizan Jil:6 Hal:319-320.
[5] Al-Hawi fi Sirah at-Thahawi Hal:26.
[6] Ar-Rasail al-Ghomariyah Hal:120-121.
[7] Al-Maqolaat as-Saniyah Hal:200.
[8] Dinukil dari kitab Nahwa Inqod at-Tarikh al-Islami karya Sulaiman bin Shaleh al-Khurasyi hal:35.
[9] At-Tanbih wa ar-Rad Hal:7[4] Ibid Jil:4 Hal:682.
[10] Surat ini di dokumentasikan oleh : Al Khawarizmi, Maqtal al Husain hal 175; Maqtal abu Mikhnaf, baladzuri Ansab al Asyraf IV hal 122, ThabariTarikh ar rasul wa al Muluk Juz II hal 196 ; Dinawari Kitab al Akhbar at Tiwal, 226.
[11]. Surat Yazid ini terdokumentasikan dalam Kitab Baladzuri, Ansab al Asyraf Juz IV hal 12, Ya’qubi, ath Tarikh Juz II hal 2414, Thabari, Tarikh ar rasul wa al Muluk Juz II hal 216, Bidayah Juz VIII hal 146.
[12] lebih detail lihat di Thabari, Tarikh ar rasul wa al Muluk,II hal 308-16. Dinawari, al akhbar at Tiwal hal 253, Bidayah,Juz VIII hal 175.
[13] al tadzkirah, hlm 148.
[14] Silahkan rujuk detailnya di Abu al faraj Ibnu al Jauzi, al Tadzkirah h 148, Abdullah bin Muhammad bin Amir al Syabrawi, al Ittihaf bi Hubb al asyaraf, h 18; al Khathib al Khawarizmi, Maqtal al Husain, juz 2.
_____________________________________

BENARKAH SYI'AH MEMBUNUH AL-HUSAIN?


SYIAH DALANG TERBUNUHNYA IMAM HUSAIN as ?

Bismillahirahmanirahim
Allahuma sholi ala Muhammad wa ala ali Muhammad

Putra Paripurna menuliskan :
Tapi, jika saja mereka mau menapaktilasi sejarah, maka tentu mereka akan sadar bahwa sebenarnya, secara tidak langsung orang-orang Syiah terlibat dalam peristiwa pembunuhan Al Husain . Orang-orang Syiah di Kufah Iraq yang tidak mau tunduk kepada pemerintahan Yazid bin Mu’awiyah rutin mengirim surat kepada Al Husain . Mereka mengajaknya untuk menentang Yazid. Mereka mengirim utusan demi utusan yang membawa ratusan surat dari orang-orang yang mengaku sebagai pendukung dan pembela Ahlul Bait. Isi surat mereka hampir sama, yaitu menyampaikan bahwa mereka tidak bergabung bersama pimpinan mereka, Nu’man bin Basyir. Mereka juga tidak mau shalat Jumat bersamanya. Dan meminta Al Husain untuk datang kepada mereka, kemudian mengusir gubernur mereka, lalu berangkat bersama-sama menuju negeri Syam menemui Yazid. Namun, ketika Al Husain datang memenuhi panggilan mereka, dan ketika pasukan ‘Ubaidillah bin Ziyad membantai Al Husain dan 17 orang Ahlul Bait di suatu daerah yang disebut Karbala, tak seorang pun dari orang-orang Syiah itu yang membela beliau. Kemana perginya para pengirim ratusan surat itu? Mana 12.000 orang yang katanya akan berbaiat rela mati bersama Al Husain ? Mereka tidak memberikan pertolongan kepada Muslim bin Uqail, utusan Al Husain yang beliau utus dari Makkah ke Kufah. Tidak pula berperang membantu Al Husain melawan pasukan Ibnu Ziyad. Maka tak heran jika sekarang orang-orang Syiah meratap dan menyiksa diri mereka setiap 10 Muharram, sebagai bentuk penyesalan dan permohonan ampun atas dosa-dosa para pendahulu mereka terhadap Al Husain .

Ibnu Jawi al Jogjakartani menjawab :
Sepintas lalu statemen diatas adalah tampak kokoh dan benar bahwa ” orang syiah yang mengundang Imam Husain as dan membiarkan Imam Husain as bertempur sendiri hingga syahid dipadang Karbala”. Pernyataan tersebut pada dasarnya mengandung fallacy, yang sengaja diplintir maksudnya dengan tujuan mengaburkan fakta sebenarnya. Retorika diatas bukanlah hal baru, pada masa perang shifin antara Imam Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abu Sofyan terjadi pula retorika seperti diatas. Seperti di ceritakan dalam sejarah disaat Amar bin Yasir gugur di tangan tentara Muawiyyah, terjadilah kekacauan di barisan prajurit Muawiyah lantaran mereka teringat hadis Rasulullah yang menyatakan kurang lebih,” bahwa kelak akan terjadi pertempuran antara dua kelompok, dan Ammar akan terbunuh, dan pembunuh Ammar adalah kelompok yang sesat” mereka segera tersentak bahwa barisan merekalah yang telah membunuh Ammar, dan Muawiyyah bin Abu Sofyan dengan segala kelicikanya segera membangun retorika dan berkotbah ” Bahwa yang bertanggungjawab atas terbunuhnya Ammar adalah Ali bin Abi Thalib, karena Ali lah yang membawa Ammar dalam pertempuran Siffin, seandaianya Ali tidak mengikut sertakan Ammar niscaya Ammar tidak akan terbunuh ”. Muawiyah adalah representasi politikus yang cerdik culas dan licik, sepintas pernyataan itu benar, dan sejarah membuktikan bagaimana Imam Ali mematahkan argumentasi Muawiyyah tersebut, kami cukupkan saja sampai disini untuk mengetahui bagaimana Imam Ali meruntuhkan argumen-argumen Muawiyah silahkan membaca di kitab sejarah atau Nahjul Balaghah.

Kesalahan fatal dari pernyataan ” bahwa para penulis surat kepada Imam Husain adalah syi’ah ” merupakan realitas yang tidak berdasar pada pijakan fakta sejarahg yang ada, statemen tersebut hanya merupakan retorika jaring laba-laba sebagaimana retorika yang dibangun muawiyah. Kesalahanya adalah sebagai berikut:

Tidak memperhatikan Struktur masyarakat Kufah

Para penuduh menganggap bahwa para pengundang Imam Husain melalui surat tersebut adalah syi’ah. Pernyataan ini ditolak oleh S.H.M Jafri yang menyatakan ” Orang-orang yang mengundang Husain ke kufah, dan 18.000 orang yang berbaiat kepadanya melalui utusanya, muslim bin Aqil tidaklah semuanya syi’i dalam arti keagamaan, melainkan ada juga yang mengundang dengan alasan politik untuk menumbangkan dominasi orang syiria ” [1]

Fakta sejarah menyebutkan bahwa struktur masyarakat Kuffah tidaklah homegen syi’ah melainkan terpolarisasi pada kecendrungan politik dan afiliasi politik yang heterogen. Baladzuri menuliskan dalam kitabnya, bahwa pada masa sa’ad ibnu abi waqqas menjabat sebagai gubernur kufah ia menghadapi masalah heterogenitas masyarakat kufah. Untuk mengatasi perseoalan tersebut Sa’ad menyususn struktur masyarakat kufah berdasarkan pengelompokan Nizari (suku Arab Utara) dan Yamani (suku Arab selatan), untuk menentukan lokasi tinggal diadakan udnian dengan cara adat orang Arab yakni dengan menggunakan anak panah. Hasilnya, Nizari tinggal di kawasan Barat dan Yamani dikawasan Timur” [2]

Tetapi sistem pengelompokan tersebut terbukti tidak efektif dan tidak berlangsung lama lantaran terjadi permasalahan serius. beragamnya klan dalam suku Nizari dan klan dalam suku yamani sering mengalami gesekan yang pada giliranya mengalami masalah dalam distrubusi gaji yang merupakan sumber utama penduduk kufah. Lalu sa’ad mengorganisasi kelompok masyarakat kufah berdasarkan prinsip pra islam yang berbasis pada ’addala, ta’dil dengan mengorganisir berdasarkan nassab, yakni bentuk organisasi kesukuan Arab yang diikat dalam persekeutuan politik.

Populasi masyarakat kufah terbagi dalam tujuh kelompok (disebut asba’) yang terdiri dari :
1. Kinana dan ahabisy , Qays’ Ailan (kelompok ini adalah kelompok pretise dan istimewa (ahl al ’aliyah) dalam struktur masyarakat kufah)
2. Quda’ah, Ghassan, Bajilah, Kats’am, Kinda, Hadzramaut dan Azd digabung dalam kelompok Yamani.
3. Madzhik, Humyar, Hamdan, dalam satu grup
4. Grup Mudhar, yang di isi dari Tamim, Rihab, Hawzin
5. G Asad Ghatfan, Muharib, Nimr, Dubay’ah dan Tghlib dalam satu grup
6. Iyad, ’Akk, ’Abd al Qays, Ahl al Hajar dan Hamra
7. Sub’ [3]

Tetapi dengan sistem tersebut yang dibangun dari prinsip kesatuan suku (muqatilah) pra islam dalam jangka waktu lama telah membawa persoalan tersendiri, hal ini terbukti setelah sembilan belas tahun berikutnya , Dalam kurun waktu tersebut terjadi perubahan drastis dalam klan-klan tertentu, sebagian dari klan tersebut telah mendapatkan kedudukan yang terlampau dominan dengan peruntungan finansial yang berlebihan melebihi klan-klan lain. Pada masa Imam Ali sistem pengorganisasian penduduk yang berbasis muqatilah dirubah menjadi sistem yang lebih egaliter dan adil, Imama Ali membagi tetap dalam tujuh kelompok yaitu :
1. Hamdan dan Himyar (orang yaman)
2. Madzhij, Asy’ar dan Thayy (orang yaman)
3. Kinda, Hadramaut, Qudha’ah dan Mahar (orang Yaman)
4. seluruh cabang Nizari dari qays, ’Abs Dzubyah dan ’Abd al Qays Bahrain.
5. Bakr, taghlib dan seluruh cabang rabi’ah (Nizar)
7. Qurasy, Kinana, SAD, TAMIM, Dhabbah, Ribaba (Orang Nizar) [4]

Jika dibandingkan sistem yang dipakai Sa’ad ib Abi waqash terdapat kelompok yang semula dimarginalkan oleh Sa’ad kemudian di angkat oleh Imam Ali yakni Asy’ar, Mahar dan Dabbah. Jika pendistribusian gaji sebelum Imam Ali berkuasa didasarkan hanya pada keterdahuluan masuk Islam dan siapa yang lebih dahulu datang ke kufah maka Imam Ali merubah dengan berdasarkan prinsip bukan hanya keterdahuluan masuk Islam melainkan menambah prasyarat teguh pada nilai-nilai dan standar Islam [5].

Prinsip-prinsip keadilan Islam yang diajarkan oleh Rasulullah kepada Imam Ali ini ditegakkan oleh beliau, namun mereka (asyraf al qaba’il) yang mendapatkan keberuntungan secara finansial selama 19 tahun sebelum kebijakan Imam Ali tiba-tiba harus berbagi dengan yang lain, akibatnya kelompok asyraf al qaba’il dari klan-klan yuang mendapatkan keberuntungan tersebut menaruh kebencian atas kebijakan Imam Ali, sikap tidak suka tersebut didasarkan pada pertama kebijakan egaliter Imam Ali dalam distribusi gaji yang menghapus perbedaan antara pendatang awal dan pendatang baru dan bukan hanya masuknya Islam terlebih dahulu tetapi juga pada keteguhan terhadap Islam [6] kedua Imam Ali menerapkan persamaan dalam pendapatan bagi Arab dan Non Arab [7].

Dengan memperhatikan struktur masyarakat dan faktor-faktor yang melatari pembentukan struktur masyarakat kufah tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam masyarakat kufah bukanlah masyarakat yang monolisti homogen syi’ah , mereka terbagi dalam kecendrungan kelompok dan sikap, dan dalam kleompok pun terbagi lagi dalam sikap-sikap yang berbeda. Secara umum S.H.M Jafri membagi kelompok masyarakat kufah menjadi :
1. Kelompok Pengikut setia terhadap keluarga Muhammad (pen-Ahlul Bait) baik pendatang lama maupun pendatang baru dalam masyarakat kufah dari berbagai klan dan suku.
2. Kelompok yang terdiri dari pemimpin klan dan kabilah yang kepentinganya tergantung pada kepentingan kedudukan politis dan monopoli ekonomi dan mereka memiliki pengikut yang tergantung pula pada pemimpin klan dan kabilahnya.
3. Kelompok masa kufah yang yang terdiri dari kebanyakan Yamani dan mawali. Kelompok ini bukanlah kelompok yang comited terhadap ahlul bait (Ali, Hasan dan Husain pen) tetapi bukan pula kelompok yang antusias kepada musuh-musuh Ahlul Ba’it. Mereka akan mengerumuni Ahlul Bait jika ada kepentingan praktis yang menguntungkan mereka, dan segera meninggalkan ahlul bait jika ancaman menghadapi mereka. Ketika dominasi syiria atas kufah dipahami oleh kelompok ini dapat di eliminer dengan melibatkan Imam Husain mereka menulis surat pada Imam Husain tetapi setelah kondisi dan situasi berubah maka berubahlah sikap kelompok ini [8]

Kesimpulnya adalah, bahwa fakta sejarah membuktikan bahwa pengirim surat kepada Imam Husain tersebut bukanlah di dominasi oleh Kelompok pertama, melainkan juga dilakukan oleh kelompok ke tiga, yang secara perwatakan tidak memiliki ketetapan hati melainkan tergantung situasi dan kondisi menguntungkan atau tidak bagi dirinya. Pertanyaanya, lalu dimana kelompok pertama di saat Imama Husai di kepung di Karbala ? ahli sejarah menuliskan sebagai berikut :

Upaya pembelaan muslim syiah terhadap Imam Husain

Para penulis sejarah dari kalangan ahlu sunnah banyak menuliskan usaha kaum syiah kufah ( seperti disebutkan di atas dari kelompok pertama – pengikut setia) yang berusaha bergabung dalam rombongan Imam Husain as. Thabhari menceritakan secara detail bagaimana pengikut sejati Imam Husain (muslim syiah ) yang berusaha meloloskan diri dari blokade ketat tentara Yazid atas kufah agar dapat menuju karbala.
Thobari menceritakan bahwa seluruh akses yang akan dimanfaatkan untuk menuju karbala di blokade, sehingga mengurung pendukung Imama Husain untuk bergabung di Karbala dan hanya sedikit yang dapat lolos dari blokade [9]. Menurut catatan Thobari dan A l Azraqi Tatkala Imam Husain meninggalkan Makkah, hanya ada 50 orang bersamanya (18 orang keluarga Abi Thalib beserta kerabat dan 32 adalah non keluarga) dan yang terbunuh di karbala berjumlah 92 orang dan yang kepalanya di arak dan dipersembahkan kepada Ibnu Ziyad berjumlah 18 dari keluarga Rasulullah serta 54 orang dari pengikutnya di identifikasi dari suku klan, suku Hawazhin, Tamim, Asad, Madzhij, tsaqif, Azd dan 7 kepala tanpa identitas klan dan sisanya sekitar 20 klan terbunuh tanpa diketahui afilisai klan. Dari catatan sejahrawan tersebut para syi’ah sejati yang mampu meloloskan diri dan bergabung dikarbala hanya 42 orang, hal ini membuktikan betapa hebatnya pengepungan tentara Yazid untuk meblokade para pendukung Imam Husain [10]. Para pendukung Imam Husain (syiah) ini belakangan baru dapat memobilisasi dan mencoba menyadarkan masyarakat kufah dalam Gerakakan Tawwabun.

Memperhatikan Pidato Imam Husain as Adalah bijaksana untuk memperhatikan redaksi pidato imam Husain, bahwa beliau sama sekali tidak pernah menyebut bahwa yang berkirim surat kepada dirinya adalah kaum syi’ah melainkan kaum kufah, sehingga ini harus dipahami sebagai beragamnya latar belakang para pengirim surat tersebut, perhatikan Pidato imam Husain:
WAHAI KAUM KUFAH, kalian mengirimkan kepadaku delegasi kalian dan menyurati aku… [11]

jika belakangan dituduhkan bahwa Syi’ah turut membunuh tentunya Imam Husain akan berbidato dengan menyebut WAHAI SYI’AHKU… dan kami persilahkan untuk mencermati pidato-pidato lain Imam Husain sengaja kami tidak postingkan secara utuh agar para penuduh dapat lebih mencermati dalam sumber-sumber sejarah.


Khatimah

Bahwa tuduhan syiah bertanggungjawab terhadap pembunuhan tidak langsung adalah fakta yang hanya bersifat fitnah dan tuduhan dan hal itu sudah di bantah dengan sendirinya dalam sumber-sumber kesejarahan. Fakta lain yang tidak di tulis dalam tulisan ini adalah bahwa niatan untuk membunuh Imam Husain adalah sudah direncanakan sendiri oleh Muawiyyah bin Abu sofyan, hal ini dapat dilihat pada dokumentasi surat wasiat Muawiyah yang diberikan kepada Yazid., pada kesmepatan lain Insya Allah kami akan membahasnya.

Wallahu alam bhi showab. 

Referensi:
[1] S.H.M. Jafri, Origin and Early Development of shi’a Islam, h. 270-271.
[2] Baladzuri, Ansyab al ayraf , h 435 termuat juga di Nmu’jam al Buldan, juz V hal 323.
[3] Untuk melihat komposisi struktur masyarakat kufah dan sikap politik mereka terhadap Imam Husain terkait surat-surat yang dikirim silahkan mempelajari masing-masing group ini dalam Thabari,Tarikh Ar Rasul wa al Muluk, Jilid I dan Kahhala, Mu’jam Qaba’il al arab
[4] Lihat di Khalif Hayat asy syi’r fi’l kufah hal 29.
[5] lihat pidato beliau di Khutbah Nahjul Balaghah No 21,23,24,42 dan lihat pula kebijakan fiskal Imam Ali di Thabari Tarikh Ar Rasul wa al Muluk jilid I hal 3227
[6] ibid khotbah nahjul balaghah
[7] lihat pula kebijakan fiskal Imam Ali di Thabari Tarikh Ar Rasul wa al Muluk jilid I hal. 3227
[8] S.H.M. Jafri, Origin and Early Development of shi’a Islam, h. 180-181.
[9] lihat Thabari Tarikh Ar Rasul wa al Muluk, Jilid II hal 236, 303 dan 335.
[10] ibid , hal 386, lihat pula di Ibshar al ’ain fi ahwal al anshar al Husain hal 47 dan akhbar Makkah hal. 259
[11] Ibid jilid II hal 298 lihat di Dinawari hal 249 dan Bidayah VIII hal 172.

(Tafsir-Tematis/Sinar-Agama/Syiah-News/Beberapa-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: