Pesan Rahbar

Home » , » Shalat Nabi Saw; Sujud Syukur dan Sujud Tilâwah Serta Doanya

Shalat Nabi Saw; Sujud Syukur dan Sujud Tilâwah Serta Doanya

Written By Unknown on Tuesday 11 July 2017 | 08:27:00


فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَ اشْكُرُوا لِي وَ لاَ تَكْفُرُوْنِ

Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat kamu, dan bersyukurlah kamu kepada-Ku dan janganlah kamu kufur kepada-Ku.

لئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيْدَنَّكُمْ وَ لَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ

Sesungguhnya apabila kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah ( kenikmatan) kepadamu, dan jika kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku sangat keras.


I. Sujud Syukur

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحَجَّاجِ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ع أَنَّهُ قَالَ مَنْ سَجَدَ سَجْدَةَ الشُّكْرِ وَ هُوَ مُتَوَضِّئٌ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِهَا عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَ مَحَا عَنْهُ عَشْرَ خَطَايَا عِظَامٍ

Dari ‘Abdurrahmân bin Al-Hajjâj dari Abû ‘Abdillâh as bahwa dia berkata, "Siapa yang sujud dengan sujud syukur dan dia dalam keadaan punya wudhu, niscaya Allah mencatat baginya dengan sujud tersebut sepuluh shalawât, dan menghapuskan darinya sepuluh dosa besar,"

Sujud syukur, yaitu sujud yang dilaksanakan karena kita bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya yang Dia berikan kepada kita. Shalat adalah salah satu dari karunia-Nya. Oleh karena itu setelah selesai shalat ada anjuran untuk melakukan sujud sebagai ungkapan syukur kepada Allah ‘azza wa jalla, dan semoga Dia menambahkan karunia-Nya kepada kita sehingga kita tidak merasa terpaksa dalam menunaikan shalat, dan shalat kita pun menjadi shalat yang khusyu‘.

Al-Himyari menulis surat kepada Al-Qâ`im as (Imam Al-Mahdi as) dia menanyakan tentang sujud syukur setelah shalat farîdhah. Dalam suratnya dia berkata, “Sesungguhnya sebagian sahabat kami menganggapnya bid‘ah (ibadah yang diada-adakan orang), apakah boleh seseorang melakukan sujud syukur setelah shalat fardhu? Apabila boleh, maka sujud syukur setelah shalat maghrib itu, apakah setelah shalat fardhu langsung (sujud syukur) ataukah setelah shalat nâfilah-nya yang empat raka‘at?”

Imam Al-Mahdi as menjawab, “Sujud syukur itu termasuk sunnah yang paling lazim dan yang paling ditekankan, tidak boleh seseorang mengatakan ‘sesungguhnya ini bid‘ah’, kecuali orang yang ingin mengada-ngadakan bid‘ah dalam ajaran Allah. Adapun hadîts yang diriwayatkan tentangnya setelah shalat maghrib atau setelah shalat nâfilah-nya yang empat, maka keutamaan berdoa dan ber-tasbîh setelah shalat-shalat fardhu di atas doa setelah shalat sunnah, bagaikan keutamaan shalat fardhu di atas shalat sunnah, dan sujud itu adalah doa dan tasbîh, maka yang paling utama, dilaksanakan setelah shalat fardhu, tetapi jika dilakukan setelah shalat sunnah juga boleh.”

Sujud syukur bisa dilaksanakan langsung sesudah shalat fardhu, dan bisa juga setelah shalat sunnahnya berdasarkan riwayat tersebut, tetapi sebagian orang beranggapan bahwa sujud syukur itu lebih utama diakhirkan, yakni setelah shalat nawâfil -nya dalam shalat maghrib. Hafsh Al-Jauhari berkata, “Imam ‘Ali Al-Ridhâ as shalat maghrib, kemudian beliau melakukan sujud syukur sesudah yang ketujuh (setelah nawâfil -nya yang empat).” Kemudian saya bertanya kepadanya, “Apakah ayah dan kakekmu sujud syukur setelah tiga raka‘at (shalat maghrib)?” Beliau menjawab, “Tidak seorang pun dari ayah dan kakekku melakukan sujud melainkan setelah tujuh (shalat maghrib dan nâfilah-nya).”

Dalam riwayat lain yang membolehkan mendahulukan sujud syukur setelah shalat maghrib adalah dari Jahm bin Abû Jahmah: Saya melihat Imam Mûsâ Al-Kâzhim as melakukan sujud (syukur) setelah tiga raka‘at dari shalat maghrib, lalu saya bertanya kepadanya, “Saya jadikan diriku tebusanmu, saya telah melihatmu sujud setelah tiga raka‘at?” Beliau berkata, “Kamu melihatku?” Saya berkata, “Ya.” Beliau bertanya, “Janganlah kamu meninggalkannya, karena doa padanya dikabulkan.”

Muhammad Bâqir Al-Majlisi rahimahullâh berkata, “Hal ini mengisyaratkan kepada taqiyyah dalam mengakhirkannya, maka janganlah tuan lalai.”


Di bawah ini ada beberapa doa yang disampaikan dalam sujud syukur dan satu doa setelah melakukan sujud syukur yang diriwayatkan dari Ahlulbait Rasûlullâh saw yang suci.

1. Doa Sujud Syukur 

يَا رَبِّي وَ عَظْتَنِي فَلَمْ أَتَّعِظْ، وَ زَجَرْتَنِي عَنْ مَحَارِمِكَ فَلَمْ أَنْزَجِرْ، وَ غَمَرَتْنِي أَيَادِيْكَ فَمَا شَكَرْتُ، عَفْوَكَ عَفْوَكَ يَا كَرِيْمُ، أَسْأَلُكَ الرَّاحَةَ عِنْدَ الْمَوْتِ، وَ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ

Yâ rabbi wa‘azhtanî falam atta‘izh, wa zajartanî ‘an mahârimika falam anzajir, wa ghamaratnî ayâdîka famâ syakart. ‘Afwaka, ‘afwaka yâ karîm. As`alukar râhata ‘indal maut, wa as`alukal ‘afwa ‘indal hisâb.

Wahai Tuhan yang mengaturku, Engkau telah mengajariku, namun aku tidak mengambil pelajaran. Engkau telah mencegahku dari hal-hal yang haram, akan tetapi aku tidak berhenti. Dan tangan-tangan-Mu telah meliputi diriku (dengan pertolongan), namun aku tidak bersyukur. Aku memohon maaf-Mu, aku mohon maaf-Mu, wahai Yang maha mulia. Aku memohon kepada-Mu rehat ketika mati, dan aku memohon maaf kepada-Mu pada hari perhitungan.


2. Doa Sujud Syukur

أُنَاجِيْكَ يَا سَيِّدِي كَمَا يُنَاجِي الْعَبْدُ الذَّلِيْلُ مَوْلاَهُ، وَ أَطْلُبُ إِلَيْكَ طَلَبَ مَنْ يَعْلَمُ أَنَّكَ تُعْطِي، وَ لاَ يَنْقُصُ مِمَّا عِنْدَكَ شَيْءٌ، وَ أَسْتَغْفِرُكَ اسْتِغْفَارَ مَنْ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ، وَ أَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ تَوَكُّلَ مَنْ يَعْلَمُ أَنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Unâjîka yâ sayyidî kamâ yunâjil ‘abdudz dzalîlu maulâh. Wa athlubu ilaika thalaba man ya‘lamu annaka tu‘thî, wa lâ yanqushu mimmâ ‘indaka syai`, wa astaghfiruka istighfâra man ya‘lamu annahu lâ yaghfirudz dzunûba illâ ant, wa attawakkalu ‘alaika tawakkula man ya‘lamu annaka ‘alâ kulli syai`in qadîr.

Aku bermunajat kepada-Mu wahai Tuanku sebagaimana hamba yang hina-dina berbicara kepada Tuannya. Aku memohon kepada-Mu sebagaimana permohonan orang yang yakin bahwa Engkau memberi dan tidak akan mengurangi sedikit pun apa-apa yang ada di sisi-Mu. Aku memohon ampun kepada-Mu sebagaimana permohonan ampun orang yang mengetahui bahwa tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau. Dan aku bertawakkal kepada-Mu (menjadikan-Mu wakil) sebagaimana tawakkalnya orang yang tahu bahwa Engkau berku-asa atas segala sesuatu.


3. Doa Sujud Syukur

اللَّهُمَّ ارْحَمْ ذُلِّي بَيْنَ يَدَيْكَ, وَ تَضَرُّعِيْ إِلَيْكَ, وَ وَحْشَتِي مِنَ النَّاسِ, يَا ذَا الْمَنِّ وَ الْفَضْلِ وَ الْجُوْدِ وَ الْغِنَى وَ الْكَرَمِ, اِرْحَمْ ضَعْفِي وَ شَيْبَتِي مِنَ النَّارِ يَا كَرِيْمُ

Allâhummarham dzullî baina yadaik, wa tadharru‘î ilaik, wa wahsyatî minan nâs, wa ãnisnî bika yâ karîm, fainnî ‘abduka wabnu ‘abdik, ataqallabu fî qabdhatik, yâ dzal manni wal fadhli wal jûdi wal ghinâ wal karam, irham dha‘fî wa syaibatî minan nâri yâ karîm.

Ya Allah, sayangilah kehinaanku di hadapan-Mu, permintaan belas-kasih-Mu kepada-Mu, duka-citaku dari manusia, temanilah aku dengan-Mu wahai yang maha mulia, sungguh aku ini hamba-Mu dan anak hamba-Mu, aku membulak-balikkan tubuh dalam genggaman-Mu, wahai yang punya anugerah, karunia, kedermawanan, kekayaan dan kemuliaan, sayangilah kelemahanku dan ketuaanku dari api neraka wahai Tuhan yang maha mulia.


4. Doa Sujud Syukur

إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي, إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي, إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي

Innî zhalamtu nafsî faghfir lî, innî zhalamtu nafsî faghfir lî, innî zhalamtu nafsî faghfir lî.

Sesungguhnya aku telah menzalimi diriku, maka ampunilah aku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku maka ampunilah aku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku maka ampunilah aku.


5. Doa Sujud Syukur

اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ قَدْ عَصَيْتُكَ فَإِنِّي قَدْ أَطَعْتُكَ فِي أَحَبِّ اْلأََشْيَاءِ إِلَيْكَ، وَ هُوَ اْلإِيْمَانُ بِكَ، مَنًّا مِنْكَ عَلَيَّ لاَ مَنًّا مِنِّي عَلَيْكَ، وَ تَرَكْتُ مَعْصِيَتَكَ فِي أَبْغَضِ اْلأََشْيَاءِ إِلَيْكَ، وَ هُوَ أَنْ أَدْعُوَ لَكَ وَلَدًا أَوْ أَدْعُوَ لَكَ شَرِيْكًا، مَنًّا مِنْكَ عَلَيَّ لاَ مَنًّا مِنِّي عَلَيْكَ، وَ عَصَيْتُكَ فِي أَشْيَاءَ عَلَى غَيْرِ وَجْهِ مُكَابَرَةٍ وَ لاَ مُعَانَدَةٍ وَ لاَ اسْتِكْبَارٍ عَنْ عِبَادَتِكَ، وَ لاَ جُحُوْدٍ لِرُبُوْبِيَّتِكَ، وَ لَكِنِ اتَّبَعْتُ هَوَايَ وَ اسْتَزَلَّنِي الشَّيْطَانُ بَعْدَ الْحُجَّةِ عَلَيَّ وَ الْبَيَانِ، فَإِنْ تُعَذِّبْنِي فَبِذُنُوْبِي غَيْرَ ظَالِمٍ لِي، وَ إِنْ تَغْفِرْ لِي وَ تَرْحَمْنِي, فَبِجُوْدِكَ وَ بِكَرَمِكَ, يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Allâhumma in kuntu qad ‘ashaituka fainnî qad atha‘tuka fî ahabbil asyyâ`i ilaika wa huwal îmânu bik, mannan minka ‘alayya lâ mannan minnî ‘alaik. Wa taraktu ma‘shiyataka fî abghadil asyyâ`i ilaika wa huwa an ad‘uwa laka waladan au ad‘uwa laka syarîkâ, mannan minka ‘allayya lâ mannan minnî ‘alaik. Wa ‘ashaituka fî asyyâ`a ‘alâ ghairi wajhi mukâbaratin walâ mu‘ânadatin wa lastikbârin ‘an ‘ibâdatika walâ juhûdin lirubûbiyyatik, walâkinittaba‘tu hawâya wastazallanisy syaithânu ba‘dal hujjati ‘alayya wal bayân. Fain tu‘adzdzibnî fabidzunûbî ghaira dzâlimin lî, wa in taghfir lî wa tarhamnî, fabijûdika wa bikaramik, yâ arhamar râhimîn.

Ya Allah, seandainya aku telah durhaka kepada-Mu, maka sungguh aku telah taat kepada-Mu dalam hal yang paling Engkau suka, yaitu keimanan kepada-Mu, ini sebagai karunia dari-Mu atasku, bukanlah karunia dariku kepada-Mu. Dan aku telah meninggalkan kemaksiatan kepada-Mu yang paling Engkau benci, yaitu menganggap Engkau punya anak dan menganggap Engkau punya sekutu, ini sebagai karunia dari-Mu atasku, bukan sebagai karunia dariku atas-Mu. Dan aku telah durhaka kepada-Mu dalam berbagai perkara, hal ini bukan karena aku menyombongkan diri, bukan karena menentang, bukan karena enggan mengabdi kepada-Mu dan bukan pula karena menolak rubûbbiyah-Mu, akan tetapi karena aku telah menaati hawa nafsuku dan aku telah digelincirkan setan setelah mendapatkan hujjah (bukti) serta keterangan. Seandainya Engkau menyiksa diriku, maka ini semata-mata karena dosa-dosaku, Engkau tidak zalim kepadaku, namun jika Engkau mengampuni dosa-dosaku dan mengasihi diriku, maka ini semata-mata karena kemurahan-Mu dan kemuliaan-Mu, wahai Tuhan yang maha pengasih dari semua yang mengasihi.


6. Doa Sujud Syukur 

Telah diriwayatkan dari Muhammad bin Sulaimân dari ayahnya: Saya pergi bersama Imam Mûsâ Al-Kâzhim as kepada sebagian para pengikutnya, kemudian beliau shalat zhuhur, maka tatkala selesai, beliau rebahkan tubuhnya dengan sujud karena Allah, maka saya dengar suara beliau yang sedih dan menetes air matanya beliau mengatakan dalam sujudnya:

رَبِّ عَصَيْتُكَ بِلِسَانِي وَ لَوْ شِئْتَ وَ عِزَّتِكَ َلأََََخْرَسْتَنِي، وَ عَصَيْتُكَ بِبَصَرِي وَ لَوْ شِئْتَ وَ عِزَّتِكَ لأَكْمَهْتَنِي، وَ عَصَيْتُكَ بِسَمْعِي وَ لَوْ شِئْتَ وَ عِزَّتِكَ لأَصْمَمْتَنِي، وَ عَصَيْتُكَ بِيَدِي وَ لَوْ شِئْتَ وَ عِزَّتِكَ لَكَنَّعْتَنِي، وَ عَصَيْتُكَ بِرِجْلِي وَ لَوْ شِئْتَ وَ عِزَّتِكَ لَجَذَمْتَنِي، وَ َصَيْتُكَ بِفَرْجِي وَ لَوْ شِئْتَ وَ عِزَّتِكَ لَعَقَمْتَنِي، وَ عَصَيْتُكَ بِجَمِيْعِ جَوَارِحِيَ الَّتِي أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيَّ وَ لَيْسَ هَذَا جَزَائَكَ مِنِّي

Rabbi ‘ashaituka bilisânî walau syi`ta wa ‘izzatika la`akhrastanî, wa ‘ashaituka bibasharî walau syi`ta wa ‘izzatika lakamahtanî, wa ‘ashaituka bisam‘î walau syi`ta wa ‘izzatika la`ashmamtanî, wa ‘ashaituka biyadî walau syi`ta wa ‘izzatika lakana‘tanî, wa ‘ashaituka birijlî walau syi`ta wa ‘izzatika lajadzamtanî, wa ‘ashaituka bifarjî walau syi`ta wa ‘izzatika la‘aqamtanî, wa ‘ashaituka bijamî‘i jawârihiyal latî an‘amta bihâ ‘alayya wa laisa hâdzâ jazâ`aka minnî.

Wahai Tuhanku, aku telah durhaka kepadamu dengan lidahku, dan seandainya Engkau menghendaki dengan keagungan-Mu, Engkau bisukan aku, aku telah durhaka kepada-Mu dengan penglihatanku dan seandainya saja Engkau menghendaki dengan keagungan-Mu, Engkau telah butakan mataku, aku telah maksiat kepada-Mu dengan kakiku, dan seandainya Engkau menghendaki dengan keagungan-Mu, Engkau lumpuhkan kakiku ini, aku durhaka kepada-Mu dengan kemaluanku dan seandainya Engkau menghendaki dengan keagungan-Mu, Engkau impotenkan aku, dan aku durhaka kepada-Mu dengan seluruh anggota badanku yang dengannya Engkau berikan karunia kepadaku, namun balasanku dengan tidak bersyukur kepada-Mu.


Maka aku hitung beliau mengucapkan:

الْعَفْوَ الْعَفْوَ

Al-‘afwa, al-‘afwa . (Aku mohon maaf, aku mohon maaf ) sebanyak seribu (1000) kali. Lalu dia tempelkan pipi kanannya ke tanah, maka saya mendengar beliau mengucapkan dengan suara yang sedih:

بُؤْتُ إِلَيْكَ بِذَنْبِي، عَمِلْتُ سُوْءً وَ ظَلَمْتُ نَفْسِي، فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ غَيْرُكَ يَا مَوْلاَيَ

Bu`tu ilaika bidzanbî, amiltu sû`an wa zhalamtu nafsî, faghfir lî fainnahu lâ yaghfirudz dzunûba ghairuka yâ maulây.

Aku kembali kepada-Mu dengan dosaku, aku telah melakukan keburukan dan menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku, karena tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau wahai pelindungku. Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali.


Kemudian beliau menempelkan pipi kirinya ke atas tanah, maka saya mendengarnya mengatakan:

اِرْحَمْ مَنْ أَسَاءَ وَ اقْتَرَفَ وَ اسْتَكَانَ وَ اعْتَرَفَ

Irham man asâ`a waqtarafa wastakâna wa‘taraf.

Rahmatilah orang yang melakukan keburukan, yang membuat kejahatan, yang hina dan mengaku dosa. Sebanyak tiga (3) kali.

Lalu beliau as mengangkat kepalanya.


7. Doa Sujud Syukur 

شُكْرًا شُكْرًا

Syukran, syukran.

Terima kasih, terima kasih, seratus kali, atau:

عَفْوًا عَفْوًا

‘Afwan, ‘afwan.

Maaf, maaf.


8. Doa setelah Sujud Syukur 

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ حَقًّا حَقًّا، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ إِيْمَانًا وَ تَصْدِيْقًا، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ تَعَبُّدًا وَ رِقًّا، يَا مُعِزَّ الْمُؤْمِنِْينَ بِسُلْطَانِهِ، يَا مُذِلَّ الْجَبَّارِيْنَ بِعَظَمَتِهِ، أَنْتَ كَهْفِي حِيْنَ تُعْيِيْنِي الْمَذَاهِبُ عِنْدَ حُلُوْلِ النَّوَائِبِ، فَتَضِيْقُ عَلَيَّ اْلأَرْضُ بِرَحْبِهَا، أَنْتَ خَلَقْتَنِي يَا سَيِّدِي رَحْمَةً مِنْكَ لِي، وَ لَوْ لاَ رَحْمَتُكَ لَكُنْتُ مِنْ الْهَالِكِيْنَ، وَ أَنْتَ مُؤَيِّدِي بِالنَّصْرِ عَلَى أَعْدَائِي، وَ لَوْ لاَ نَصْرُكَ لَكُنْتُ مِنْ الْمَغْلُوْبِيْنَ، يَا مُنْشِئَ الْبَرَكَاتِ مِنْ مَوَاضِعِهَا، وَ مُرْسِلَ الرَّحْمَةِ مِنْ مَعَادِنِهَا، يَا مَنْ خَصَّ نَفْسَهُ بِالْعِزِّ وَ الرِّفْعَةِ، فَأَوْلِيَاؤُهُ بِعِزِّهِ يَعْتَزُّوْنَ، وَ يَا مَنْ وَضَعَ لَهُ الْمُلُوكَ نِيْرَ الْمَذَلَّةِ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ، فَهُمْ مِنْ سَطَوَاتِهِ خَائِفُوْنَ، أَسْأَلُكَ بِكِبْرِيَائِكَ الَّتِي شَقَقْتَهَا مِنْ عَظَمَتِكَ، وَ بِعَظَمَتِكَ الَّتِي اسْتَوَيْتَ بِهَا عَلَى عَرْشِكَ، وَ عَلَوْتَ بِهَا عَلَى خَلْقِكَ، وَ كُلُّهُمْ خَاضِعٌ ذَلِيْلٌ لِعِزَّتِكَ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ افْعَلْ بِي أَوْلَى اْلأَمْرَيْنِ بِكَ، تَبَارَكْتَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Lâ ilâha illallâhu haqqan haqqâ, lâ ilâha illallâhu îmânan wa tashdîqâ, lâ ilâha illallâhu ta‘abbudan wa riqqâ. Yâ mu‘izzal mu`minîna bisulthânih, yâ mudzillal jabbârîna bi‘azhamatih, anta kahfî hîna tu‘yînil madzâhibu ‘inda hulûlin nawâ`ib, fatadhîqu ‘alayyal ardhu birahbihâ, anta khalaqtanî yâ sayyidî rahmatan minka lî, walau lâ rahmatuka lakuntu minal hâlikîn, wa anta mu`ayyidî bin nashri ‘alâ a‘dâ`î walau lâ nashruka lakuntu minal maghlûbîn. Yâ munsyi`al barakâti min mawâdhi‘ihâ, wa mursilar rahmati min ma‘âdinihâ, yâ man khashsha nafsahu bil ‘izzi war rif‘ah, fa`auliyâ`uhu bi ‘izzihi ya‘tazzûn. Wa yâ man wadha‘a lahul mulûka nîral madzallati ‘alâ a‘nâqihim, fahum min sathawâtihi khâ`ifûn. As`aluka bikibriyâ`ikal latî syaqaqtahâ min ‘azhamatik, wa bi‘azhamatikal latistawaita bihâ ‘alâ ‘arsyik, wa ‘alauta bihâ ‘alâ khalqik, wa kulluhum khâdhi‘un dzalîlun li‘izzatik, shalli ‘alâ muhammâdin wa ãlih, waf‘al bî aulal amraini bik, tabârakta yâ arhamar râhimîn.

Tidak ada tuhan selain Allah dengan benar dan benar, tidak ada tuhan selain Allah dengan îmân dan pembenaran, tidak ada tuhan selain Allah dengan pengabdian dan penghambaan. Wahai Tuhan yang memuliakan kaum yang beriman dengan kekuasaan-Nya, wahai Yang menghinakan para penguasa yang angkuh dengan kebesaran-Nya, Engkau adalah pelindungku pada saat aku dibimbangkan oleh berbagai pendapat ketika datang kekacauan hingga bumi yang luas ini terasa sempit buatku, Engkau yang telah menciptakanku wahai junjunganku sebagai kasih dari-Mu untukku, maka seandainya tidak ada kasih-Mu, niscaya aku telah menjadi di antara mereka yang celaka, Engkau yang menguatkanku dengan pertolongan-Mu atas musuh-musuhku, maka seandainya tidak ada pertolongan-Mu, tentu aku termasuk di antara mereka yang dikalahkan.

Wahai Tuhan yang menurunkan keberkahan dari tempat-tempatnya, wahai yang mengirimkan rahmat dari gudang-gudangnya, wahai Yang menentukan dirinya dengan kemuliaan dan ketinggian, maka para kekasih-Nya dengan kemuliaan-Nya mereka menjadi mulia. Wahai Yang tunduk kepada-Nya seluruh penguasa bagaikan kayu kuk kerendahan di atas leher-leher mereka hingga mereka ketakutan dari cambuk-cambuk kekuasaan-Nya.

Aku memohon kepada-Mu dengan kebesaran-Mu yang Engkau ambil dari keagungan-Mu, dan dengan keagungan-Mu yang dengannya Engkau bersemayam di atas ‘arasy-Mu, dan dengannya Engkau tinggi di atas makhluk-Mu, seluruhnya tunduk dan merendah kepada keperkasaan-Mu, curahkanlah shalawât kepada Muhammad dan keluarganya dan lakukanlah terhadapku dua urusan yang paling utama (dunia dan akhirat) dengan-Mu, Engkau maha berkah, wahai yang maha pengasih dari semua yang mengasihi.


II. Sujud Tilâwah 

Sujud tilâwah , yaitu sujud yang dilaksanakan sehubungan dengan ayat sajdah yang terdapat dalam Al-Quran yang kita baca. Sujud tilâwah ada dua macam: Wajib dan sunnah. Sujud tilâwah itu wajib jika membaca salah satu ayat sajdah yang terdapat dalam empat sûrah: Alif Lâm Mîm Tanzîl, Hâ Mîm Fushshilat, Al-Najm dan Al-‘Alaq. Jadi orang yang membaca salah satu ayat sajdah yang terdapat dalam empat sûrah tersebut, wajib segera melakukan sujud tilâwah , demikian pula orang yang dengan sengaja mendengarkannya bahkan orang yang mendengarnya menurut yang lebih jelas (Menurut sebagian paham tidak wajib bagi orang yang mendengarnya, namun demi kehati-hatian selayaknya tidak ditingalkan).

Adapun pada ayat-ayat sajdah yang terdapat di sebelas tempat, sujud tilâwah hanya dianjurkan saja, yaitu:
(1) Dalam Al-A‘râf pada firman-Nya, Wa lahu yasjudûn .
(2) Dalam sûrah Al-Ra‘d pada firman-Nya, Wa zhilâluhum bil ghuduwwi wal ãshâl .
(3) Dalam sûrah Al-Nahl pada firman-Nya, Wa yaf‘alûna mâ yu`marûn .
(4) Dalam sûrah Banî Isrâ`îl pada firman-Nya, Wa yazîduhum khusyû‘â .
(5) Dalam sûrah Maryam as pada firman-Nya, Wa kharrû sujjadan wa bukiyyâ .
(6) Dalam sûrah Al-Hajj dalam dua tempat pada firman-Nya, Yaf‘alu mâ yasyâ`u , dan
(7) pada firman-Nya, Waf‘alul khaira la‘alakum tuflihûn .
(8) Dalam sûrah Al-Furqân pada firman-Nya, Wa zâdahum nufûrâ.
(9) Dalam sûrah Al-Naml pada firman-Nya, Allâhu lâ ilâha illâ huwa rabbul ‘arsyil ‘azhîm .
(10) Dalam sûrah Shâd pada firman-Nya, Wa kharra râki‘an wa anâba .
(11) Dalam sûrah Al-Insyiqâq pada firman-Nya, Wa idzâ quri`a ‘alaihimul qur-ãnu lâ yasjudûn.


1. Doa dalam Sujud Tilâwah

أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سُخْطِكَ, وَ بِمُعَافَاتِكَ عَنْ عُقُوبَتِكَ, أَعُوذُ بِكَ مِنْكَ, لاَ أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ, أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

A‘ûdzu biridhâka min sukhthik, wa bimu‘âfâtika ‘an ‘uqûbatik, a‘ûdzu bika mink, lâ uhshî tsanâ`an ‘alaik, anta kamâ atsnaita ‘alâ nafsik.

Aku berlindung kepada rela-Mu dari murka-Mu, dan kepada kasih-Mu dari siksa-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu, aku tidak kuasa untuk menghitung sanjungan bagi-Mu, Engkau adalah sebagaimana Engkau telah puji diri-Mu.


2. Doa yang Lain dalam Sujud Tilâwah

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ حَقًّا حَقًّا, لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ إِيْمَانًا وَ تَصْدِيْقًا, لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عُبُوْدِيَّةً وَ رِقًّا, سَجَدْتُ لَكَ يَا رَبِّ تَعَبُّدًا وَ رِقًّا, لاَ مُسْتَنْكِفًا وَ لاَ مُسْتَكْبِرًا, بَلْ أَنَا عَبْدٌ ذَلِيْلٌ خَائِفٌ مُسْتَجِيْرٌ

Lâ ilâha illallâhu haqqan haqqâ, lâ ilâha illallâhu îmânan wa tashdîqâ, lâ ilâha illallâhu ‘ubûdiyyatan wa riqqâ, sajadtu laka yâ rabbi ta‘abbudan wa riqqâ, lâ mustankifan walâ mustakbîrâ, bal anâ ‘abdun dzalîlun khâ`ifun mustajîr.

Tidak ada tuhan selain Allah dengan benar dengan benar, tidak ada tuhan selain Allah dengan keimanan dan pembenaran, tidak ada tuhan selain Allah dengan pengabdian dan penghambaan. Aku sujud kepada-Mu karena pengabdian dan penghambaan, bukan karena keengganan dan bukan pula takabbur, tetapi aku ini hamba yang hina yang takut yang mencari perlindungan.


3. Doa yang Lain dalam Sujud Tilâwah

سَجَدْتُ لَكَ تَعَبُّدًا وَ رِقًّا, لاَ مُسْتَكْبِرًا عَنْ عِبَادَتِكَ, وَ لاَ مُسْتَنْكِفًا وَ لاَ مُسْتَعْظِمًا, بَلْ أَنَا عَبْدٌ ذَلِيْلٌ خَائِفٌ مُسْتَجِيْرٌ

Sajadtu laka ta‘abbudan wa riqqâ, lâ mustakbîran ‘an ‘ibâdatik, walâ mustankifan walâ musta‘zhimâ, bal anâ ‘abdun dzalîlun khâ`ifun mustajîr.

Aku sujud kepada-Mu karena pengabdian dan penghambaan, tidak karena menyombongkan diri dari mengabdi kepada-Mu, tidak karena enggan dan tidak pula merasa besar, tetapi aku adalah hamba yang hina yang merasa takut dan meminta perlindungan.

(Abu-Zahra/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: