Pesan Rahbar

Home » » Doa-doa Sujud Syukur

Doa-doa Sujud Syukur

Written By Unknown on Tuesday, 11 July 2017 | 08:44:00

Ilustrasi sujud syukur

Sujud syukur ialah sujud yang dilaksanakan karena kita bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla atas karunia yang Dia berikan kepada kita. Di antara karunia yang terbesar adalah kita dapat mendirikan shalat yang mudah-mudahan sesuai de-ngan syarî‘ah yang telah diajarkan Rasûlullâh saw. Oleh karena itu setelah selesai shalat ada anjuran melakukan sujud sebagai ungkapan syu-kur kepada Allah ‘azza wa jalla, dan semoga Dia menambahkan karunia-Nya kepada kita hingga kita tidak merasa terpaksa dalam mendirikan shalat dan mudah-mudahan shalat kita menjadi shalat yang khusyu‘.

Al-Himyarî menulis surat kepada Imam Al-Mahdi as, dia menanyakan tentang sujud syukur setelah shalat fardhu. Dalam suratnya dia berkata, “Sesungguhnya sebagian saha-bat kami menganggapnya bid‘ah (perkara yang bertentangan dengan sunnah Nabi saw), apakah boleh seseorang melakukan sujud syukur setelah shalat fardhu? Apabila boleh, maka sujud syukur setelah shalat maghrib itu, apakah setelah sha-lat fardhunya atau setelah shalat nâfilah-nya yang empat raka‘at?”

Imam Al-Mahdi as menjawab, “Sujud syukur termasuk sunnah yang paling lazim dan yang paling ditekankan, tidak boleh seseorang mengatakan ‘sesungguhnya ini bid‘ah’, kecuali orang yang ingin mengada-ngadakan bid‘ah dalam ajaran Allah. Adapun hadîts yang diriwayatkan tentangnya setelah shalat maghrib atau setelah shalat nâfilah-nya yang empat, maka keutamaan berdoa dan bertasbîh setelah shalat-shalat fardhu di atas doa setelah shalat sunnah, bagaikan keutamaan shalat fardhu di atas shalat sunnah, dan sujud itu adalah doa dan tasbîh, maka yang paling utama, dilaksanakan setelah shalat fardhu, tetapi jika dilakukan setelah shalat sunnah juga boleh.”
Sujud syukur bisa dilaksanakan langsung setelah shalat fardhu, dan bisa juga setelah shalat sunnahnya berdasarkan riwayat tersebut di atas Sebagian orang beranggapan lebih utama diakhirkan, yakni setelah shalat sunnahnya dalam shalat maghrib. Hafsh Al-Jauhari mengatakan, “Imam ‘Ali Al-Ridhâ as shalat maghrib, kemudian beliau melaksanakan sujud syukur setelah yang ketujuh (setelah nawâfil-nya yang empat raka‘at).” Kemudian saya bertanya kepadanya, “Apakah ayah dan kakekmu sujud syukur setelah tiga raka‘at (shalat maghrib)?” Beliau menjawab, “Tidak seorang pun dari ayah dan kakekku sujud melainkan setelah tujuh.”

Riwayat lain yang boleh mendahulukan sujud syukur segera setelah shalat maghrib adalah dari Jahm bin Abû Jahmah: Saya melihat Imam Mûsâ Al-Kâzhim as melakukan su-jud setelah tiga raka‘at dari shalat maghrib, lalu saya bertanya kepadanya, “Saya jadikan diriku tebusanmu, saya telah melihatmu sujud setelah tiga raka‘at?” Beliau berkata, “Kamu melihatku?” Saya berkata, “Ya.” Beliau bertanya, “Janganlah kamu meninggalkannya, sebab doa padanya dikabulkan.”

Tentang doa dan dzikir dalam sujud syukur sangat banyak dan kita bisa memilihnya yang kita suka.


Doa-doa Sujud Syukur

Ada banyak doa dan dzikir yang dibaca pada saat melaksanakan sujud syukur yang diriwayatkan dari Ahlulbait Rasûlullâh saw yang antara lain:

1. Dari Amîrul Mu`minîn

يَا رَبِّي وَعَظْتَنِي فَلَمْ أَتَّعِظْ، وَزَجَرْتَنِي عَنْ مَحَارِمِكَ فَلَمْ أَنْزَجِرْ، وَغَمَرَتْنِي أَيَادِيْكَ‏ فَمَا شَكَرْتُ، عَفْوَكَ عَفْوَكَ يَا كَرِيْمُ، أَسْأَلُكَ الرَّاحَةَ عِنْدَ الْمَوْتِ، وَأَسْأَلُكَ الْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ

Yâ rabbi wa‘azhtanî falam atta‘izh, wa zajartanî ‘an mahârimika falam anzajir, wa ghamaratnî ayâdîka famâ syakart. ‘Afwaka, ‘afwaka yâ karîm. As`alukar râhata ‘indal maut, wa as`alukal ‘afwa ‘indal hisâb.

Wahai Tuhan yang mengaturku Engkau telah mengajariku, namun aku tidak mengambil pelajaran. Engkau telah mencegahku dari hal-hal yang haram, akan tetapi aku tidak berhenti. Dan tangan-tangan-Mu telah meliputi diriku (dengan pertolongan), namun aku tidak bersyukur. Aku memohon maaf-Mu, aku memohon maaf-Mu, wahai yang maha mulia. Aku memohon kepada-Mu rehat ketika mati, dan aku memohon kepada-Mu maaf pada hari perhitu-ngan.


2. Dari Amîrul Mu`minîn

أُنَاجِيْكَ يَا سَيِّدِي كَمَا يُنَاجِي الْعَبْدُ الذَّلِيْلُ مَوْلاَهُ، وَأَطْلُبُ إِلَيْكَ طَلَبَ مَنْ يَعْلَمُ أَنَّكَ تُعْطِي وَ لاَ يَنْقُصُ مِمَّا عِنْدَكَ شَيْءٌ، وَأَسْتَغْفِرُكَ اسْتِغْفَارَ مَنْ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ، وَأَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ تَوَكُّلَ مَنْ يَعْلَمُ أَنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Unâjîka yâ sayyidî kamâ yunâjil ‘abdudz dzalîlu maulâh. Wa athlubu ilaika thalaba man ya‘lamu annaka tu‘thî walâ yanqushu mimmâ ‘indaka syai`, wa astaghfirukastighfâra man ya‘lamu annahu lâ yaghfirudz dzunûba illâ ant, wa atawakkalu ‘alaika tawakkula man ya‘lamu annaka ‘alâ kulli syai`in qadîr.

Aku bermunajat kepada-Mu wahai junjunganku sebagai-mana hamba yang hina berbicara kepada tuannya. Aku memohon kepada-Mu sebagaimana permohonan orang yang yakin bahwa Engkau pasti memberi dan tidak akan mengurangi sedikit pun apa-apa yang ada di sisi-Mu. Aku memohon ampun kepada-Mu sebagaimana permohonan ampun orang yang mengetahui bahwa tidak ada yang mengampuni segala dosa selain Engkau. Dan aku bertawakkal kepada-Mu sebagaimana tawakkal orang yang tahu bahwa Engkau berkuasa atas segala sesuatu.


3. Doa Sujud Syukur dari Imam ‘Ali

اللَّهُمَّ ارْحَمْ ذُلِّي بَيْنَ يَدَيْكَ, وَتَضَرُّعِيْ إِلَيْكَ, وَوَحْشَتِي مِنَ النَّاسِ, يَا ذَا الْمَنِّ وَالْفَضْلِ وَالْجُوْدِ وَالْغِنَى وَالْكَرَمِ, اِرْحَمْ ضَعْفِي وَشَيْبَتِي مِنَ النَّارِ يَا كَرِيْمُ

Allâhummarham dzullî baina yadaik, wa tadharru‘î ilaik, wa wahsyatî minan nâs, wa ãnisnî bika yâ karîm, fainnî ‘abduka wa bnu ‘abdik, ataqallabu fî qabdhatik, yâ dzal manni wal fadhli wal jûdi wal ghinâ wal karam, irham dha‘fî wa syaibatî minan nâri yâ karîm.

Ya Allah sayangilah kehinaanku di hadapan-Mu, permintaan belas-kasih-Mu kepada-Mu, duka-citaku dari manusia, temani aku dengan-Mu wahai yang maha mulia, sungguh aku ini hamba-Mu dan anak hamba-Mu, aku membulak-balikkan tubuh dalam genggaman-Mu, wahai yang punya anugerah, karunia, kedermawanan, kekayaan dan kemuliaan, sayangi kelemahan-Mu dan ketuaanku dari api neraka wahai yang maha mulia.

Catatan:

Bagi perempuan disesuaikan, maka kalimat fa`innî ‘abduka wabnu ‘abdik menjadi fa`innî amatuka wa bintu ‘abdik (maka sesungguhnya aku hamba perempuan-Mu dan putri hamba-Mu).


4. Doa Sujud Syukur dari Imam ‘Ali

إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي, إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي, إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي

Innî zhalamtu nafsî faghfir lî, innî zhalamtu nafsî faghfir lî, innî zhalamtu nafsî faghfir lî.

Sungguh aku telah menzalimi diriku maka ampunilah aku, sungguh aku telah menzalimi diriku maka ampunilah aku, sungguh aku telah menzalimi diriku maka ampunilah aku.


5. Dari Imam ‘Ali Zainul ‘Âbidîn

اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ قَدْ عَصَيْتُكَ فَإِنِّي قَدْ أَطَعْتُكَ فِي أَحَبِّ اْلأََشْيَاءِ إِلَيْكَ وَ هُوَ اْلإِيْمَانُ بِكَ، مَنًّا مِنْكَ عَلَيَّ لاَ مَنًّا مِنِّي عَلَيْكَ، وَتَرَكْتُ مَعْصِيَتَكَ فِي أَبْغَضِ اْلأََشْيَاءِ إِلَيْكَ وَ هُوَ أَنْ أَدْعُوَ لَكَ وَلَدًا أَوْ أَدْعُوَ لَكَ شَرِيْكًا، مَنًّا مِنْكَ عَلَيَّ لاَ مَنًّا مِنِّي عَلَيْكَ، وَعَصَيْتُكَ فِي أَشْيَاءَ عَلَى غَيْرِ وَجْهِ مُكَابَرَةٍ وَ لاَ مُعَانَدَةٍ وَ لاَ اسْتِكْبَارٍ عَنْ عِبَادَتِكَ، وَ لاَ جُحُوْدٍ لِرُبُوْبِيَّتِكَ، وَلَكِنِ اتَّبَعْتُ هَوَايَ وَاسْتَزَلَّنِي الشَّيْطَانُ بَعْدَ الْحُجَّةِ عَلَيَّ وَالْبَيَانِ، فَإِنْ تُعَذِّبْنِي فَبِذُنُوْبِي غَيْرَ ظَالِمٍ لِي، وَإِنْ تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي فَبِجُوْدِكَ وَبِكَرَمِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Allâhumma in kuntu qad ‘ashaituka fainnî qad atha‘tuka fî ahabbil asyyâ`i ilaika wa huwal îmânu bik, mannan minka ‘alayya lâ mannan minnî ‘alaik. Wa taraktu ma‘shiyataka fî abghadil asyyâ`i ilaika wa huwa an ad‘uwa laka waladan au ad‘uwa laka syarîkâ, mannan minka ‘allayya lâ mannan minnî ‘alaik. Wa ‘ashaituka fî asyyâ`a ‘alâ ghairi wajhi mukâbaratin wa lâ mu‘ânadatin wa lastikbârin ‘an ‘ibâdatika walâ juhûdin lirubûbiyyatik, walâkinittaba‘tu hawâya wastazallanisy syaithânu ba‘dal hujjati ‘alayya wal bayân. Fain tu‘adzdzibnî fabidzunûbî ghaira dzâlimin lî, wa in taghfir lî wa tarhamnî, fabijûdika wa bikaramika yâ arhamar râhimîn.

Ya Allah seandainya aku telah durhaka kepada-Mu, maka sesungguhnya aku telah taat kepada-Mu dalam hal yang paling Engkau suka, yaitu keimanan kepada-Mu, ini sebagai karunia dari-Mu atasku, bukan karunia dariku atas-Mu. Dan aku telah mening-galkan kemaksiatan terhadap-Mu yang paling Engkau benci, yaitu menganggap Engkau punya anak dan menganggap Engkau punya sekutu, ini sebagai karunia dari-Mu atasku, bukan sebagai karunia dariku atas-Mu. Dan aku telah durhaka kepada-Mu dalam berbagai perkara, hal ini bukan karena aku menyombongkan diri, bukan karena menentang, bukan karena enggan mengabdi kepada-Mu dan bukan pula karena menolak rubûbbiyyah-Mu, akan tetapi karena aku telah menaati hawa nafsuku dan aku telah tergoda syaithân setelah mendapatkan hujjah (bukti) serta keterangan. Seandainya Engkau menyiksa diriku, maka ini semata-mata karena dosa-dosaku, Engkau tidak zalim kepadaku, namun apabila Engkau mengampuni dosa-dosaku dan mengasihi diriku, maka ini adalah karena kedermawanan-Mu dan kemuliaan-Mu wahai yang maha pengasih dari semua yang mengasihi.


6. Dari Imam Mûsâ Al-Kâzhim

Telah diriwayatkan dari Muhammad bin Sulaimân dari ayahnya: Saya pergi bersama Imam Mûsâ Al-Kâzhim as kepada sebagian para pengikutnya, kemudian beliau shalat zhuhur, maka tatkala selesai beliau rebahkan tubuhnya dengan sujud karena Allah, lalu saya dengar suaranya yang sedih dan bercururan air matanya beliau mengatakan dalam sujudnya:

رَبِّ عَصَيْتُكَ بِلِسَانِي وَ لَوْ شِئْتَ وَ عِزَّتِكَ لأََََخْرَسْتَنِي، وَ عَصَيْتُكَ بِبَصَرِي وَ لَوْ شِئْتَ وَ عِزَّتِكَ لأَكْمَهْتَنِي، وَ عَصَيْتُكَ بِسَمْعِي وَ لَوْ شِئْتَ وَ عِزَّتِكَ لأَصْمَمْتَنِي، وَ عَصَيْتُكَ بِيَدِي وَ لَوْ شِئْتَ وَ عِزَّتِكَ لَكَنَّعْتَنِي، وَ عَصَيْتُكَ بِرِجْلِي وَ لَوْ شِئْتَ وَ عِزَّتِكَ لَجَذَمْتَنِي، وَ عَصَيْتُكَ بِفَرْجِي وَ لَوْ شِئْتَ وَ عِزَّتِكَ لَعَقَمْتَنِي، وَ عَصَيْتُكَ بِجَمِيْعِ جَوَارِحِيَ الَّتِي أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيَّ وَ لَيْسَ هَذَا جَزَائَكَ مِنِّي

Rabbi ‘ashaituka bilisânî walau syi`ta wa ‘izzatika la`akhrastanî, wa ‘ashaituka bibasharî walau syi`ta wa ‘izzatika lakamahtanî, wa ‘ashaituka bisam‘î walau syi`ta wa ‘izzatika la`ashmamtanî, wa ‘ashaituka biyadî walau syi`ta wa ‘izzatika lakana‘tanî, wa ‘ashaituka birijlî walau syi`ta wa ‘izzatika lajadzamtanî, wa ‘ashaituka bifarjî walau syi`ta wa ‘izzatika la‘aqamtanî, wa ‘ashaituka bijamî‘i jawârihiyal latî an‘amta bihâ ‘alayya wa laisa hâdzâ jazâ`aka minnî.

Wahai Tuhanku aku telah durhaka kepadamu dengan lidahku dan kalaulah Engkau menghendaki demi keagungan-Mu Engkau bisukan aku, aku durhaka kepada-Mu dengan penglihatanku dan kalaulah Engkau menghendaki dengan keagungan-Mu Engkau butakan aku, aku maksiat kepada-Mu dengan kakiku dan kalaulah Engkau menghendaki dengan keagungan-Mu Engkau lumpuhkan kakiku, aku durhaka kepada-Mu dengan kemaluanku dan kalaulah Engkau menghendaki dengan keagungan-Mu Engkau impotenkan aku, dan aku durhaka kepada-Mu dengan seluruh anggota badanku yang Engkau berikan karunia atasku dengannya, tetapi balasanku dengan tidak kufur kepada-Mu.”

Kemudian saya hitung beliau mengucapkan:

اَلْعَفْوَ اَلْعَفْوَ

Al-‘afwa, al-‘afwa. (Aku mohon maaf) sebanyak seribu kali. Kemudian beliau meletakkan pipi kanannya ke tanah, maka saya mendengar beliau mengucapkan dengan suara yang sedih:

بُؤْتُ إِلَيْكَ بِذَنْبِي، عَمِلْتُ سُوْءً وَ ظَلَمْتُ نَفْسِي، فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ غَيْرُكَ يَا مَوْلاَيَ

Bu`tu ilaika bidzanbî, ‘amiltu sû`an wa zhalamtu nafsî, faghfir lî fainnahu lâ yaghfirudz dzunûba ghairuka yâ maulây.

Aku kembali kepada-Mu dengan dosaku, aku telah melakukan keburukan dan menzalimi diriku, maka ampulilah aku, karena tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau wahai pelin-dungku. Beliau mengucapkannya sebanyak tiga (3) kali.

Kemudian beliau meletakkan pipi kirinya ke atas tanah, maka saya mendengarnya beliau mengucapkan:

اِرْحَمْ مَنْ أَسَاءَ وَ اقْتَرَفَ وَ اسْتَكَانَ وَ اعْتَرَفَ

Irham man asâ`a waqtarafa wastakâna wa‘taraf.

Sayangilah orang yang melakukan keburukan, membuat kejahatan, yang hina dan mengaku dosa. (Sebanyak tiga kali).

Kemudian beliau mengangkat kepalanya.
Dan doa sujud syukur yang paling mudah adalah baca syukran atau ‘afwan sebanyak seratus kali sebagaimana pada riwayat berikut.

Catatan:

Bagi perempuan disesuaikan menjadi: Irham man asâ`at waqtarafat wastakânat wa‘tarafat.


7. Dari Imam ‘Ali Al-Ridhâ

Imam ‘Ali Al-Ridhâ as telah berkata kepada Sulaimân bin Hafsh, “Ucapkanlah dalam sujud syukur sebanyak seratus kali:

شُكْرًا شُكْرًا

Syukran syukran (terima kasih terima kasih), apabila kamu mau, ucapkanlah:

عَفْوًا عَفْوًا

‘Afwan ‘afwan (aku mohon maaf aku mohon maaf).”

Doa setelah Sujud Syukur dari Imam ‘Ali

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ حَقًّا حَقًّا، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ إِيْمَانًا وَتَصْدِيْقًا، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ تَعَبُّدًا وَرِقًّا، يَا مُعِزَّ الْمُؤْمِنِْينَ بِسُلْطَانِهِ، يَا مُذِلَّ الْجَبَّارِيْنَ بِعَظَمَتِهِ، أَنْتَ كَهْفِي حِيْنَ تُعْيِيْنِيَ الْمَذَاهِبُ عِنْدَ حُلُوْلِ النَّوَائِبِ، فَتَضِيْقُ عَلَيَّ اْلأَرْضُ بِرَحْبِهَا، أَنْتَ خَلَقْتَنِي يَا سَيِّدِي رَحْمَةً مِنْكَ لِي، وَلَوْ لاَ رَحْمَتُكَ لَكُنْتُ مِنَ الْهَالِكِيْنَ، وَ أَنْتَ مُؤَيِّدِي بِالنَّصْرِ عَلَى أَعْدَائِي، وَلَوْ لاَ نَصْرُكَ لَكُنْتُ مِنَ الْمَغْلُوبِيْنَ، يَا مُنْشِئَ الْبَرَكَاتِ مِنْ مَوَاضِعِهَا، وَمُرْسِلَ الرَّحْمَةِ مِنْ مَعَادِنِهَا، يَا مَنْ خَصَّ نَفْسَهُ بِالْعِزِّ وَالرِّفْعَةِ، فَأَوْلِيَاؤُهُ بِعِزِّهِ يَعْتَزُّونَ، وَيَا مَنْ وَضَعَ لَهُ الْمُلُوكَ نِيْرَ الْمَذَلَّةِ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ، فَهُمْ مِنْ سَطَوَاتِهِ خَائِفُونَ، أَسْأَلُكَ بِكِبْرِيَائِكَ الَّتِي شَقَقْتَهَا مِنْ عَظَمَتِكَ، وَبِعَظَمَتِكَ الَّتِي اسْتَوَيْتَ بِهَا عَلَى عَرْشِكَ، وَعَلَوْتَ بِهَا عَلَى خَلْقِكَ، وَكُلُّهُمْ خَاضِعٌ ذَلِيْلٌ لِعِزَّتِكَ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَافْعَلْ بِي أَوْلَى اْلأَمْرَيْنِ بِكَ، تَبَارَكْتَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Lâ ilâha illallâhu haqqan haqqâ, lâ ilâha illallâhu îmânan wa tashdîqâ, lâ ilâha illallâhu ta‘abbudan wa riqqâ. Yâ mu‘izzal mu`minîna bisulthânih, yâ mudzillal jabbârîna bi‘azhamatih, anta kahfî hîna tu‘yînil madzâhibu ‘inda hulûlin nawâ`ib, fatadhîqu ‘alayyal ardhu birahbihâ, anta khalaqtanî yâ sayyidî rahmatan minka lî, walau lâ rahmatuka lakuntu minal hâlikîn, wa anta mu`ayyidî bin nashri ‘alâ a‘dâ`î walau lâ nashruka lakuntu minal maghlûbîn. Yâ munsyi`al barakâti min mawâdhi‘ihâ, wa mursilar rahmati min ma‘âdinihâ, yâ man khashsha nafsahu bil ‘izzi war rif‘ah, fa`auliyâ`uhu bi ‘izzihi ya‘tazzûn. Wa yâ man wadha‘a lahul mulûka nîral madzallati ‘alâ a‘nâqihim, fahum min sathawâtihi khâ`ifûn. As`aluka bikibriyâ`ikal latî syaqaqtahâ min ‘azhamatik, wa bi‘azhamatikal latistawaita bihâ ‘alâ ‘arsyik, wa ‘alauta bihâ ‘alâ khalqik, wa kulluhum khâdhi‘un dzalîlun li‘izzatik, shalli ‘alâ muhammâdin wa ãlih, waf‘al bî aulal amraini bik, tabârakta yâ arhamar râhimîn.

Tidak ada tuhan selain Allah dengan benar dan benar, tidak ada tuhan selain Allah dengan iman dan pembenaran, tidak ada tuhan selain Allah dengan pengabdian dan penghambaan. Wahai yang memuliakan kaum yang beriman dengan kekuasaan-Nya, wa-hai yang menghinakan kaum yang angkuh dengan kebesaran-Nya, Engkau adalah yang memilikiku pada saat aku dibimbangkan oleh berbagai pendapat ketika datang kekacauan hingga bumi yang luas ini terasa sempit buatku, Engkau yang telah menciptakanku wahai junjunganku sebagai kasih dari-Mu untukku, maka seandainya tidak ada kasih-Mu, niscaya aku menjadi di antara mereka yang celaka, Engkau yang menguatkanku dengan pertolongan-Mu atas musuh-musuhku, maka seandainya tidak ada pertolongan-Mu, tentu aku termasuk di antara mereka yang dikalahkan.

Wahai yang menurunkan berkah dari tempat-tempatnya, wahai yang mengirimkan rahmat dari gudang-gudangnya, wahai yang menentukan dirinya dengan kemuliaan dan ketinggian, maka para kekasih-Nya dengan kemuliaan-Nya mereka menjadi mulia. Wahai yang tunduk kepada-Nya seluruh penguasa bagaikan kayu kuk kerendahan di atas leher-leher mereka hingga mereka ketakutan dari cambuk-cambuk kekuasaan-Nya.

Aku memohon kepada-Mu dengan kebesaran-Mu yang Engkau ambil dari keagungan-Mu dan dengan keagungan-Mu yang dengannya Engkau bersemayam di atas ‘arasy-Mu dan dengannya Engkau tinggi atas makhluk-Mu, seluruhnya tunduk dan merendah kepada keperkasaan-Mu, curahkanlah shalawât kepada Muhammad dan keluarganya dan lakukan denganku dua urusan yang paling utama (dunia dan akhirat) dengan-Mu, Engkau maha berkah, wahai yang maha pengasih dari semua yang mengasihi.

(Abu-Zahra/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: