Berbuat Adil Dalam Kehidupan Bermasyarakat
Inshaf atau berbuat adil dan memperhatikan keadilan adalah salah satu dasar dan pokok akhlak Islam dalam bermasyarakat.
Masalah menjalankan prinsip-prinsip keadilan dalam hubungan bermasyarakat sangat penting untuk diperhatikan dan dilaksanakan agar kehidupan sosial manusia dapat berjalan dengan baik dan benar. Amat ditekankan agar orang menjaga kesadaran dalarn hubungan dengan masyarakat. Prinsip keadilan harus dijalankan oleh siapapun termasuk kepada golonggan, kerabat, keluarga dan diri sendiri.
Beberapa ayat Al-Quran menyatakan bahwa letak yang paling sensitif dan yang paling kukuh adalah keadilan dan kebenaran, yaitu sekiranya menjaga keadilan dan kebenaran itu menuntut diri kita atau keluarga dan kerabat kita, maka dalam situasi seperti ini sikap tersebut berarti harus mengesampingkan kepentingan dan keuntungan yang bersifat pribadi dan ini sulit sekali dijalankan. Allah swt. berfirman:
وَلا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ لا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى وَبِعَهْدِ اللَّهِ أَوْفُوا ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.” (QS al-An’am:152).
Dalam ayat lain, Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالأقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi. maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS an- Nisa’:135).
Jika kita menyimak ayat ini maka kita akan mendapati bahwa Allah swt. menekankan agar memperhatikan keadilan, kemudian menyebutkan dua hal yang penting, yaitu pertama, boleh jadi memperhatikan kebenaran dan kesadaran akan membawa mudarat bagi diri manusia dan keluarganya. Dalam kondisi seperti ini, perlu diingatkan agar jangan sampai seseorang mementingkan kepentingan dan keuntungan pribadi serta kelompok atas nama keadilan dan kesadaran.
Sering terjadi kita memandang sepihak dalam memperhatikan kebenaran dan keadilan. Contohnya, boleh jadi kita diperkenalkan kepada orang yang miskin, yang menyatakan bahwa kebenaran berpihak kepadanya padahal sebenarnya kebenaran bukan di pihaknya, atau karena mengharapkan kekayaan orang kaya, maka kebenaran berada di pihaknya. Padahal, kebenaran bukan di pihaknya.
Dalam ayat setelahnya, Allah juga menekankan dan mengancam agar jangan sampai kita memberi kesaksian karena kekayaan, atau kemiskinan yang bertentangan dengan keadilan dan kesadaran.
Dalam ayat lain yang berkenaan dengan itu, Allah menyatakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Maidah:8).
Dalam ayat ini dapat juga diperhatikan bahwa Allah swt. setelah memerintankan agar berbuat adil, lalu menegaskan agar jangan sampai kita karena maksud buruk terhadap orang lain, keluar dari wilayah keadilan, bahkan jika kamu bersaksi untuk kepentingan orang dekatmu, maka kamu pun harus bersaksi terhadapnya meskipun merugikannya. Demikian juga sebagaimana kamu bersaksi yang merugikan musuhmu, maka kamu pun harus bersaksi meskipun menguntungkannya walaupun ia orang kafir. Mengapa ini sering terjadi pada umat manusia?
(ICC-Jakarta/Hajij/Tebyan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email