Apabila di Indonesia marak "protes" mengenai investasi asing, khususnya China atau keturunan China seperti pada proyek-proyek infrastuktur, maka hal sebaliknya terjadi di Australia. Di Australia, investasi asing malahan didorong oleh pemerintah demi percepatan pertumbuhan ekonomi.
Investor properti asal China, 3L Alliance, tampil perkasa. Tak butuh waktu lama, meereka mendapat persetujuan otoritas Melbourne, Australia untuk mengembangkan proyek raksasa senilai 1 miliar dollar AS atau setara Rp 13,1 triliun.
3L Alliance merupakan sebuah perusahaan raksasa yang unik. 3L Alliance dikenal luas sebagai perusahaan yang nama keluarga pemegang sahamnya dimulai dengan huruf L.
Persetujuan ini sekaligus menciptakan salah satu perkembangan sektor properti terbesar di pusat bisnis atau central business district (CBD) Melbourne. Mega proyeek ini dirancang berisi 1.800 unit apartemen dalam menara kembar setinggi 79 lantai.
Namun, banyaknya unit apartemen yang dibangun justru memunculkan kehawatiran, karena pasar Australia saat ini sedang mengalami ledakan (booming) apartemen yang akan berujung pada kelebihan pasokan.
Namun pihak 3L Alliance tidak gentar dan tetap melangkah maju untuk membangun proyek spektakuler yang dijuluki Queens Place tersebut. Proyek apartemen ini merupakan hasil karya arsitek dengan jam terbang tinggi Fender Katsalidis dan Cox Architecture.
Sebelumnya, 3L Alliance, membeli lahan di 350 Queen Street Market dua tahun lalu sebesar 135 juta dollar AS (Rp 1,8 triliun). Di lahan seluas 7.295 meter persegi tersebut sudah berdiri sebuah menara 21 lantai. Lahan tersebut juga masih memiliki banyak ruang untuk pengembangan lebih lanjut.
"Kami sengaja mengajukan proposal untuk membuat proyek contohnya," kata manajer umum 3L Alliance Gavin Boyd.
Adapun keputusan untuk menyetujui proyek apartemen ini berasal dari Menteri Perencanaan Richard Wynne, yang memuji kualitas desainnya. Richard Wynne menilai lokasi yang sedikit mundur dari jalan dan fitur lainnya termasuk pusat penitipan anak, menjadi pertimbangan utama.
"Proyek ini adalah contoh yang baik tentang bagaimana pengembang menanggapi dorongan untuk standar yang lebih tinggi di Melbourne," kata Wynne.
Ia menambahkan, apartemen lebih dari sekedar aset investasi, tetapi juga harus berfungsi sebagai rumah bagi penduduk.
Di saat yang sama, tidak semua orang ingin tinggal di sebuah apartemen besar. Oleh sebab itu, dengan pilihan yang terjangkau, masyarakat masih bisa tinggal di dalamnya.
Menurut catatan Wynne, Kota Melbourne masih membutuhkan sekitar 45.000 rumah baru dalam waktu 15 tahun mendatang untuk mengakomodasi pertumbuhan penduduk.
3L Alliance harus bersaing dengan pengembang lainnya. Antara lain BRW Rich Lister Paul Little yang menawarkan proyek di pinggiran kota dengan 940 unit apartemen.
Di CBD, pengembang asal Singapura, Fragrance, tengah melakukan pembongkaran situs di Collins Main Street. Pembongkaran ini dilakukan untuk mengembangkan sebuah menara 91 lantai.
Pasar dalam kota Melbourne telah memiliki rata-rata 6.000 apartemen yang selesai dalam 3 tahun terakhir. Selama tiga tahun ke depan, laju pertumbuhan pasokan diperkirakan 8.000 unit per tahun.
Sebagai catatan, mega proyek properti ini menciptakan banyak lapangan kerja baru yang menyerap banyak tenaga kerja lokal Australia. Jadi merupakan sebuah hal yang wajar apabila didukung oleh pemerintah Australia.
(Australia's-Financial-Review/Memobee/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email