Pesan Rahbar

Home » » Nilai Positif Indonesia Jalin Kerjasama dengan Rusia

Nilai Positif Indonesia Jalin Kerjasama dengan Rusia

Written By Unknown on Monday 23 May 2016 | 20:46:00


Hubungan bilateral Indonesia-Federasi Rusia semakin berkembang setelah penandatanganan ”Declaration of the Republic of Indonesia and the Russian Federation on the Framework of Friendly and Partnership Relations in the 21st Century”, yang ditandatangani Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Vladimir V. Putin, 21 April 2003 di Moskow. Dokumen ini membentuk landasan baru hubungan kerja sama strategis (strategic partnership) dalam tingkatan global, regional dan bilateral.

Kerjasama pertahanan antara Indonesia dan Rusia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dimulai ketika pemerintah Rusia menawarkan kerjasama pertahanan dengan Indonesia pada tahun 2005. Indonesia dan Rusia sepakat untuk membentuk Komisi Kerjasama Teknik Militer (KKTM). Pembentukan KKTM ditandatangani dalam Sidang Komisi Bersama (SKB) I di Rusia pada tanggal 22 September 2005.

Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009), merupakan saat yang cukup bagus untuk melanjutkan kembali kerjasama strategis dengan Rusia yang dulu lebih dikenal dengan nama Uni Soviet. Dalam perkembangan politik luar negeri Indonesia saat ini, penting untuk memperluas mitra strategis di seluruh dunia. Rusia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi besar, diantara potensi itu adalah di bidang kerjasama pertahanan militer dan keamanan.

Kerjasama strategis Indonesia-Rusia di bidang militer dan keamanan bisa menjadi “pintu pembuka” untuk terjalinnya suatu kemitraan strategis di bidang- bidang lain di luar bidang politik dan militer. Seperti Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Secara geografis, Indonesia sangat luas, mencakup ribuan pulau dari Sumatera sampai Papua, yang menjelaskan bahwa Indonesia membutuhkan tentara moderen yang kuat untuk menjamin keamanan nasional.

Pada pertemuan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Vladimir Putin pada tanggal 29 November 2006, di Rusia, disepakati bentuk kerjasama di bidang militer, politik, dan ekonomi. Di bidang ekonomi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendorong investasi Rusia agar masuk ke Indonesia, karena Volume perdagangan kedua belah pihak pada tahun 2005 dengan perkiraan pendahuluan mencapai 680 juta Dollar AS, angka tersebut melebihi 42% hasil tahun 2004 (480 juta dolar AS).

Indonesia memiliki kepentingan untuk membuka kerjasama soal energi nuklir, untuk mengatasi krisis energi yang masih terus terjadi di dalam negeri. Sedangkan disisi lain, Rusia mempunyai kepentingan untuk mengimbangi dominasi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat di Indonesia terutama sektor pertambangan yang sudah meraih keuntungan sangat besar. Sedangkan di bidang militer disepakati mengenai implementasi kerjasama militer 2006-2010.

Pemerintah Indonesia dan Rusia menandatangani tujuh notakesepahaman di bidang pertahanan, politik, ekonomi dan hukum. Ketujuh nota kesepahaman yang ditandangani yaitu, kerjasama eksplorasi luar angkasa untuk maksud damai, kerjasama penggunaan energi atom untuk maksud damai, kerjasama antar kejaksaan agung, perlindungan intelektual dalam kerjasama teknik militer. Selain itu ditandatangi juga nota kesepahaman dalam bantuan implementasi militer Rusia-Indonesia 2006-2010, pembebasan visa kunjungan singkat untuk dan kepentingan dinas dan diplomatik, dan kerjasama bidang pariwisata. Penandatanganan kesepakatan itu disaksikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Vladimir Putin di ruang Malachite Fuyet, Istana Kepresidenan Rusia.

Pada tanggal 6 September 2007, Presiden Putin mengadakan kunjungan resmi ke Indonesia. Kunjungan tersebut merupakan kunjungan balasan terhadap kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Desember 2006, dan merupakan kunjungan pertama dari Presiden Rusia sejak tahun 1991. Dalam kunjungan tersebut, Presiden Putin ingin mengkaji ulang hubungan kerjasama yang telah terjalin sejak tahun 2003, terutama di bidang militer dan ekonomi perdagangan.

Kunjungan Presiden Vladimir Putin ke Indonesia menyaksikan penandatanganan Memorandum of Understanding dan Perjanjian Kerjasama, di Istana negara. Terdapat 8 MoU dan perjanjian kerjasama yang ditandatangani, yaitu:

1.MoU pemerintah RI dan pemerintah Rusia mengenai kerjasama di bidang pembatasan dari dampak negatif pada lingkungan, ditandatangani oleh Meneg LH Rachmat Witoelar dan Head of Rostechnadzor K.B Pulikopsky.

2.MoU antara Kementerian Pemuda dan Olahraga RI dan Agen Federal mengenai Fisik, Budaya, dan Olahraga Federasi Rusia, tentang kerjasama pelatihan fisik dan olahraga, ditandatangani oleh Menneg Pora Adhyaksa Dault dan Head of Rossport V.A. Fetisov.

3.Perjanjian antara pemerintah RI dan pemerintah Rusia dalam promosi dan perlindungan investasi, ditandatangani oleh Ketua BKPM M. Luthfi dan Deputi Menteri Perdagangan dan Pengembangan Ekonomi V.G Savalyev.

4.Perjanjian kerjasama antara Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan The Accounts Chamber of The Russian Federation, ditandatangani oleh Anwar Nasution dan Ketua Badan Audit Rusia S.V. Stephasin.

5.MoU antara pemerintah RI dan pemerintah Rusia kerjasama melawan terorisme, ditandatangani oleh Dirjen Amerika dan Eropa, Departemen Luar Negeri RI, Eddi Hariadhi, dan Deputy Menteri Departemen Luar Negeri Federasi Rusia A. Losyukov.

6.Kerjasama Pemerintah RI dan Pemerintah Rusia dalam perpanjangan utang negara kepada Pemerintah RI, ditandatangani oleh Dirjen Manajemen Utang Departemen Keuangan RI Rahmat Waluyo dan Deputy Menteri Keuangan Rusia A.A Storchak.

7.Program kerjasama antara Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dan Agen Federal Bidang Kebudayaan dan Sinematografi Federasi Rusia, ditandatangani oleh Sekjen Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar dan Duta Besar Rusia untuk RI Alexander Ivanov.

8.Kerjasama teknik antara Departemen Keuangan RI dan Bank Kerjasama


Negara untuk Pengembangan dan Ekonomi Luar Negeri (Vnesheconombank) di bidang prosedur teknik dalam hal settlement dan keeping accounts, ditandatangani oleh Dirjen Manajemen Utang Departemen Keuangan RI Rahmat Waluyanto dan Deputi Menteri Keuangan Rusia A.A. Storchak.

Bentuk kerja sama pertahanan yang akan dilakukan dengan Rusia berupa penjualan senjata dan alat pertahanan buatan Rusia kepada Indonesia. Selain itu, juga diusahakan peningkatan kemampuan manajemen perwira dengan bersekolah setingkat Lemhannas di Indonesia atau sebaliknya. Serta peningkatan kemampuan pasukan khusus, misalnya pelatihan spesialisasi pilot pesawat dan spesialisasi pilot kapal selam.

Dalam kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Rusia, tercapai kesepakatan tentang bantuan dalam rangka implementasi kerjasama militer 2006- 2010. Pemerintah Rusia bersedia membantu militer Indonesia untuk pengadaan persenjataan. Diantaranya Rusia memberikan pinjaman lunak sebesar 1 Miliar US$ untuk Indonesia guna membeli alutsisita TNI. Penjualan pesawat tempur dan persenjataan Rusia merupakan produk terbaru dan efektif, dengan harga yang lebih murah dan persyaratan yang mudah dibandingkan produk-produk persenjataan yang berasal dari negara-negara Eropa Barat dan Amerika.

Kondisi alutsista TNI sangat memprihatinkan dan sangat tidak memadai untuk mengamankan seluruh wilayah Indonesia. Banyak alutsista yang tidak berfungsi dengan baik dan rusak sehingga mengakibatkan pertahanan militer Indonesia menjadi semakin melemah. Karena itu kerjasama pertahanan sangat perlu dilaksanakan. Kerjasama militer kedua negara tersebut antara lain berupa penjualan senjata dan alat pertahanan buatan Rusia kepada Indonesia. Selain kerjasama teknis dan jual-beli senjata, kedua negara itu juga sepakat menggelar pelatihan bersama dan pendidikan perwira Indonesia di Rusia, atau sebaliknya.

Secara jangka panjang, kebijakan pengadaan alutsista membangun keseimbangan hubungan antara negara-negara besar yang menjadi mitra strategis Indonesia. Pengadaan peralatan militer buatan AS, UE, Cina atau Australia tetap dilanjutkan sesuai kebutuhan masing-masing angkatan. Tetapi merujuk pengalaman pahit embargo senjata dari AS dan sekutunya, dengan sendirinya Indonesia menyesuaikan diri.

Indonesia telah mendapat pelajaran yang berharga dari embargo militer AS. Akibat embargo tersebut menimbulkan keinginan Indonesia untuk mencegah ketergantungan atas satu penyedia perlengkapan militer. Saat ini, Rusia yang diakui banyak pihak sebagai pemain unik dari pasar senjata dunia dapat menjadi partner paling menjanjikan bagi Indonesia.

Rusia mewarisi potensi teknologi militer yang luar biasa dan merupakan satu-satunya negara di dunia, selain AS, yang memiliki kemampuan dalam membangun dan memproduksi seluruh elemen penting dari persenjataan modern. Penjualan ekspor tahun 2005 terdiri atas 60% dari total produksi Almaz-Antey, perusahaan yang saat ini menduduki posisi 30 dalam peringkat US Defense News yang memasukkan 100 perusahaan pertahanan top dunia.

Rusia menawarkan persenjataan mereka pada harga yang rendah tanpa persyaratan politik apa pun. Mereka juga siap mengikuti mekanisme barter, pertukaran komoditas dan dapat menawarkan program kredit sebagaimana yang telah diterapkan dalam perjanjian penjualan MiG dan Sukhoi kepada Indonesia dan Malaysia.

Rusia telah menciptakan senjata anti tank modern jarak jauh yang mematikan. Peralatan tempur yang akan dibeli oleh Indonesia dari Rusia memiliki sejumlah keunggulan termasuk daya tangkal dan kemampuan teknologinya yang sesuai dengan kebutuhan. Peralatan tempur yang akan dibeli pada periode 2006-2010 termasuk enam pesawat tempur Sukhoi, dua kapal selam dan sembilan helikopter.

Secara politik, ini akan memberikan ruang gerak bagi Indonesia agar tidak bergantung pada Amerika Serikat jika suatu waktu nanti negara Amerika Serikat menjatuhkan embargo kembali. Kerja sama pertahanan dengan Rusia akan membuka jalan bagi Indonesia atas akuisisi teknologi militer modern, bahkan hingga kepada produksi bersama atas senjata-senjata baru, seperti India dan Cina, dan tidak akan ada biaya-biaya politik atas kerja sama tersebut.

Kerjasama dengan Rusia, bukan hanya memanfaatkan uang, teknologi pesawat, tetapi memindahkan kekuatan teknologi udara Rusia ke Indonesia adalah cita-cita agar Indonesia tidak hanya menjadi pemilik teknologi, tetapi juga menguasai, sehingga Indoensia menjadi negara yang diperhitungkan di Asia Tenggara, sekaligus mengembalikan kejayaan pertahanan tahun 1960-an yang pernah diukir oleh Indonesia. Syarat yang harus dipenuhi adalah kerjasama ini dimafaatkan untuk pengembangan teknologi, transfer teknologi dan berbagi teknologi.

Beberapa perjanjian Indonesia-Rusia dalam kerjasama pertahanan militer yang telah terealisasi adalah terwujudnya pembelian Helikopter Mi-17 yang diserahkan Dephan kepada TNI AU, serta dua pesawat tempur Sukhoi yang tiba di Lanud Sultan Hasanuddin, Makasar. Berdasarkan hal tersebut, perjanjian yang belum terealisasi adalah penambahan 2 buah kapal selam kilo class dan Tank BMP-3F untuk TNI AL.

Secara umum, perbandingan keuntungan kerjasama Indonesia-Rusia dan Indonesia-Amerika Serikat, adalah:
(1). Rusia anti embargo, sedangkan Amerika rawan embargo.
(2). Rusia dalam pembelian peralatan pertahanan militernya bisa dinego, misalnya sukhoi bisa dinego dengan imbal beli sembako; sedangkan Amerika sulit melakukan negosiasi atas penjualan semua peralatan pertahanan militernya.
(3). Rusia tidak mempunyai banyak persyaratan jual beli dibandingkan Amerika, Rusia menyerahkan hak pakai sepenuhnya pada Indonesia atas semua peralatan militer yang dibeli, tidak seperti Amerika yang penggunaan peralatan. militer harus sesuai syarat dari negaranya, terkait masalah HAM, misalnya
(4). Produk peralatan militer yang dijual Rusia, mempunyai kualitas dan fungsi yang sama dengan Rusia sendiri gunakan; tidak seperti Amerika yang mengurangi beberapa fungsi dari peralatan tempur yang dibeli karena takut kalah saing.
(5). Rusia tidak keberatan soal transfer teknologi, hal ini sudah berhasil di negara India dan Cina. Serta Rusia juga tidak keberatan akan modifikasi peralatan tempur yang dibeli, seperti pada saat pembelian Sukhoi oleh Indonesia, pihak Rusia lupa menyertakan adaptor pengisian BBM pesawat, akhirnya teknisi Indonesia melakukan sedikit modifikasi pada adaptor pengisian BBM milik A-4 Skyhawk, dan Sukhoi akhirnya bisa terbang perdana dari pangkalan TNI AU. Pihak rusia sama sekali tidak keberatan dengan hal ini.

(Tempo/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: