Pesan Rahbar

Home » » Ini Beda Supersemar Menurut Soeharto Dan Keluarga Soekarno

Ini Beda Supersemar Menurut Soeharto Dan Keluarga Soekarno

Written By Unknown on Friday 25 March 2016 | 18:14:00


Hingga kini perdebatan mengenai Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) yang "melucuti" kekuasaan Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan masih juga belum usai. Semakin lama "kabut" yang menyelimutinya pun semakin tebal saja.

Menurut Mantan Presiden Soeharto (almarhum) peristiwa 11 Maret 1966 adalah sebagai perintah untuk menegakkan wibawa pemerintahan. Namun sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam menyangsikan klaim Soeharto tersebut. Terlebih lagi pada masa itu tidak ada mesin fotocopy sehingga salinan Supersemar yang kita kenal sekarang ini diragukan keasliannya.

"Ada perdebatan dan dibantah Soeharto, dikatakan Supersemar ini cuma menegakkan wibawa pemerintah. Pada zaman itu belum ada mesin fotocopy," ujar Asvi.

Asvi pun menekankan, ketika teks asli Supersemar digandakan terdapat kemungkinan besar adanya penyembunyian sejarah. Selanjutnya, didapat keterangan istri Presiden Soekarno yang merupakan seorang wanita Jepang, Ratna Sari Dewi Soekarno yang pernah bermain golf dengan Soeharto.

Pada mulanya, Dewi sempat menganggap Supersemar sebagai perintah pengamanan. Namun, dari pilihan yang diberikan Soeharto kepadanya, ia lantas mengetahui bahwa Soekarno, suaminya telah kalah.

"Digandakan saat itu, diketik ulang (stensil), sangat mungkin dua halaman jadi satu halaman, dan tanda tangan Soekarno berubah. Bagi orang di sekeliling Soeharto, Supersemar pelimpahan kekuasaan. Dewi Soekarno aktif mencoba melakukan rekonsiliasi, menghubungi istri Nasution, Yani. Ketika itu ia menganggap Supersemar hanya perintah pengamanan," imbuhnya.

Asvi melanjutkan, Dewi mendapat 3 pilihan dari Soeharto. Pertama, agar Soekarno menyerahkan pemerintahan kepada Soeharto. Lalu Soeharto mempersilakan Soekarno untuk beristirahat ke Tokyo.

Presiden Soekarno dan Ratna Sari Dewi

"Tapi Dewi sempat main golf pada April 1966, Soeharto menawarkan melalui Dewi supaya menyerahkan saja pemerintahan ke Soeharto. Lalu beristirahat ke Tokyo. Dan ketiga istirahat ke Makkah," tukasnya.

Insting dan perasaan Dewi mengenai Supersemar yang menzalimi suaminya pun semakin kuat dan mendapat alasan pembenaran karena Soekarno sampai akhir hayatnya di Wisma Yaso tidak boleh dikunjungi keluarga, membaca koran, menonton televisi dengan alasan agar Soekarno bisa beristirahat dengan tenang untuk memulihkan kondisinya.

Bagi seorang Soekarno yang merupakan seorang pemikir keras dan aktif, hal tersebut menurut Dewi adalah tindakan untuk membunuh suaminya secara halus dan pelan-pelan. Terlebih lagi, ternyata dokter yang merawat Soekarno adalah seorang dokter hewan. Sebuah hal perlakuan yang tidak pantas terhadap seseorang yang berjuang dan memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.

(Memobee/Berbagai-Sumber/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: