Di antara hadis-hadis palsu yang diproduksi para sukarelawan dan pendekar pemalsuan yang menyambut dengan antusias kebijakan Mu’awiyah yang memerintahkan memproduksi hadis keutamaan pesaing-pesaing Imam Ali as adalah hadis palsu di bawah ini:
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saww bersabda:
ما في الجَنَّةِ شَجَرَةٌ إلاَّ مَكْتُوبٌ عَلىَ كلِّ وَرَقَةٍ مِنها: لا إله إلا الله ، مُحَمَّدٌ رسولُ الله ، أبو بكر الصِّدِّيْقُ ، عُمَرُ الفَارُوْقُ ، عُثْمانُ ذُو النُّورَيْنِ.
Tiada pohon di surga kecuali tertulis di setiap daunnya, Tiada tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah, Abu bakar Shiddiq, Umar faruq (pemisah antara haq dan batil) dan Utsman adalah pemilik dua cahaya.
Bukti-bukti kebatilan dan kebohongan hadis ini cukup jelas untuk dibicarakan di sini. Namun kami tidak akan membuktikannya kecuali dari penegasan para ulama Ahli Hadis Ahlusunnah sendiri, demi menjaga kenetralan dan etika berdiskusi secara sehat. Karenanya akan disebutkan komentar pakar hadis Ahlusunnah.
Riwayat ini adalah hadis palsu yang dipalsukan oleh Ali ibn Jumail ar Raqiy, diriwayatkan ath Thabarani dan ia berkata:
موضوع وعلي ابن جميل وضاع، وقد تفرد به وسرقه منه معروف بن أبي معروف البلخي، وعبد العزيز بن عمرو الخراساني رجل مجهول.
Ini adalah hadis mawdhû’ (palsu), dan Ali ibn Jumail adalah pemalsu berat. Ia telah menyendiri dalam meriwayatkannya dan kemudian dicuri oleh Ma’ruf ibn Abi ma’ruf al balakhi dan AbdulAziz ibn Amr al Khurasani, seorang perawi tak dikenal identitasnya.
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari jalur Ali ibn Jumail. Dan diriwayakan juga oleh al Khatli dalam kitab ad Dîbâj dari jalur Abdul Aziz ibn Amr al Khurasani. Seperti dikatakan adz Dzahabi dalam kitab Mizân-nya,2/138:
عبد العزيز فيه جهالة والخبر باطل فهو الآفة فيه.
“Abdul Azizi tidak dikenalan, hadis ini adalah batil, dialah (Abdul Aziz) adalah penyakitnya”.
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Adiy dari jalur ma’ruf al balkhi. Adz Dzahabi dalam Mîzân:3/184, berkata tentangnya:
Hadis ini adalah palsu, tetapi ia dikenal dari riwayat Ali ibn Jumail dari Jarir, ia bersumpah seraya bersumpah, “Demi Allah, jarir menyampaikan hadis kepadaku. Ibnu Adiy berkomentar, “Ma’ruf ini tidak dikenal, bisa jadi ia mencurinya dari Ali ibn Jumial.
Ia juga diriwayatkan Abul Qâsim ibn basyrân dalam Âmâli-nya dari jalur Muhammad ibn Abdi ibn Amir as Samarqandi, ia adalah seorang pembohong besar dari Isham ibn Yusuf. Ibnu Adiy berkata, : Ia meriwayatkan yang tidak pernah didukung parawi lain.
Hadis ini juga diriwayatkn al Khathib al Baghdadi dalam Târîkh-nya:5/4 dan 7/337 dari jalur Hasan ibn Ibrahim al Ihthiyâthi dari Ali ibn Jumali.
Adz Dzahabi berkata dalam Mîzân-nya:1/253 setelah menyebutkan jalur di atas:
هذا باطل والمتهم به حسين الاحتياطي
“Ini adalah batil. Yang tertuduh pemalsu adalah Hasan al Ihthiyâthi.
Dan dalam 3/184, ia menegaskan:
إنه موضوع.
“Ia adalah palsu, mawdhû’. “
Ibnu Katsir juga meriwayatkannya dalam Târîkh-nya:7/205 dari jalur ath Thabarani, dan setelahnya mengatakan:
إنه حديث ضعيف في إسناده من تكلم فيه ولا يخلو من نكارة.
Ini adalah hadis dhaif, pada sanadnya terdapat perawi yang masih diperbincangkan dan ia hadis yang terdapat kemunkaran di dalamnya.
Ibnu Jakfari berkata: Adalah sikap aneh dari Ibnu Katsir yang menggolongkan hadis palsu di atas sebagai hadis dha’if (lemah) semata, sementara ia sendiri mengaku bahwa padanya terdapat nakârah! Ia pasti tau bahwa hadis seperti itu tidak layak disebut sebagai hadis dhai’f dalam istilah Ahli Hadis, padahal ia sendiri menggolongkan dirinya sebagai seorang dari mereka! Tapi yang mengenal mentalitas Ibnu pasti tidak akan kaget dengannya.
(Syiatulislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email