Seorang pemrotes Kurdi yang cedera serius selama bentrokan sengit akhir pekan dengan polisi Turki di wilayah tenggara negara itu tewas di rumah sakit pada Rabu lalu, kata petugas medis.
Bemal Topcu (25) dikabarkan dipukul kepalanya dengan tabung gas air mata oleh polisi antihuru-hara Turki selama demonstrasi di kota Yuksekova pada Sabtu, lapor AFP.
Ketegangan meningkat di wilayah yang didominasi penduduk Kurdi itu sejak dua pemrotes ditembak mati oleh polisi dalam bentrokan di Yuksekova pada Jumat malam, yang disulut oleh tuduhan bahwa pemakaman gerilyawan Kurdi telah dihancurkan.
Kekerasan itu mengarah pada demonstrasi akhir pekan di sejumlah daerah dan kota terbesar Turki, Istanbul.
Sekitar selusin orang, termasuk empat polisi, cedera di kota Diyarbakir yang berpenduduk mayoritas Kurdi, dan sedikitnya 22 pemrotes ditangkap, menurut laporan-laporan media.
Gelombang baru kekerasan itu mengancam proses perdamaian yang rapuh antara pemerintah Turki dan kelompok terlarang Partai Buruh Kurdistan (PKK).
Peristiwa itu terjadi setelah masa tenang beberapa bulan antara pihak berwenang Turki dan PKK, yang mengumumkan gencatan senjata pada Maret setelah negosiasi rahasia dengan badan intelijen.
Pemimpin PKK yang dipenjara, Abdullah Ocalan, mengatakan, insiden Jumat itu merupakan provokasi yang bertujuan mengganggu proses perdamaian dan ia meminta masyarakat tenang, kata anggota-anggota parlemen dari Partai Perdamaian dan Demokrasi (BDP) pro-Kurdi dalam sebuah pernyataan Sabtu.
Anggota-anggota parlemen itu mengunjungi Ocalan di penjara pulau Imrali dimana ditahan.
Ocalan yang menjadi buronan ditangkap di Kenya pada 15 Februari 1999 dalam operasi rahasia Turki setelah ia diasingkan dari Suriah, dimana ia berpangkalan selama satu dasawarsa untuk mengatur dari jauh PKK.
Vonis awal hukuman mati terhadap Ocalan diubah menjadi hukuman penjara seumur hidup di sebuah penjara pulau di lepas pantai Istanbul sejak 2002.
Ocalan pada Maret mengumumkan gencatan senjata bersejarah dengan pemerintah Turki. Sebagai bagian dari gencatan senjata itu, PKK setuju menarik sekitar 2.000 gerilyawannya dari Turki ke pangkalan-pangkalan di Irak utara.
Sebagai imbalannya, mereka meminta hak-hak konstitusional lebih besar bagi penduduk Kurdi yang berjumlah 15 juta orang di Turki.
Namun, proses perdamaian itu diguncang oleh kematian seorang pemuda Kurdi selama protes anti-pemerintah di daerah tenggara yang berpenduduk Kurdi pada Juni.
Turki, Uni Eropa dan AS menganggap Partai Buruh Kurdistan (PKK) sebagai sebuah organisasi teroris.
Militer Turki melancarkan serangan-serangan udara dan operasi darat terbatas ke Irak utara sejak Agustus 2011 menyusul gelombang serangan gerilyawan PKK, setelah macetnya gencatan senjata sebelumnya.
PKK melancarkan serangan-serangan dari tempat persembunyian mereka di kawasan pegunungan terpencil Irak sebagai bagian dari perang mereka untuk memperoleh hak dan otonomi lebih besar bagi penduduk Kurdi.
Lebih dari 40.000 orang tewas sejak PKK mengangkat senjata pada 1984.
(AFP/Antara-News/Satu-Islam?berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email