Emir Madinah Saudi Faisal bin Salman bin Abdulaziz (2-dari kanan ) dan petugas keamanan melihat noda darah yang berceceran di tanah setelah serangan bom di dekat pos keamanan di luar Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi, 4 Juli 2016. (Foto: AFP)
Pemerintah Saudi mungkin sebagai dalang dibalik tiga pemboman baru-baru ini di Arab Saudi untuk menggambarkan dirinya adalah korban dari kelompok teroris ISIS – yang bertentangan dengan kepercayaan umum dimana Riyadh diyakini sebagai sponsor untuk kelompok ini – dan untuk mendorong agenda politik ke depan lainnya, kata seorang wartawan Arab terkemuka.
Pada hari Senin, Arab Saudi menyebut Medina, Qatif, dan Jeddah yang menjadi target dalam serangkaian serangan teroris.
Beberapa penjaga keamanan tewas ketika seorang pembom bunuh diri meledakkan bomnya di dekat pos keamanan di depan Masjid Nabawi di barat Madinah Saudi.
Ledakan itu terjadi tidak lama setelah dua ledakan bom lainnya meledak di dekat sebuah masjid Syiah di kota Qatif timur Arab Saudi. Sebelumnya pada hari itu, sebuah bom meledak di dekat konsulat Amerika Serikat di kota Jeddah, di bagian barat Arab Saudi.
Abdel Bari Atwan, pimpinan redaktur harian Rai al-Youm, menulis dalam editorial terbarunya bahwa rezim Saudi berusaha memanfaatkan tragedi bom ini untuk menjadikan dirinya sebagai “korban” ISIS dan menggunakan insiden ini untuk kepentingan politiknya.
Abdel Bari Atwan, seorang wartawan Palestina terkemuka dan pimpinan redatur Rai al-Youm
Sementara Arab Saudi telah menyalahkan pemboman terhadap ISIS, kelompok teroris belum juga mengaku bertanggung jawab bahkan hingga beberapa hari setelahnya. Atwan mengatakan ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan teroris di Belgia, Prancis, dan Bangladesh, sementara insiden pembom di Arab Saudi meninggalkan pertanyaan besar.
Wahhabisme yang menjadi ideologi ISIS adalah ideologi radikal yang bebas disebarkan oleh ulama dan diakui pemerintah di Arab Saudi.
“Oleh karena itu,” kata Atwan, “ bukan tidak mungkin dalam rangka untuk menolak kritikan dan mencitrakan dirinya tidak bersalah, bisa jadi Riyadh mengatur pemboman itu agar nampak seperti negara-negara lain …, mereka adalah korban teror ISIS.”
Wartawan Palestina itu lebih lanjut merujuk ke perjalanan Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir ke Washington segera setelah pemboman dan berkata ketika di AS, Jubeir mengusulkan pengiriman pasukan darat ke Suriah “untuk melawan ISIS.”
Arab Saudi telah lama menentang pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad yang pasukannya terlibat dalam memerangi militan asing yang didukung, termasuk ISIS.
Riyadh telah beberapa kali berusaha untuk mendapatkan lampu hijau dari Amerika Serikat untuk mengerahkan pasukan daratnya ke Suriah dengan dalih untuk memerangi ISIS, tetapi hingga saat ini Washington belum mengizinkan.
Dalam editorialnya, Atwan mengutip Menteri Luar Negeri AS John Kerry yang mengatakan bahwa Washington sedang mempelajari usulan terbaru Jubeir untuk penyebaran pasukan darat. Pemboman di Arab Saudi, ini Atwan menulis, mungkin dimaksudkan untuk mempersiapkan alasan legal atas usulan Jubeir.
(AFP/Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email