Pesan Rahbar

Home » » Menggali Rahasia Do'a Nabi khidir; Bab VII: Dosa dan Akibat-akibatnya

Menggali Rahasia Do'a Nabi khidir; Bab VII: Dosa dan Akibat-akibatnya

Written By Unknown on Thursday, 20 October 2016 | 21:59:00


Ya Allah, ampunilah dosa-dosa yang meruntuhakan Penjagaan. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang mendatangkan bencana. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang mengubah nikmat. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang merintangi doa. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang menurunkan bencana. Ya Allah, ampunilah segala dosa yang telah kulakukan dan segala kesalahan yang telah kukerjakan.


Penafsiran Etimologis

Kata nuzûl memiliki arti turun. Kata ini digunakan dalam mngungkapkan turunnya bencana dan kesengsaraan pada diri menusia, sebagaimana burung yang menukik untuk menerkam mangsanya.

Kata niqmat adalah lawan dari kata ni’mat. Dalam bahasa kata tersebut berarti cacat dan tidak menyenangkan.

Kata taghyîr sama dengan tabdîl (perubahan penggantian). Di sini yang dimaksud adalah perubahan dari kenikmatan menjadi bencana dan kesengsaraan.


Syarah dan Penjelasan

Dari berbagai ayat dan riwayat dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dosa-dosa yang dilakukan manusia, selain memiliki balasan neraka Jahanam―kami berlindung kepada Allah darinya―juga memiliki pengaruh buruk di dunia dan akhirat. Sebagaimana, dapat kita kemukakan secara langsung dari ungkapan doa ini bahwa ada doa-doa yang memiliki pengaruh buruk tertentu, seperti meruntuhkan dan menyingkap tabir yang menutupi cela, menurunkan bencana, mengubah kenikmatan, merintangi doa, dan lain-lain.

Lantaran pembahasan terhadap masalah ini akan banyak mendatangkan manfaat, di sini kami akan lebih banyak membuat syarah dan penjelasan.

Dari berbagai ayat dan riwayat dapat kita pahami bahwa berbagai perbuatan dosa, selain mendatangkan pembalasan yang setimpal, juga membawa dampak yang bukan hanya bersifat indrawi (hissî) atau tasional (‘aqlî) saja. Namun, pengaruhnya juga terbawa ke dalam permasalahan yang sebagian besar bersifat kepatuhan atau penghambaan (ta’abbudî). Mengapa demikian? Sebab semua perkara tersebut hanya dapat dipahami dengan perantaraan wahyu. Karenanya pembahasan kita ini semata-mata akan didasarkan pada al-Quran, hadis, dan riwayat.

1. Penampakan dosa sesuai dengan jenis dosanya akan muncul dalam bentuk yang hitam dan mengerikan, sebagaimana tercantum dalam firman Allah:

Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hambanya. (Ali ‘Imrân: 30)

2. Kekerasan hati, hati yang membatu, hati yang tercermar, penyimpangan hati, dan lain-lain, semuanya adalah satu yaitu terbentuknya sebuah tirai yang menyelimuti hati dan dalam hal ini terdapat berbagai peringkat.

Peringkat terendah dari kekerasan hati adalah munculnya perasaan malas dan tak bersemangat dalam berdoa dan menjalin hubungan serta komunikasi dengan Allah. Orang ini akan dikuasai rasa lalai dan itu merupakan bencana yang amat buruk. Dalam hadis qudsi disebutkan bahwa itu adaah seburuk-buruk bencana yang diturunkan kepada seorang hamba Allah Swt berfirman :

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (al-Zumar:22)

Peringkat pertengahannya adalah seseorang yang hatinya dikuasai oleh perasaan sedih bingung gelisah dan ragu. Allah Swt berfirman :

Bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka kecuali bila hati mereka itu telah hancur. (al-Taubah:110)

Barangsiapa yang dikehendaki Allah mendapat petunjuk-Nya niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehandaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang naik ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (al-An’âm: 125)

Sedangkan peringkat tertinggi dari hati keras dan membatu adalah kufur dan ingkar kepada Allah Swt berfirman:

Kemudian akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-olokkannya. (al-Rûm: 10)

Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata, “Itu adalah dongengan orang-orang yang terdahulu.” Sekali-kali tidak (demikian), sebenaranya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. Sekali kali tidak sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhannya. (al-Muthaffifîn: 13-15)

3. Pengaruh dosa di dunia ini ada dua macam bentuk: khusus dan umum. Dan yang dimaksud dengan khusus adalah bahwa suatu dosa tertentu akan memiliki dampak dan akibat tertentu, sementara yang dimaksud dengan umum adalah bahwa setiap dosa akan memiliki dampak dan pengaruh buruk di dunia ini bagi si pelaku dosa ataupun masyarakat.

Adapun berkenaan dengan bentuk yang pertama adalah firman Allah yang berbunyi:

Telah timbul kerusakan di darat dan laut disebabkan perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepadanya sebagian dari (akibat) perbuatannya. (al-Rûm: 41)

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahanmu). (al-Rûm: 40)

Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. (al-Nûr: 19)

Maka apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-Nya itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahanam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (al-Taubah: 109)

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan sehancur-hancumya. (al-Isrâ’: 16)

Dalam al-Quran banyak sekali ayat yang berisikan pembahasan semacam ini. Peristiwa semacam itu juga dapat kita saksikan dalam sejarah yang terjadi pada umat menusia terdahulu. Dan pabila seseorang mengkaji dan meneliti sejarah bani Umayyah, khususnya pada saat kehancuran pemerintahan mereka, dan berbagai kesengsaraan yang menimpa mereka dan bani Abbas, akan terlihat bahwa kesengsaraan kita adalah disebabkan oleh dosa-dosa yang kita lakukan. Di sini kami akan menukil beberapa riwayat dari Ahlul Bait yang mengisyaratkan masalah ini.

Dalam al-Kâfî pada bab “Dosa”, terdapat sebuah riwayat dari Imam Ja’far al-Shadiq, “Tidak ada sesuatu yang paling merusak hati melebihi perbuatan dosa. Sesungguhnya perbuatan dosa itu akan bertikai dengan hati sampai berhasil mengalahkannya (hati) dan: mehjadikan yang atas menjadi bawah.”

Imam Ja’far al-Shadiq berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya tidak ada otot yang berpindah, bencana dan musibah, sakit kepala dan penyakit yang menimpa manusia melainkan disebabkan oleh dosa yang telah ia perbuat, sebagaimana firman Allah Swt dalam Kitab-Nya: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dun Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahanmu).”

Imam Ali al-Ridha berkata, “Tatkala masyarakat melakukan perbuatan dosa yang belum pernah dilakukan, maka Allah akan menimpakan kepada mereka suatu bencana yang belum pernah mereka ketahui.”

Imam Ja’far al-Shadiq berkata, “Allah berfirman: Barangsiapa yang bermaksiat kepada-Ku dan ia mengenal-Ku, maka Aku akan menjadikan ia berada di bawah kekuasaan orang yang tidak mengenal-Ku.”

Imam Ali al-Ridha berkata: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla, memiliki penyeru yang menyeru pada tiap siang dan malam seraya mengatakan, ‘Wahai hamba Allah, berhentilah dari bermaksiat kepada Allah. Jika sekiranya bukan lantaran binatang yang merumput, anak-anak yang menyusu, orang tua renta yang tengah rukuk, maka akan diturunkan kepada kalian siksaan yang dahsyat, dan kalian benar-benar akan hancur luluh.’”

Imam Muhammad al-Baqir berkata, “Dalam kitab Ali bin Abi Thalib tertulis bahwa ada tiga perkara yang pelakunya tidak akan mati sampai ia menyaksikan bencana akibat tiga perkara tersebut; membangkang (perintah Allah), memutus silaturahim, (dan) melakukan sumpah palsu.”

Imam Ja’far al-Shadiq berkata, “Barangsiapa yang mencaci saudaranya tanpa alasan, maka Allah akan mencacinya di dunia dan akhirat, dan barangsiapa yang mencela dan menyebarkan kesalahan seorang mukmin, ia tidak akan mati, sampai melakukan perbuatan dosa tersebut. Dan barangsiapa yang merasa senang atas sebuah penderitaan yang diderita saudaranya, maka ia tidak akan mati sebelum mengalami penderitaan semacam itu pula. Tidak ada seorang pun yang melecehkan seorang mukmin, melainkan ia akan mati dalam keadaan yang amat buruk, dan pasti ia tidak akan mendapatkan kebaikan.”

Imam Ja’far al-Shadiq berkata, “Barangsiapa di antara Syiahku yang mendatangi saudaranya demi meminta pertolongan, lalu (saudaranya itu) tidak memberikan bantuan padahal ia mampu melakukannya, maka Allah akan menurunkan kepadanya bencana, sehingga ia akan memenuhi kebutuhan musuh-musuh kita dan dengan hal itulah Allah menyiksanya di hari kiamat.”

Imam Husain berkata, “Barangsiapa yang berusaha mendapatkan sesuatu dengan bermaksiat kepada Allah, maka ia akan kehilangan apa yang ia harapkan dan akan didatangi apa yang ia khawatirkan.”

Adapun berkenaan dengan jenis kedua (umum) juga terdapat banyak riwayat yangmenjelaskan hal itu:

Imam Ja’far al-Shadiq meriwayatkan bahwa Rasulullah saww bersabda, “Ada lima perkara yang sekiranya kamu menyaksikannya maka mohonlah perlindungan kepada Allah darinya. Jika suatu kaum penuh dengan perbuatan maksiat maka (mereka) akan ditimpa sampar (wabah) dan berbagai macam penyakit; dan jika mereka mencuri timbangan maka mereka akan mengalami kekurangan, paceklik, dan berada di bawah tekanan penguasa lalim; dan jika mereka enggan mengeluarkan zakat maka mereka tidak akan mendapatkan tetesan air hujan dan mcreka melanggar perintah Allah dan rasul-Nya maka mereka akan dikuasai oleh musuhnya; dan jika mereka mengeluarkan hukum yang tidak diturunkan oleh Allah maka Allah akan menjadikan bencana dan kesulitan di antara mereka.”

Imam Muhammad al-Baqir berkata, “Saya melihat dalam kitab Rasulullah saww (tertulis) bahwa jika perbuatan zina telah merajalela, maka akan banyak kematian mendadak; dan jika terjadi pengurangan timbangan maka mereka akan mengalami paceklik dan kekurangan; dan jika mereka enggan mengeluarkan zakat, maka bumi tidak akan mengeluarkan berkahnya berupa buah-buahan, tetumbuhan, dan tambang; dan jika mereka enginjak-injak hukum-hukum syariat, maka mereka akan bekerjasama dalam kelaliman dan permusuhan; dan jika mereka melanggar janji Allah, maka mereka akan dikuasai oleh musuh-musuhnya; dan jika mereka memutuskan hubungan keluarga (silaturahmi), maka Allah akan menjadikan harta benda mereka berada di tangan orang-orang yang jahat; dan jika mereka tidak melakukan amar makruf dan nahi munkar, serta tidak mengikuti Ahlul Baitku yang baik, maka Allah menjadikan mereka berada di bawah tekanan orang-orang jahat, serta (pada saat itu) sekiranya orang-orang baik berdoa (agar dibebaskan dari tekanan tersebut) maka doa mereka itu tidak akan terkabul.”

Abu Abdillah (Imam Ja’far al-Shadiq) berkata, “Dosa yang mengubah kenikmatan adalah pembangkangan (al-baghyu), dan dosa yang melahirkan penyesalan adalah pembunuhan (al-qathlu), dan dosa yang menurunkan bencana adalah kelaliman (al-zhulmu), dan dosa yang menyingkap tirai (yang menutupi dosa) adalah minum-minuman keras (al-khamru), dan dosa yang menghambat rezeki adalah berzina, dan dosa yang menyegerakan kebinasaan adalah memutus (hubungan) silaturahmi, dan (dosa) yang menolak doa adalah durhaka kepada kedua orang tua.”

Beliau juga berkata, “Jika merajalela empat perkara, maka akan muncul pula empat perkara: jika perzinahan merajalela maka akan muncul gempa bumi, jika kelaliman dalam hukum merajalela maka akan tertahan curah hujan, jika tanggung jawab tidak diperhatikan maka pemerintahan akan jatuh ke tangan orang-orang musyrik, jika enggan mengeluarkan zakat maka akan banyak orang-orang fakir.”

Imam Muhammad al-Baqir berkata, “Seorang hamba yang memohon sesuatu kepada Allah, maka layaklah bagi Allah untuk mengabulkan permohonan itu. Kemudian, ia berbuat dosa, maka Allah memerintahkan (kepada) malaikat-Nya: Janganlah kamu penuhi permohonannya karena sesungguhnya ia engah melangkah menuju kemarahan-Ku dan ia tidak layak menerimah anugerah-Ku.”

Imam Ja’far al-Shadiq berkata, “Rasulullah saww bersabda, ‘Wahai orang yang beriman, dengan lisannya dan tidak memurnikan keimanannya dengan hatinya, janganlah mencela muslimin dan janganlah membongkar keburukan mereka, karena barangsiapa yang memata-matai keburukan mereka, maka Allah akan memata-matai keburukannya dan Allah akan mempermalukannya walaupun ia berada di rumahnya sendiri.’”

Dari berbagai ayat, hadis, dan riwayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa berzina, berjudi, bersahabat dengan orang-orang fasik (pendosa), mengungkapkan keburukan orang-orang, menyingkap tabir yang menutupi mereka, menertawakan mereka, serta berlaku lalim, merupakan penyebab bagi turunnya bencana dan kesengsaraan. Sedangkan perbuatan ingkar dan tidak mensyukuri nikmat akan menyebabkan perubahan (kerusakan) pada berbagai kenikmatan yang ada. Dan, berniat jahat, menunda-nunda shalat, akan menyebabkan terhalang dan tidak sampainya doa kepada Allah. Enggan menolong orang yang membutuhkan pertolongan, tidak melakukan amar makruf dan nahi munkar, selain menghalangi terkabulnya doa, juga dapat menyebabkan turunnya berbagai bencana dan malapetaka.


Catatan Penting

Di sini, kami rasa perlu untuk mengutarakan poin berikut ini.

Dosa, selain mendatangkan dampak buruk, bencana, dan malapetaka pada sang pelaku dosa, juga memiliki dampak dan pengaruh buruk bagi anak-anaknya. Allah berfirman:

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (al-Nisâ’: 9)

Dari ayat yang mulia ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa taat dan bertakwa kepada Allah merupakan penyebab bagi kebahagiaan seseorang, baik di dunia maupun di akhirat, serta mendatangkan kebahagiaan bagi keturunannya di dunia ini. Allah berfirman:

Barangsiapa yang mengerjakan awal shalih baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (al-Nahl: 97)

Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan untuk mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih. Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada umur dewasa dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu. (al-Kahfi: 82)

(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita:

Index »

KULINER

Index »

LIFESTYLE

Index »

KELUARGA

Index »

AL QURAN

Index »

SENI

Index »

SAINS - FILSAFAT DAN TEKNOLOGI

Index »

SEPUTAR AGAMA

Index »

OPINI

Index »

OPINI

Index »

MAKAM SUCI

Index »

PANDUAN BLOG

Index »

SENI