Foto: ilustrasi Okezone
Mantan Presiden Soeharto telah meninggal dunia 8 tahun lalu. Tapi, masih terkenang bagaimana riuhnya pemberitaan sejak pertama kali Soeharto masuk rumah sakit hingga pertama kali memberitakan kabar meninggal dunia.
Pagi itu, Minggu 27 Januari 2008, suasana di kantor Okezone seperti biasa sebagaimana bekerja di akhir pekan. Tim piket yang bertugas seperti biasa menerima laporan peliputan reporter dari lapangan. Tim di lapangan juga seperti biasa melakukan peliputan, salah satunya reporter yang bertugas mengawal peliputan di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Sutarmi.
Sekira pukul 12.00 WIB, Sutarmi menghubungi asisten redaktur yang bertugas hari itu. Dia menyampaikan izin meninggalkan pos tugasnya sebentar untuk makan siang. Baru beberapa saat menutup telefon, Sutarmi kembali menghubungi call center redaksi.
“Hei, Soeharto meninggal,” ucap Sutarmi, wartawan yang saat itu meliput keadaan Soeharto di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), dengan nada getir. Awalnya, tim piket di kantor tidak langsung percaya dan segera melakukan verifikasi kabar tersebut hingga akhirnya benar dan ditulis. Uniknya, informasi tersebut bukan didapatkan dari pihak keluarga ataupun dokter RSPP.
Saat itu, Sutarmi hendak menyeberang jalan menuju lokasi makan siangnya, tapi melihat Kapolsek Kebayoran Baru Kompol Dicky Saundani sibuk mengatur lalu lintas tak seperti biasanya. Insting jurnalis Sutarmi pun langsung terusik, dan mendekati Kompol Dicky. “Innalillahi... Pak Harto wafat,” Kompol Dicky menjelaskan alasan kesibukannya mengatur lalu lintas.
Kabar dari Sutarmi langsung dengan sigap disikapi asred yang piket di kantor. Selang beberapa menit, berita pertama bertajuk “Mantan Presiden Soeharto meninggal” 27 Januari pukul 13.12 WIB.
Berita kedua bertajuk “Jenazah Soeharto Akan Langsung Dibawa ke Cendana” juga meluncur pukul 13. 22 WIB. Kedua berita ini bersumber dari Kompol Dicky. Sontak, Kompol Dicky menjadi orang yang dicari wartawan saat itu usai pemberitaan Okezone.com. Pasalnya, pihak rumah sakit dan keluarga masih tertutup.
Beberapa saat kemudian, barulah pihak RSPP dan keluarga yang diwakili Mbak Tutut menggelar jumpa pers dan membenarkan kabar yang pertama kali disiarkan Okezone tersebut. Berita bertajuk “Dokter Resmi Umumkan Kematian Soeharto” pukul 13.36 WIB dan “Tutut Meminta Maaf untuk Pak Harto” pukul 13.48 WIB menjadi gong kepastian kabar dari Kompol Dicky.
Suasana kantor pun langsung riuh, sejumlah awak Redaksi yang tengah libur pun menuju kantor untuk membantu tim piket. Penugasan reporter di berbagai lokasi strategis langsung dilakukan, baik di RSPP, Kediaman Soeharto di Jalan Cendana, Bandara Halim Perdanakusumah, hingga di daerah dekat Astana Giribangun, lokasi bakal tempat pemakaman Soeharto.
Peliputan perjalanan iring-iringan jenazah Soeharto dari RSPP ke Cendana hingga kedatangan pejabat melayat ke kediaman Soeharto di Cendana menjadi menu pemberitaan hari itu. Lain itu, kabar keberangkatan jenazah ke Solo Senin pagi dan kesiapan Astana Giri Bangun juga ramai diberitakan.
Dua reporter Okezone saat itu pun disiapkan untuk turut berangkat Senin pagi ke Solo, meliput peristiwa terbesar saat itu, pemakaman presiden kedua RI. Pasalnya, hampir 90 persen pejabat dan orang ternama di negeri ini berangkat ke pemakaman.
Indonesia diumumkan berkabung selama 7 hari saat itu, begitu juga pemberitaan selama sepekan di Tanah Air itu masih menampilkan menu meninggalnya Soeharto sebagai berita utama di media mereka masing-masing.
(Oke-Zone/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email