Sebagaimana yang diisyaratkan di dalam riwayat-riwayat bahwasanya tingkat pertama khusyu’ di dalam shalat ialah seseorang harus sadar bahwa ia sedang berbicara dengan Allah swt.
Shabestan News Agency, Hujjatul Islam Sayyid Abu Thalib dalam sebuah ceramahnya menyinggung tentang solusi khusyu’ dan ikhlas di dalam shalat.
Dijelaskannya, hakikat dan falsafah penciptaan manusia adalah ibadah, dan paling baiknya ibadah termanifestasi di dalam shalat.
Menyatakan ke-Esaan Allah, bersyukur atas nikmat Ilahi pasrah dan tunduk di hadapan Allah swt adalah falsafah yang terdapat di dalam shalat. Ibadah ini termasuk ibadah yang paling agung dari ibadah-ibadah yang lainnya.
Sementara itu, tolak ukur dari diterimanya shalat seorang hamba ialah dengan kehadiran hati di dalam shalat, namun adanya kekhusyu’an dan kehadiran hati di dalam shalat ada tingkatannya, terang Hujjatul Islam Sayyid Abu Thalib.
Sebagaimana yang diisyaratkan di dalam riwayat-riwayat bahwasanya tingkat pertama khusyu’ di dalam shalat ialah seseorang harus sadar bahwa ia sedang berbicara dengan Allah swt.
Dan tahap yang kedua ialah ia juga harus memahami apa makna dari shalat itu sendiri, yakni saat melakukan shalat antara lidah dengan hatinya harus sesuai satu sama lainnya.
Tahap selanjutnya ialah ia harus sadar bahwa ia sedang hadir di hadapan Allah swt dan sedang merasakan keagungan dan urgensitas ibadah kepada Allah swt.
Sementara mengenai alasan seseorang tidak khusyu’ dan tidak hadir hatinya di dalam shalat ialah karena lemah imannya.
Orang yang lemah imannya menjadikan dirinya tidak bisa merasakan kenikmatan dan kelezatan beribadah, dan juga tidak merasakan di hadapan hakikat dan wujud seperti apa ibadah yang dilakukannya, demikian jelas Hujjatul Islam Abu Thalib.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email